Boxing atau tinju merupakan olahraga tarung dan bela diri yang dilakukan di dalam ring tinju, melibatkan 2 orang – biasanya mengenakan peralatan pelindung seperti sarung tinju, bebat tangan dan pelindung mulut – meninju satu sama lain dalam satu rentang waktu yang ditentukan sebelumnya.
Olahraga tinju telah dilakukan oleh manusia semenjak awal sejarah. Asal dari olahraga ini tidak jelas, tetapi beberapa sumber menyatakan berasal dari Etiopia, semenjak milenium ke-6 sebelum Masehi sementara peraturan tinju berasal dari Yunani kuno.
Sepanjang perjalanannya, olahraga tarung telah menjadi bagian dari budaya dan kehidupan sosial dan demikian juga dengan konsekuensi dan cedera yang timbul karena olahraga tarung ini. Salah satu cedera olahraga yang lazim terjadi pada petinju adalah boxer’s knuckle.
Artikel ini akan membahas mengenai cedera olahraga pada petinju atau boxer’s knuckle.
Pada petinju, cedera boxer’s knuckle terjadi saat terjadi suatu trauma pada tangan yang mengepal dan biasa terjadi pada sendi metacarpophalangeal (MCP) jari ke-3.
Gambar 1. Sendi Metacarpophalangeal dan struktur otot, tulang, sendi tangan lainnya
Sumber: https://samarpanphysioclinic.com/metacarpophalangeal-joint-mcp/
Pada sendi MCP terdapat tendon atau urat putih otot yang biasanya berada di tengah buku jari karena ditahan oleh dua ligamen yang disebut sebagai sagittal band. Kombinasi dari tendon dan kedua ligamen ini disebut aponeurosis ekstensor (karena tendonnya merupakan bagian dari otot ekstensor jari, yang membuat jari dapat menekuk ke arah atas).
Pada kondisi tangan yang mengepal dan meninju, benturan pada buku jari, sagittal band ini dapat sobek menyebabkan tendon ekstensor tidak berada di tengah dan mengalami pergeseran di antara buku-buku jari.
Ligamen dari sendi pada buku jari juga dapat sobek dan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil. Selain struktur tersebut di atas, kulit tangan juga dapat mengalami cedera karena benturan.
sumber : https://floydlebatiephysio.co.za
Untuk mendiagnosis cedera olahraga pada petinju diperlukan penilaian khusus oleh dokter.
Penilaian khusus dimulai dengan pemeriksaan klinis menyeluruh yang berfokus pada gejala spesifik dan temuan fisik, seperti :
Selain melakukan penilaian khusus, cedera olahraga pada petinju ini perlu dilakukan pemeriksaan penunjang untuk memastikkannya dan menilai seberapa berat cedera yang dialami. Pemeriksaan yang mungkin akan dianjurkan oleh dokter anda adalah, seperti :
Tujuan : Terutama digunakan untuk menilai apakah terdapat patah tulang atau masalah tulang lainnya di sekitar sendi MPJ.
Keterbatasan : Tidak dapat menilai cedera terkait jaringan lunak dengan baik, seperti tendon atau ligamen yang robek.
Tujuan : Memberikan gambaran yang yang detail dari jaringan lunak dan tulang, yang membuatnya tampak sangat bagus dalam menilai keadaan tendon serta tulang.
Keuntungan : Lebih baik dalam menilai kondisi peradangan tendon pada tahap awal atau cedera ligament kecil lainnya , yang biasanya pada sinar-X tidak terlihat.
Kekurangan : Harga pemeriksaan lebih mahal dan sulit untuk di jangkau karena terkadang tidak setiap fasilitas kesehatan mempunyai pemeriksaan MRI.
Pada kejadian boxer’s knuckle ringan dimana belum terjadi gangguan fungsi tangan seperti menggenggam dan mengangkat beban, penanganan umumnya difokuskan pada pencegahan cedera berulang serta mengistirahatkan tangan yang cedera.
Pada cedera akut, gejala nyeri biasanya mendominasi dan pada kondisi ini dapat dilakukan penanganan cedera akut dengan prinsip P.R.I.C.E. yaitu:
Penanganan nyeri juga dapat dilakukan dengan pemberian obat penahan nyeri yang harus diresepkan oleh dokter, meskipun obat anti-radang tidak dianjurkan diberikan pada masa awal cedera karena dapat menghambat penyembuhan jaringan. Setelah masa cedera akut terlewati, maka tatalaksana rehabilitasi dapat dilakukan.
Pada awalnya rehabilitasi cedera olahraga pada petinju melibatkan penanganan nyeri yang masih tersisa setelah masaa cedera akut (1-7 hari). Tatalaksana pada boxer’s knuckle berupa penggunaan modalitas fisik seperti LASER untuk merangsang regenerasi jaringan tendon dna ligamen, penggunaan ultrasound diathermy dan transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS) untuk penanganan nyeri dan kekakuan yang timbul.
Penggunaan paraffin bath untuk masalah nyeri dan kekakuan dapat menjadi pilihan bila tidak terdapat bengkak dan jari tidak teraba hangat. Pemulihan fungsi tangan menjadi prioritas tatalaksana rehabilitasi setelah masalah nyeri dan kaku teratasi dengan tujuan utama kembali ke olahraga (return-to-sport) bagi petinju profesional yang pada umumnya dapat dilakukan secara bertahap mulai dari minggu ke-8 sampai 12.
Apabila penanganan konservatif di atas tidak terbukti efektif dan masih terdapat nyeri, bengkak atau ketidakstabilan sendi buku jari, maka tatalaksana operatif dapat dipertimbangkan.
Pencegahan cedera merupakan fokus dari rangkaian cedera olahraga ini baik bagi mereka yang belum pernah maupun sudah mengalami boxer’s knuckle. Pada petinju profesional maupun amatir beberapa hal harus diperhatikan sebagai rangkaian pencegahan cedera olahraga ini:
Anda dapat menerima layanan dengan mengunjungi salah satu cabang kami.
Klinik Flex-Free Jakarta Utara
Ruko Italian Walk J No. 19, Dekat Pintu Masuk Gate C, Mall of Indonesia, Jl. Raya Boulevard Barat, Kelapa Gading, Jakarta Utara
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +62214514421Klinik Flex-Free Bandung
Jl. Terusan Pasir Koja No 153/67, Kelurahan Panjunan, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung, Jawa Barat
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622220580806Klinik Flex-Free Jakarta Selatan
The Bellezza Shopping Arcade, Lantai dasar Unit SA58-60, (Ex Food Hall, Lobby Timur), Jalan Arteri Permata Hijau No.34, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, DKI Jakarta
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622125675561