Rheumatoid arthritis (RA) bisa sulit untuk didiagnosa pada tahap awal, karena tanda dan gejala yang ada mirip dengan banyak gangguan sendi lainnya, seperti gout, pseudogout, osteoarthritis, arthritis gonokokal, atau arthritis psoriatik.
Mengingat proses peradangan yang terjadi pada RA berjalan kronis, maka dalam menegakkan diagnosis RA, dokter akan mengumpulkan data dari riwayat penyakit dan riwayat keluhan yang diderita.
Mulai kapan keluhan timbul, apakah keluhan nyeri dan bengkak sendi terjadi di beberapa sendi secara bersamaan, apakah keluhan nyeri dan bengkak sendi terjadi pada sisi yang sama setiap kali keluhan timbul, apakah ada kekakuan sendi di pagi hari, dll.
Pada pemeriksaan fisik, bisa ditemukan adanya sendi-sendi yang membengkak, tampak merah, dan terasa hangat.
Pemeriksaan tambahan tidak banyak berperan untuk mendiagnosis rheumatoid arthritis, namun dapat menyokong bila terdapat keraguan atau untuk melihat prognosis pasien.
Pada pemeriksaan laboratorium:
Kadar antibodi ini bisa menurun jika peradangan sendi berkurang dan akan meningkat jika terjadi serangan Sisanya dapat dijumpai pada pasien lepra, tuberculosis paru, sirosis hepatis, hepatitis infeksiosa, lues, endokarditis bakterialis, penyakit kolagen dan sarkoidosis.
Pemeriksaan foto rontgen dilakukan untuk melihat progesivitas penyakit RA. Dari hasil foto dapat dilihat adanya kerusakan jaringan lunak maupun tulang.
Pemeriksaaan ini dapat memonitor progresivitas dan kerusakan sendi jangka panjang. Pada pemeriksaan rontgen yang sering terkena adalah sendi metatarsofalang dan biasanya simetris, dan sendi sakroiliaca.
Pada awalnya terjadi pembengkakan jaringan lunak dan demineralisasi juksta artikular, kemudian terjadi penyempitan ruang sendi.
Gambaran rontgen pada RA
Selain itu juga dapat dilakukan analisa cairan sendi untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan kadar leukosit atau tidak dan juga dapat menyingkirkan kemungkinan penyakit rematik lainnya.
Kriteria dari American Rheumatism Association (ARA) adalah:
Beberapa persendian yang sering mengalami, yaitu interfalang proksimal, metakarpofalang, pergelangan tangan, siku, pergelangan kaki dan metatarsofalang kanan dan kiri.
Diagnosis ditegakkan jika sekurang-kurangnya terpenuhi 4 dari 7 kriteria di atas.
Pemeriksaan fisik pada area yang mengalami keluhan
Sumber : www.arthritis.answers.com
Belum ada pengobatan yang dapat digunakan untuk menyembuhkan Rheumatoid Arthritis. Tujuan pemberian terapi adalah untuk mengurangi peradangan sendi dan rasa nyeri, memaksimalkan fungsi sendi, dan mencegah terjadinya kerusakan dan kelainan bentuk sendi.
Secara garis besar tatalaksana OA dibagi menjadi:
A. Terapi konservatif pada rheumatoid arthritis dilakukan untuk mengurangi peradangan sendi, mengatasi dan mengontrol rasa nyeri, memaksimalkan fungsi sendi yang terkena, meliputi:
Makanan mengandung minyak ikan (asam lemak omega-3) bisa membantu meredakan gejala pada beberapa orang dengan RA. Selain itu, efek anti-peradangan dari curcumin yang terdapat pada kunyit bisa bermanfaat untuk mengurangi gejala-gejala penyakit.
OAINS, seperti Ibuprofen atau Naproxen, bisa digunakan untuk mengatasi gejala-gejala rheumatoid arthritis, seperti pembengkakan dan rasa nyeri. Namun, obat ini tidak dapat mencegah kerusakan sendi akibat perkembangan Rheumatoid Arthritis.
OAINS sebaiknya tidak digunakan untuk orang-orang dengan gangguan saluran cerna, seperti ulkus peptikum atau tukak lambung, karena OAINS bisa menyebabkan gangguan lambung.
Efek samping lain yang bisa terjadi akibat pemakaian obat OAINS antara lain sakit kepala, peningkatan tekanan darah, perburukan tekanan darah tinggi, perburukan fungsi ginjal, pembengkakan, serta penurunan fungsi trombosit. OAINS juga bisa meningkatkan risiko terjadinya serangan jantung dan stroke.
Risiko ini tampaknya lebih tinggi jika obat digunakan dalam dosis besar dan waktu yang lebih lama.
Sumber gambar: www.webmd.com
DMARD, seperti Methotrexate, bisa digunakan untuk menghambat perkembangan penyakit RA. Pemberian obat ini mungkin lebih efektif dalam bentuk kombinasi ketimbang obat tunggal.
Namun, karena risiko efek samping yang berbahaya (misalnya kerusakan hati, penekanan sumsum tulang, atau infeksi paru berat), maka pemakaian obat ini harus dipantau secara ketat oleh dokter.
Kortikosteroid, seperti Prednison, merupakan obat yang efektif untuk mengurangi peradangan dan gejala-gejala rheumatoid arthritis.
Meskipun kortikosteroid efektif untuk pemakaian jangka pendek, tetapi obat ini tidak dapat mencegah kerusakan sendi dan bisa menjadi kurang efektif pada pemakaian jangka panjang, padahal RA biasanya aktif selama bertahun-tahun.
Selain itu, pemakaian kortikosteroid jangka panjang hampir selalu menimbulkan efek samping hampir di seluruh organ tubuh.
Efek samping yang bisa terjadi antara lain: penipisan kulit, memar, osteoporosis, tekanan darah tinggi, kadar gula darah yang tinggi dan katarak.
Orang-orang dengan ulkus peptikum, tekanan darah tinggi, infeksi yang tidak teratasi, diabetes, dan glaukoma sebaiknya tidak menggunakan kortikosteroid.
Efek samping penggunaan obat-obatan anti inflamasi untuk jangka panjang
Setelah peradangan mereda, bisa dilakukan latihan aktif yang rutin, tetapi jangan sampai terlalu lelah. Biasanya latihan akan lebih mudah jika dilakukan di dalam air.
Untuk mengatasi persendian yang kaku, perlu dilakukan latihan yang intensif dan kadang digunakan pembidaian untuk meregangkan sendi secara perlahan.
Penderita yang menjadi cacat karena RA bisa menggunakan alat bantu untuk melakukan aktivitas sehari-hari, misalnya dengan menggunakan sepatu ortopedik atau sepatu atletik khusus.
Sumber gambar: www.webmd.com
B. Terapi operatif atau pembedahan pada Rheumatoid Arthritis mungkin diperlukan untuk kasus tertentu yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan, misalnya kelainan bentuk anggota gerak tubuh yang membatasi penderita untuk beraktivitas.
Tindakan pembedahan untuk mengganti sendi lutut atau sendi pinggul merupakan cara yang paling efektif untuk mengembalikan mobilitas dan fungsi sendi jika penyakit telah mencapai tahap lanjut.
Cara ini dilakukan jika sendi telah mengalami kerusakan berat sehingga memiliki fungsi yang terbatas. Sendi juga bisa satukan, terutama pada kaki, sehingga penderita bisa berjalan tanpa rasa nyeri, atau pada tulang belakang untuk mencegah penekanan pada medula spinalis.
Anda dapat menerima layanan dengan mengunjungi salah satu cabang kami.
Klinik Flex-Free Jakarta Utara
Ruko Italian Walk J No. 19, Dekat Pintu Masuk Gate C, Mall of Indonesia, Jl. Raya Boulevard Barat, Kelapa Gading, Jakarta Utara
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +62214514421Klinik Flex-Free Bandung
Jl. Terusan Pasir Koja No 153/67, Kelurahan Panjunan, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung, Jawa Barat
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622220580806Klinik Flex-Free Jakarta Selatan
The Bellezza Shopping Arcade, Lantai dasar Unit SA58-60, (Ex Food Hall, Lobby Timur), Jalan Arteri Permata Hijau No.34, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, DKI Jakarta
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622125675561