CEDERA OLAHRAGA. Bagian II

Senin, 23 Januari 2017
Flex Free
Senin, 23 Januari 2017
Flex Free

Bentuk Cedera Olahraga

Bentuk cedera olahraga dibedakan menjadi beberapa jenis:

1. Strain

Strain merupakan kerusakan yang terjadi pada otot dan atau tendon karena penggunaan atau peregangan yang berlebihan. Jenis cedera ini terjadi akibat otot tertarik pada arah yang salah, kontraksi otot yang berlebihan atau ketika terjadi kontraksi, otot belum siap.

Strain sering terjadi pada bagian otot pangkal paha (otot pada kunci paha), otot hamstrings (otot paha bagian bawah/belakang), dan otot quadriceps (otot bagian depan paha).

Area Tubuh yang Sering Alami Strain Akibat Cedera Olahraga

2. Sprain (keseleo)

Sprain adalah bentuk cedera berupa penguluran atau robekan pada ligamen (jaringan yang menghubungkan tulang dengan tulang) atau kapsul sendi, yang memberikan stabilitas sendi.

Kerusakan yang parah pada ligamen atau kapsul sendi dapat menyebabkan ketidakstabilan sendi.

Area Tubuh yang Dapat Mengalami Sprain Akibat Cedera Olahraga

3. Contusio (benturan)

Merupakan kerusakan yang terjadi pada jaringan lunak karena benturan langsung pada otot atau ligamen. Bila disertai dengan perdarahan disebut hematom (memar).

Memar (Perdarahan di Bawah Kulit) Akibat Benturan

4. Dislokasi

Dislokasi merupakan cedera yang ditandai dengan pergeseran letak sendi dari tempat yang seharusnya disertai dengan kerusakan kapsul sendi dan ligamen yang mengelilinginya.

Dislokasi sendi sering terjadi pada olahraga-olahraga dengan intensitas kontak yang sering antar pemain (seperti pemain sepak bola, bola basket) serta olahraga yang berdampak tinggi dan mengakibatkan peregangan berlebihan atau jatuh.

Dislokasi adalah situasi darurat yang membutuhkan perawatan medis segera. Sendi yang paling sering mengalami dislokasi adalah sendi bahu dan beberapa sendi tangan. Dislokasi sendi lutut, pinggul dan siku jarang terjadi.

Gambaran Dislokasi Sendi Bahu Akibat Cedera Olahraga

 Gambaran Dislokasi Sendi Lutut Akibat Cedera Olahraga

Gambaran Dislokasi Sendi pada Tangan dan Panggul Akibat Cedera Olahraga

5. Fraktur/patah tulang

Fraktur atau patah tulang adalah cedera yang ditandai dengan terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang rawan baik komplit maupun tidak komplit.

Macam-macam patah tulang:

Patah tulang terbuka : fragmen (pecahan) tulang melukai kulit diatasnya dan tulang keluar.

Patah tulang tertutup : fragmen (pecahan) tulang tidak menembus permukaan kulit.

6. Heat exhaustion (sengatan panas)

Heat exhaustion merupakan cedera yang diakibatkan oleh kelelahan akibat sengatan panas. Bila tidak segera ditangani dapat menimbulkan gangguan pembuluh darah otak (heat stroke). 

7. Luka

Merupakan diskontinuitas/hilangnya jaringan yang menyebabkan terpaparnya jaringan dengan dunia luar, misalnya laserasi, maserasi, ekskoriasi (lecet).

Gejala Cedera Olahraga

Gejala cedera olahraga dapat dibedakan berdasarkan mekanisme kejadian cedera yang sering dihubungkan dengan jenis cederanya.

Terlepas dari struktur tertentu yang terkena dampak, cedera olahraga secara umum dapat diklasifikasikan berdasar onset timbulnya gejala dan mekanisme kejadian, yaitu secara akut atau kronis.

Cedera Akut, gejala cedera olahraga terjadi secara tiba-tiba selama kegiatan olahraga berlangsung. Gejala cedera akut ini sering dikaitkan dengan kejadian trauma langsung ataupun aktivitas berlebihan secara tiba-tiba.

Gejala cedera akut meliputi:

  • Terjadi secara tiba-tiba, saat aktivitas, ditandai timbulnya rasa  nyeri yang hebat di area yang terkena
  • Timbul pembengkakan, inflamasi (peradangan) dan nyeri tekan pada area cedera
  • Ketidakmampuan untuk menempatkan berat badan pada ekstremitas bawah
  • Ketidakmampuan menggerakkan anggota badan yang mengalami cedera dan timbul nyeri saat digerakkan
  • Kelemahan anggota gerak yang cedera secara ekstrem
  • Tampak adanya perubahan bentuk pada cedera yang berat seperti dislokasi atau fraktur
  • Keterbatasan ROM (range of movement/ruang lingkup gerak sendi) pada sisi yang cedera
  • Perubahan warna kulit akibat memar atau perdarahan pada sendi, sesuai dengan lokasi cedera
  • Spasme otot sekitar area cedera.

Cedera kronis, biasanya dikaitkan dengan overuse injury, yaitu penggunaan berlebihan dan terlalu sering pada satu area tubuh saat bermain atau berolahraga dalam jangka panjang.

Berikut gejala cedera kronis:

  • Onset nyeri timbulnya perlahan, dan nyeri dirasakan saat instirahat
  • Intensitas nyeri akan semakin meningkat saat melakukan suatu kegiatan
  • Timbul pembengkakan, kaku dan rasa tidak nyaman pada area yang sering digunakan untuk beraktivitas.

Gejala diatas tidak semua terjadi, tergantung jenis, lokasi dan trauma/proses cedera yang dialami.

Diagnosis Cedera Olahraga

Diagnosis cedera olahraga ditegakkan berdasarkan gejala, keterangan dari penderita mengenai aktivitas yang dilakukannya dan hasil pemeriksaan fisik. Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan meliputi:

  • Rontgen
  • CT scan
  • MRI
  • Artroskopi
  • Elektromiografi
  • Pemeriksaan dengan bantuan komputer lainnya untuk menilai fungsi otot dan sendi.

Penanganan Cedera Olahraga

Sebagian besar cedera olahraga dapat diobati secara efektif, dan kebanyakan orang yang menderita cedera olahraga dapat kembali ke aktivitas fisik seperti sebelum mengalami cedera, bahkan lebih baik, selama penangan awal dan perawatan lanjut ditangani secara tepat sesuai dengan penyebabnya.

Banyak cedera olahraga dapat dicegah jika orang mengambil tindakan pencegahan yang tepat.

Metode RICE

  1. Rest: istirahatkan bagian yang cedera.
  2. Ice: kompres es segera setelah trauma, selama 42 jam pertama (2 hari), kompres 10-15 menit diulangi tiap 2-4 jam.
  3. Compression: tekan dengan pembalutan. 
  4. Elevation: naikkan bagian cedera lebih tinggi dari jantung.
  5. Kompres panas: boleh dilakukan 72 jam setelah cedera.
  6. Terapi Modalitas  (Fisioterapi).
  7. Pemiijatan sebaiknya dihindari karena dapat memperburuk kondisi cedera.
  8. Obat anti nyeri dan anti radang.

 Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penanganan cedera:

  1. Hindari HARM saat terjadi cedera.

Seringan apapun kodisi cedera yang dialami, hindarkan beberapa hal dibawah ini :

H : Heat (Panas). Hindari pemberian kompres panas, karena akan semakin melebarkan pembuluh darah, sehingga justru akan memicu timbulnya perdarahan/bleeding.

A : Alkohol. Hindari konsumsi minuman beralkohol, karena akan meningkatkan atau memperberat bengkak yang terjadi.

R : Running (Lari/Olahraga). Jangan lakukan aktivitas yang memicu area cedera bekerja kembali sebelum benar-benar sembuh. Gerakan yang dipaksakan akan memperburuk cedera yang ada.

M : Massage (Pijat). Hindari tindakan pemijitan pada area cedera, terutama 3 hari pertama pasca cedera karena akan memperburuk cedera dan memperparah pembengkakan yang terjadi.

Prinsip HARM

  1. Bila terjadi cedera, segera obati hingga sembuh sempurna. Hal ini untuk mencegah terjadinya cedera berulang pada bagian tersebut akibat proses penyembuhan yang belum optimal dan telah digunakan kembali untuk beraktivitas.
  2. Lakukan latihan pasca cedera dengan tujuan mengembalikan fungsi seperti semula atau mendekati semula, melalui latihan peregangan (stretching exercise), latihan kekuatan (strengthening exercise) dan latihan daya tahan (endurance exercise).

Latihan-latihan ini harus dibawah pengawasan dokter yang memiliki kompetensi untuk hal ini, agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

  1. Bila terjadi kecurigaan patah tulang.

Bila ada riwayat trauma yang cukup berat dengan kecurigaan terjadinya patah tulang, atlet tidak diperbolehkan melanjutkan pertandingan.

Pertolongan pertama harus segera dilakukan oleh dokter secepat mungkin agar segera dapat dilakukan proses reposisi, pemasangan spalk dan pembalutan (fiksasi dan imobilisasi) untuk mempertahankan posisi dan kedudukan yang baru, serta untuk menghentikan perdarahan.

Pencegahan Cedera Olahraga

  1. lakukan pemanasan

Lakukan pemanasan sebelum melakukan latihan yang berat dapat membantu mencegah terjadinya cedera.

Latihan pemanasan ringan selama 3-10 menit akan menghangatkan otot sehingga otot lebih lentur dan tahan terhadap cedera.

Metode latihan pemanasan yang aktif lebih efektif daripada metode pasif seperti air hangat, bantalan pemanas, ultrasonik atau lampu infra merah. Metode pasif tidak menyebabkan bertambahnya sirkulasi darah secara berarti.

  1. Lakukan Pendinginan

Latihan pendinginan adalah mengurangi latihan secara bertahap sebelum latihan dihentikan.

Latihan pendinginan mencegah terjadinya pusing dengan menjaga aliran darah. Jika latihan yang berat dihentikan secara tiba-tiba, darah akan terkumpul di dalam vena tungkai dan untuk sementara waktu menyebabkan berkurangnya aliran darah ke kepala.

Latihan pendinginan juga membantu membuang limbah metabolik (misalnya asam laktat dari otot), tetapi pendinginan tampaknya tidak mencegah sakit otot pada hari berikutnya, yang disebabkan oleh kerusakan serat-serat otot.

  1. Latihan Peregangan

Latihan peregangan tampaknya tidak mencegah cedera, tetapi berfungsi memperpanjang otot dan memperbaiki elastisitas otot sehingga otot bisa berkontraksi lebih efektif dan bekerja lebih baik.

Untuk menghindari kerusakan otot karena peregangan, hendaknya latihan peregangan dilakukan setelah pemanasan atau setelah berolah raga, dan setiap gerakan peregangan ditahan selama 10 hitungan.

Contoh Gerakan Untuk Latihan Peregangan dan Latihan Pemanasan

 


Buat Kunjungan

Anda dapat menerima layanan dengan mengunjungi salah satu cabang kami.

Klinik Flex-Free Jakarta Utara

Ruko Italian Walk J No. 19, Dekat Pintu Masuk Gate C, Mall of Indonesia, Jl. Raya Boulevard Barat, Kelapa Gading, Jakarta Utara

Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +62214514421

Klinik Flex-Free Bandung

Jl. Terusan Pasir Koja No 153/67, Kelurahan Panjunan, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung, Jawa Barat

Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622220580806

Klinik Flex-Free Jakarta Selatan

The Bellezza Shopping Arcade, Lantai dasar Unit SA58-60, (Ex Food Hall, Lobby Timur), Jalan Arteri Permata Hijau No.34, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, DKI Jakarta

Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622125675561