Nyeri Punggung sesudah Operasi akibat Failed Back Syndrome

Selasa, 15 Juli 2025
dr. Ferdinand Dennis K
Selasa, 15 Juli 2025
dr. Ferdinand Dennis K

Apa itu Failed Back Syndrome dan Bagaimana Bisa Muncul Nyeri Punggung sesudah Operasi?

Failed Back Surgery Syndrome (FBSS) adalah kondisi di mana seseorang mengalami nyeri punggung sesudah operasi tulang belakang meski sudah dilakukan intervensi bedah (Yang et al., 2024). Dalam istilah medis, FBSS diartikan sebagai kelanjutan atau kekambuhan nyeri setelah prosedur bedah tulang belakang, dengan penyebab yang sering kali kompleks dan multifaktorial (Yang et al., 2024).

Penyebab nyeri punggung sesudah operasi dapat meliputi faktor pra-operasi (misalnya kesalahan diagnosis, psikososial seperti kecemasan), faktor teknik operasi (kesalahan tingkat bedah atau teknik yang kurang adekuat), dan faktor pasca-operasi (jaringan parut epidural, degenerasi segmen di sekitar area yang dioperasi, infeksi, atau hardware yang longgar) (Yang et al., 2024). Contohnya, sisa fragmen diskus yang tidak terangkat sempurna atau instabilitas tulang belakang pasca-fusi dapat menimbulkan tekanan ulang pada saraf dan jaringan sekitarnya, sehingga menimbulkan nyeri punggung sesudah operasi.

Selain itu, faktor non-struktural seperti merokok dan obesitas juga meningkatkan risiko kegagalan bedah punggung (Yang et al., 2024). Singkatnya, FBSS adalah kegagalan relaps nyeri pascaoperasi tulang belakang yang disebabkan kombinasi faktor mekanik, biologis, dan psikologis.

 

Apa saja Dampak Nyeri Punggung sesudah Operasi Terhadap Aktivitas Sehari-hari?

Nyeri punggung sesudah operasi dapat sangat mengganggu aktivitas sehari-hari. Pasien sering melaporkan kesulitan berdiri lama, berjalan, dan beraktivitas ringan tanpa kembali merasa nyeri. Misalnya, aktivitas rutin seperti bekerja di depan komputer, mengangkat anak, atau membersihkan rumah bisa terasa terbatas karena sakit punggung yang mudah kambuh.

Selain itu, pasien mungkin mengalami kekakuan dan kelemahan otot inti dan punggung bawah akibat lama beristirahat atau ketidakseimbangan otot pascaoperasi (Sgaravatti et al., 2023). Hal ini berarti kegiatan sederhana seperti bangun dari tempat tidur atau merunduk mengambil barang dapat menjadi sulit.

Gangguan ini juga sering disertai kecemasan dan stres karena khawatir nyeri akan kambuh, yang semakin menurunkan kualitas hidup. Dalam beberapa kasus, pasien bahkan bisa mengalami penurunan tidur dan suasana hati karena terus-menerus merasa tidak nyaman. Oleh karena itu, penting bagi pasien untuk menyadari bahwa nyeri punggung pascaoperasi tidak hanya masalah fisik, tetapi juga berdampak luas pada fungsi sehari-hari, mobilitas, dan psikologis.

 

Kapan Keluhan Nyeri Punggung sesudah Operasi Harus ke Sp.K.F.R. (Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi)?

Jika nyeri punggung sesudah operasi berlangsung lebih dari beberapa minggu meskipun sudah istirahat dan minum obat pereda nyeri, atau jika nyeri terus berulang dan memburuk, pasien disarankan segera berkonsultasi ke dokter Sp.K.F.R. Spesialis ini berfokus pada pemulihan fungsi muskuloskeletal setelah cedera atau operasi.

Tanda-tanda serius yang memerlukan penanganan segera meliputi:

  • nyeri hebat yang menjalar ke kaki (skiatika)
  • mati rasa/kelemahan kaki
  • gangguan kontrol buang air kecil/besar, atau
  • demam setelah operasi (yang bisa menandakan infeksi) (Yang et al., 2024)

Selain itu, jika pasien merasa tidak mampu mengendalikan nyeri dengan cara biasa dan aktivitas menjadi sangat terbatas, rujukan ke Sp.K.F.R. sebaiknya dilakukan. Sp.K.F.R. akan melakukan evaluasi menyeluruh (anamnesis, pemeriksaan fisik, fungsi berjalan) dan memulai program rehabilitasi sesuai keadaan masing-masing pasien. Pada dasarnya, semakin awal pasien dengan nyeri punggung sesudah operasi mendapatkan intervensi rehabilitatif, kemungkinan pemulihan fungsi yang optimal akan lebih besar.

 

Apa saja Penanganan Nyeri Punggung sesudah Operasi oleh Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi?

Penanganan rehabilitatif FBSS berfokus pada mengurangi nyeri dan meningkatkan kembali kekuatan serta mobilitas. Tahap awal rehabilitasi biasanya meliputi gerakan ringan dan latihan jalan kaki secara bertahap, untuk mencegah penurunan fungsi lebih lanjut (Sakaguchi et al., 2024). Misalnya, mulai dari berjalan beberapa menit setiap hari secara berulang dapat membantu melatih otot punggung dan meningkatkan sirkulasi.

Setelah fase akut (minggu pertama hingga kedua), pasien diperbolehkan mulai program fisioterapi yang lebih terstruktur. Latihan yang dianjurkan termasuk penguatan otot inti (core) dan punggung (seperti plank, bridge, dan penguatan otot paraspinal) serta peregangan ringan untuk menjaga fleksibilitas. Tujuan utamanya adalah menurunkan ketegangan pada tulang belakang dan mengoptimalkan postur (Sgaravatti et al., 2023).

Program latihan yang dipersonalisasi sesuai kemampuan pasien terbukti efektif; misalnya Senam McKenzie atau Pilates sering dipakai karena membantu mengurangi nyeri dan memulihkan mobilitas secara signifikan (Yang et al., 2024).

Selain latihan fisik, terapi modalitas dapat diterapkan untuk mengurangi nyeri. Contohnya, penggunaan panas atau ultrasound membantu merelaksasi otot tegang, sementara stimulasi listrik (TENS) dapat mengurangi sinyal nyeri ke otak. Terapi manual seperti peregangan pasif oleh fisioterapis juga sering bermanfaat.

Beberapa pasien mungkin diikutsertakan dalam program rehabilitasi terpadu (multidisiplin) yang melibatkan juga komponen psikososial seperti konseling, karena faktor psikologi terbukti memengaruhi hasil (Yang et al., 2024). Dengan kata lain, rehabilitasi nyeri punggung sesudah operasi adalah proses bertahap yang menggabungkan latihan fisik dan strategi manajemen nyeri.

Latihan progresif, penguatan otot dan peningkatan keseimbangan pascaoperasi direkomendasikan (Sakaguchi et al., 2024). Hasilnya, pasien diharapkan dapat kembali beraktivitas normal secara bertahap sambil nyeri perlahan berkurang. (Yang et al., 2024; Sgaravatti et al., 2023; Sakaguchi et al., 2024).

 

Untuk keterangan dan informasi lebih lanjut, hubungi Klinik Flex Free agar Anda bebas beraktivitas, bebas berkarya, dan bebas nyeri setiap hari.


Buat Kunjungan

Anda dapat menerima layanan dengan mengunjungi salah satu cabang kami.

Klinik Flex-Free Jakarta Utara

Ruko Italian Walk J No. 19, Dekat Pintu Masuk Gate C, Mall of Indonesia, Jl. Raya Boulevard Barat, Kelapa Gading, Jakarta Utara

Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +62214514421

Klinik Flex-Free Bandung

Jl. Terusan Pasir Koja No 153/67, Kelurahan Panjunan, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung, Jawa Barat

Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622220580806

Klinik Flex-Free Jakarta Selatan

The Bellezza Shopping Arcade, Lantai dasar Unit SA58-60, (Ex Food Hall, Lobby Timur), Jalan Arteri Permata Hijau No.34, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, DKI Jakarta

Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622125675561
WhatsApp ×

Jika ada pertanyaan, silahkan menghubungi kami melalui