Cedera hamstring (cedera otot belakang paha), sering terjadi pada atlet yang sering berlari, seperti pelari, sepak bola, dan bola basket.
Meskipun cedera hamstring tidak menyebabkan kematian, namun karena penyembuhannya membutuhkan waktu yang cukup lama, akan mengakibatkan kerugian yang besar bagi para atlet, terlebih risiko berulangnya kejadian pada atlet yang pernah mengalaminya.
Bagian belakang paha dibentuk oleh 3 macam otot yang secara keseluruhan dikenal sebagai otot hamstring, yaitu otot semitendinosus, otot semimembranosus dan otor bisep femoris.
Otot-otot ini bermula dari bagian bawah panggul di sebuah tempat bernama tuberositas iskia, kemudian menyebrangi sendi lutut dan berakhir di bagian bawah lutut.
Otot-otot ini bekerja secara berlawanan dengan otot-otot paha depan untuk meluruskan dan menekuk bagian lutut, sehingga mampu menimbulkan suatu pergerakan kaki. Otot yang paling sering mengalami cedera adalah otot hamstring.
Penyebab cedera hamstring terjadi ketika otot-otot hamstring mengalami peregangan atau kontraksi berlebihan, secara tiba-tiba. Hal ini dapat memicu timbulnya robekan, baik robekan menyeluruh dari komponen-komponen otot pembentuk hamstring atau hanya sebagian dari komponen serat-seratnya saja.
Cedera hamstring dapat terjadi pada 4 tempat yaitu pada asal (pangkal) otot, daerah persimpangan otot musculotendinous, pada bagian perut otot atau pada bagian ujung otot.
Dan yang paling sering mengalami cedera adalah bagian persimpangan otot musculotendinous akibat peregangan maksimum selama kontraksi.
Bentuk cedera hamstring atau cedera otot belakang paha dapat berupa regangan. Regangan terjadi akibat peregangan maksimum pada persimpangan otot musculotendinous dan beberapa robekan serat otot atau tendon.
Cedera tingkat 2 (sobekan parsial) mengacu pada robekan otot yang lebih besar, namun otot musculotendinous masih dapat berfungsi meskipun tidak maksimal.
Cedera tingkat lanjut (derajat 3 atau complete tear) apabila terjadi robekan lengkap dari otot musculotendinous sehingga fungsinya terganggu.
Beberapa hal yang merupakan faktor risiko cedera hamstring:
Kelelahan akan mengurangi kemampuan otot untuk menyerap energi, sehingga suplai nutrisi berkurang dan menjadikan struktur otot tersebut rentan terhadap cedera.
Pemanasan penting dilakukan pada saat akan memulai aktifitas sehingga otot memeiliki kelenturan yang baik.
Setelah kita melakukan aktivitas yang berat dalam jangka waktu lama (terutama pada atlet), tubuh harus diistirahatkan untuk memberi waktu pada otot tersebut memperbaiki kondisinya.
Otot yang mengalami kelelahan akan lemah, dan kurang mampu untuk mengatasi stres latihan dan lebih mungkin terluka.
Ketidakseimbangan terjadi apabila terdapat 2 kelompok otot yang bekerja secara berlawanan namun memiliki kekuatan yang berbeda.
Otot-otot paha depan di depan paha biasanya lebih kuat dibanding otot-otot hamstring.
Mekanisme kerja ke 2 nya berlawanan, sehingga seringnya selama aktifitas berlari dengan kecepatan tinggi, hamstring menjadi lebih cepat lelah daripada otot bagian depan paha dan rentan mengalami cedera demi mengimbangi kemampuan kerja otot paha depan.
Pilihan aktivitas fisik yang lebih mengutamakan pergerakan kaki untuk berlari seperti pada pelari cepat, pesebak bola, pemain basket, penari, atlet remaja yang masih tumbuh dan atlet berusia tua
Pada usia remaja, sering terjadi lonjakan pertumbuhan yang menyebabkan tulang tumbuh lebih cepat daripada otot.
Tulang yang tumbuh akan menarik otot dan membuat ketegangannya meningkat. Peregangan yang tiba-tiba dan berlebihan pada saat beraktivitas dapat menyebabkan robekan dari otot-otot tersebut.
Cedera hamstring atau cedera otot belakang paha sering terjadi tiba-tiba saat sedang melakukan aktivitas.
Timbul nyeri tajam dan mendadak di bagian belakang paha, yang menyebabkan aktivitas terhenti atau penderita terjatuh.
Pembengkakan akan timbul beberapa jam setelah cedera, memar atau perubahan warna dari bagian belakang paha akan terjadi selama beberapa hari pertama disertai kelemahan dari otot hamstring yang dapat menetap hingga beberapa minggu.
Rontgen kadang dibutuhkan untuk memastikan apakah terjadi avulsi (pergeseran atau perubahan letak) hamstring tendon. Avulsi yang terjadi dapat menyebabkan kerusakan dan penarikan pada tulang.
Ultrasonografi (USG) muskuloskeletal umumnya digunakan untuk memastikan kondisi otot hamstring. Hal ini dapat membantu dokter menentukan tingkat cedera hamstring yang terjadi.
Magnetic Resonance Imaging (MRI) memberikan gambaran yang lebih baik untuk kondisi otot hamstring yang cedera, namun memiliki beberapa kelemahan yaitu adanya bahaya radiasi, biaya lebih mahal, dan harus disertai persiapan khusus dan bersifat tidak real time.
Penanganan cedera hamstring bervariasi, bergantung pada jenis cedera yang terjadi, tingkat keparahan, kebutuhan dan harapan penderita sendiri.
Tujuan penanganan cedera hamstring adalah untuk membantu penderita dapat melakukan aktivitasnya kembali, mengembalikan kemampuan penderita lebih cepat, dan mencegah masalah lebih lanjut di masa mendatang.
Pertolongan pertama cedera hamstring yang harus dilakukan, memiliki prinsip yang sama seperti penanganan cedera pada umumnya.
Rest. Istirahatkan area yang mengalami cedera. Gunakan alat penyangga agar tidak membebani area yang cedera.
Ice. Gunakan kompres dingin selama 20 menit, beberapa kali sehari. Kompres dingin penting untuk meredakan pembengkakan dan peradangan.
Compression. Penekanan pada area yang cedera akan mengurangi pembebankakan lanjutan dan mengurangi kehilangan darah lanjut. Dapat dilakukan kompresi dengan perban elastis.
Elevasi. Menempatkan bagian yang cedera dengan posisi yang lebih tinggi dari jantung saat beristirahat akan mengurangi risiko perdarahan berlanjut. Kadang diperlukan imobilisasi untuk menjaga kaki dalam posisi netral untuk membantu penyembuhan.
Penanganan cedera hamstring pada kasus yang ringan (derajat 1 dan 2) umumnya diperlukan non operatif. Fokus utama penanganan cedera hamstring adalah mengembalikan kekuatan dan fleksibilitas otot dengan melalui peregangan lembut yang akan meningkatkan rentang gerak.
Penanganan cedera hamstring non operatif meliputi terapi fisik dan latihan fisik yang dimulai setelah rasa sakit menghilang dan pembengkakan mereda. Latihan untuk penguatan akan dilakukan secara bertahap.
Pembedahan dilakukan bila terjadi robekan lengkap dari salah satu otot hamstring yang akan mengganggu fungsi otot tersebut atau apabila terjadi avulsi otot hamstring yang menarik tulang tempat perlekatan ujung ototnya.
Anda dapat menerima layanan dengan mengunjungi salah satu cabang kami.
Klinik Flex-Free Jakarta Utara
Ruko Italian Walk J No. 19, Dekat Pintu Masuk Gate C, Mall of Indonesia, Jl. Raya Boulevard Barat, Kelapa Gading, Jakarta Utara
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +62214514421Klinik Flex-Free Bandung
Jl. Terusan Pasir Koja No 153/67, Kelurahan Panjunan, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung, Jawa Barat
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622220580806Klinik Flex-Free Jakarta Selatan
The Bellezza Shopping Arcade, Lantai dasar Unit SA58-60, (Ex Food Hall, Lobby Timur), Jalan Arteri Permata Hijau No.34, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, DKI Jakarta
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622125675561