Bahu adalah sendi yang paling banyak bergerak di tubuh kita. Bahu membantu menggerakkan lengan, seperti mengangkat, merotasi, dan mengangkat lengan di atas kepala. Akan tetapi, kisaran gerak yang luas tersebut dapat menyebabkan instabilitas bahu.
Bahu terdiri dari tiga tulang: tulang lengan atas (humerus), tulang belikat (skapula), dan tulang selangka (klavikula).
Sumber gambar: www.aafp.org
Bagian “kepala” dari tulang lengan atas sesuai dengan ukuran lubang dangkal di bilah bahu. Lubang ini disebut dengan glenoid.
Jaringan ikat yang kuat, yang disebut dengan kapsul bahu, merupakan sistem ligamen bahu yang menjaga tulang lengan atas tetap berada di bagian tengah lubang glenoid. Jaringan ini menutupi sendi bahu dan melekatkan bagian atas tulang lengan ke bilah bahu.
Bahu juga bergantung pada tendon dan otot yang kuat untuk menjaga agar bahu tetap stabil.
Otot-otot rotator cuff menghubungkan humerus dengan scapula. Rotator cuff terdiri dari tendon otot-otot berikut: supraspinatus, infraspinatus, teres minor dan subskapularis. Otot-otot rotator cuff juga menjaga humerus tetap berada di dalam lubang glenoid.
Bagian tepi dari jaringan lunak, yang disebut dengan labrum, mengelilingi glenoid, yang membuat lubang glenoid seperti cangkir. Labrum mengubah permukaan glenoid yang datar menjadi lubang yang lebih dalam yang sesuai dengan bagian kepala tulang humerus.
Sumber gambar: www.aafp.org
Di sekeliling sendi bahu terdapat kantung kedap air yang disebut dengan kapsul sendi. Kapsul sendi berisi cairan yang melubrikasi sendi. Dinding kapsul sendi terdiri dari ligamen. Kapsul sendi memiliki sejumlah jaringan yang longgar sehingga bahu dapat bergerak dengan tidak terbatas. Bila bahu bergerak terlalu jauh, ligamen akan menjadi kencang dan menghentikan gerakan lebih jauh.
Instabilitas bahu adalah masalah yang terjadi ketika struktur yang mengelilingi sendi bahu tidak dapat mempertahankan kepala humerus tetap berada di posisinya.
Bila sendi terlalu longgar, kepala humerus dapat tergelincir dari tempatnya, sebuah kondisi yang disebut dengan subluksasi (dislokasi sebagian). Bila sendi terlepas seluruhnya, kondisi ini disebut dengan dislokasi bahu. Bila tidak ditangani, instabilitas dapat menyebabkan artritis sendi bahu.
Instabilitas seringkali dikaitkan dengan subluksasi, yang dapat dikaitkan dengan nyeri dan/atau sensasi “dead arm” (lengan terasa berat dan disertai rasa kesemutan). Hal ini yang seringkali membuat pasien mencari bantuan medis.
Pada beberapa orang, hal ini tidak menimbulkan rasa sakit tetapi dapat mengganggu dan membuat mereka tidak dapat beraktivitas sehari-hari atau berolahraga.
Instabilitas sendi bahu dapat terjadi pada satu arah, misalnya instabilitas anterior (ke depan), posterior (ke belakang) atau lebih dari satu arah (multidirectional instability). Bentuk instabilitas yang paling sering adalah anterior karena kapsul sendi paling lemah di bagian depan.
Sumber gambar: eorthopod.com
Terdapat tiga cara yang menyebabkan bahu menjadi tidak stabil:
Cedera berat, atau trauma, seringkali menjadi penyebab dislokasi bahu awal. Ketika kepala humerus mengalami dislokasi, tulang glenoid dan ligamen di bagian dengan bahu seringkali mengalami cedera. Labrum juga dapat mengalami robekan. Kondisi ini disebut dengan lesi Bankart. Dislokasi awal yang berat dapat menyebabkan dislokasi berulang.
Sumber gambar: www.houstonmethodist.org
Beberapa orang dengan instabilitas bahu tidak pernah megalami dislokasi. Sebagian besar pasien ini memiliki ligamen bahu yang lebih longgar.
Keadaan tersebut terkadang merupakan anatomi normal orang tersebut. Terkadang, keadaan ini terjadi akibat gerakan mengangkat lengan di atas kepala yang berulang.
Olahraga renang, tenis, dan bola voli adalah olahraga yang menggunakan gerakan mengangkat lengan di atas kepala yang berulang-ulang yang dapat meregangkan ligamen bahu. Beberapa pekerjaan juga memerlukan gerakan mengangkat lengan di atas kepala yang berulang.
Ligamen yang longgar dapat mempersulit mempertahankan stabilitas bahu. Aktivitas yang berulang atau banyak tekanan dapat menantang bagi bahu yang lemah. Karena dapat menyebabkan bahu nyeri dan tidak stabil.
Pada sebagian kecil pasien, bahu dapat menjadi tidak stabil tanpa adanya riwayat cedera atau regangan berulang. Pada pasien-pasien tersebut, bahu dapat terasa longgar atau mengalami dislokasi ke berbagai arah, keadaan ini disebut dengan multidirectional instability.
Pasien-pasien ini secara alami memiliki ligamen yang longgar di seluruh tubuhnya dan dapat "double-jointed" (memiliki hipermobilitas sendi).
Instabilitas bahu cenderung dialami oleh tiga kelompok pasien berikut ini:
Pasien yang pernah mengalami dislokasi bahu sebelumnya seringkali mengalami instabilitas kronis. Pada pasien ini, ligamen yang menyokong bahu mengalami robekan ketika terjadi dislokasi.
Bila ligamen ini tidak menyembuh sempurna (longgar), bahu akan rentan mengalami dislokasi ulang dan menjadi tidak stabil. Ketika pasien yang lebih muda (kurang dari 35 tahun) mengalami dislokasi traumatik, instabilitas bahu akan terjadi pada 80% pasien.
Atlet yang melakukan gerakan mengangkat lengan di atas kepala dapat memiliki bahu yang longgar atau mengalami multidirectional instability (MDI).
Atlet-atlet ini seperti atlet bola voli, renang, tenis, dan pelempar pada baseball, dapat mengalami instabilitas bahu kronis. Ketika sendi tidak mengalami dislokasi seluruhnya, kekhawatiran atau perasaan akan mengalami dislokasi akan mempengaruhi performa atlet tersebut.
Kondisi ini akan menyebabkan instabilitas bahu.
Gejala umum dari instabilitas bahu kronis yaitu:
Instabilitas kronis dapat menyebabkan berbagai gejala. Salah satunya adalah sering mengalami subluksasi. Pada subluksasi, bahu tergelincir (sublux) pada posisi tertentu, dan bahu dapat terasa longgar.
Keadaan ini seringkali terjadi ketika tangan diangkat ke atas kepala, misalnya ketika melempar. Subluksasi bahu biasanya menyebabkan rasa nyeri, seperti dijept atau dicubit.
Seringkali atlet dengan instabilitas merasakan bahu ingin “keluar dari lubang”. Sensasi tersebut adalah bahu yang tergelincir ke depan pada glenoid ke labrum. Biasanya penderita akan merasakan sensasi “tergelincir” ketika melakukan posisi provokatif.
Posisi tersebut adalah ketika lengan miring dan siap melempar bola. Karena atlet terus melakukan gerakan melempar, robekan dapat bertambah dan performa atlet akan segera menurun.
Gejala dislokasi bahu yaitu:
Bila saraf meregang, daerah yang baal akan dirasakan di bagian luar lengan, tepat di bawah bahu. Beberapa otot bahu dapat menjadi sedikit lemah sampai saraf menyembuh. Tetapi kelemahan biasanya bersifat sementara.
Bersambung ke Instabilitas Bahu. Bagian II.
Referensi:
Anda dapat menerima layanan dengan mengunjungi salah satu cabang kami.
Klinik Flex-Free Jakarta Utara
Ruko Italian Walk J No. 19, Dekat Pintu Masuk Gate C, Mall of Indonesia, Jl. Raya Boulevard Barat, Kelapa Gading, Jakarta Utara
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +62214514421Klinik Flex-Free Bandung
Jl. Terusan Pasir Koja No 153/67, Kelurahan Panjunan, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung, Jawa Barat
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622220580806Klinik Flex-Free Jakarta Selatan
The Bellezza Shopping Arcade, Lantai dasar Unit SA58-60, (Ex Food Hall, Lobby Timur), Jalan Arteri Permata Hijau No.34, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, DKI Jakarta
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622125675561