(Sumber gambar: medicalxpress.com)
Osteoporosis (tulang keropos) adalah penyakit metabolik tulang yang cukup umum terjadi di masyarakat. Osteroporosis sering terjadi pada ras Kaukasia, wanita, dan usia lanjut. Massa tulang terbentuk sejak lahir hingga dewasa.
Pertumbuhan massa tulang mencapai puncaknya pada masa pubertas, selanjutnya massa tulang akan mulai berkurang. Massa tulang ditentukan oleh faktor genetik, kesehatan selama pertumbuhan, nutrisi, status endokrin, jenis kelamin, dan aktivitas fisik.
Osteoporosis muncul akibat pembentukan matriks tulang yang tidak mencukupi atau peningkatan resorpsi matriks tulang yang mengakibatkan penurunan massa tulang. Penurunan massa tulang ini akan membuat tulang menjadi mudah patah (fraktur).
Penyebab osteoporosis dapat diklasifikasikan dalam 2 kelompok yaitu :
Yang termasuk penyebab osteoporosis primer adalah menopause (defisiensi hormon estrogen) dan proses penuaan.
Yang termasuk penyebab osteoporosis sekunder adalah penyakit metabolik, obat-obatan, dan gaya hidup.
Osteoporosis sekunder
Penyakit genetik |
Sistik fibrosis, osteogenesis imperfecta, Ehler Danlos, Sindrom Marfan |
Kelainan endokrin |
Obesitas, diabetes mellitus tipe 1 dan 2, hiperparatiroid, menopause dini (<40 tahun) |
Kelainan gastrointestinal |
Penyakit pankreas dan kantung empedu, riwayat operasi pencernaan |
Kelainan hematologi (darah) |
Hemofilia, leukemia, thalassemia, sickle cell disease |
Kelainan neuromuskular |
Epilepsi, sklerosis multipel, Parkinson, trauma saraf tulang belakang, stroke |
Kelainan rheumatologi dan autoimun |
Ankylosing spondylitis, lupus, Rheumatoid arthtritis (RA) |
Gaya hidup |
Kurangnya vitamin D dan kalsium, tinggi konsumsi garam, perokok (aktif atau pasif), pecandu alkohol, immobilisasi, Indeks Massa Tubuh (IMT) ≤ 19kg/m2, kurang beraktivitas, kelebihan vitamin A |
Lainnya |
AIDS/HIV, penyakit jantung kongestif, skoliosis idiopatik, penyakit paru obstruktif kronik |
Medikasi (obat) |
Antasida, heparin dan warfarin (pengencer darah), obat kemoterapi, glukokortikoid (prednison ≥5mg/hari selama ≥3bulan) |
Dokter akan mengajukan beberapa pertanyaan seputar gejala dan riwayat penyakit, melakukan pemeriksaan fisik, dan apabila diperlukan akan melakukan pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan seperti pengukuran Bone Mineral Density (BMD) dengan menggunakan teknik X-ray absorptiometry (DXA). BMD berfungsi untuk mengukur kekuatan tulang.
Lokasi pengukuran BMD sebaiknya dari area panggul, tulang paha, atau tulang belakang bagian pinggang (lumbar).
Indikasi pengukuran BMD antara lain :
Usia ≥ 65 tahun, perokok, konsumsi alkohol berlebihan, fraktur tulang belakang atau osteopenia yang telah terindentifikasi oleh foto radiografi, berat badan <60 kg, rheumatoid arthritis, penggunaan glukokortikoid jangka panjang, obat- obatan lain
Hipogonadism/menopause dini (<40 tahun), sindrom malabsorpsi, penggunaan glukokortikoid jangka panjang, obat-obat lain seperti terapi penekanan hormon androgen/penghambat aromatase (thiazolidinediones) dan Proton Pump Inhibitor (PPI), hiperparatiroid primer
Osteoporosis termasuk “silent disease”, penurunan massa tulang akan berkurang perlahan selama bertahun- tahun tanpa adanya gejala. Pasien baru akan menyadari mereka menderita osteoporosis setelah pemeriksaan massa tulang atau terjadinya fraktur.
Fraktur adalah gejala klinis osteoporosis yang dapat terlihat. Fraktur paling sering terjadi pada area kerangka utama seperti tulang belakang (vertebra), panggul, pergelangan tangan, atau bahu pada dewasa usia >50 tahun dengan atau tanpa trauma.
Fraktur dapat terjadi saat terjatuh dari ketinggian tinggi badan atau kurang. Fraktur dapat menimbulkan nyeri akut dan kronik, disabilitas (kecacatan yang berkepanjangan), citra diri yang buruk (fraktur kompresi pada vertebra dapat menimbulkan pengurangan tinggi badan), depresi, bahkan kematian.
Sebagai bentuk pencegahan timbulnya osteoporosis, maka disarankan untuk rutin mengkonsumsi kalsium dan vitamin D.
The Institute of Medicine (IOM) merekomendasikan konsumsi kalsium sebanyak 1.000mg/hari untuk laki- laki berusia 50-70 tahun dan 1.200mg/hari untuk wanita >50 tahun dan laki- laki usia >70 tahun.
Konsumsi kalsium sebesar >1.200-1.500mg/hari dapat meningkatkan terbentuknya batu ginjal, penyakit kardiovaskular, dan stroke. Kalsium baik diminum bersamaan dengan makanan sehingga mengurangi paparan dengan asam lambung.
Kalsium karbonat adalah kalsium dengan harga murah namun dapat menimbulkan keluhan pencernaan. Kalsium sitrat tidak menimbulkan keluhan pencernaan dan absorpsinya tidak dipengaruhi asam lambung namun harganya lebih mahal.
Vitamin D penting untuk absorpsi kalsium, kesehatan tulang, kinerja otot, dan keseimbangan. IOM mengajurkan konsumsi vitamin D sebanyak 600IU/hari hingga usia 70 tahun dan 800IU/hari untuk usia >70 tahun.
Dosis maksimal vitamin D adalah 4.000IU/hari. Terdapat 2 macam vitamin D antara lain vitamin D2 (ergocalciferol) dan vitamin D3 (cholecalciferol). Konsumsi kalsium dan vitamin D dapat diiringi dengan latihan beban dan penguatan otot, mengurangi rokok dan alkohol, serta terapi pencegahan jatuh.
Terapi osteoporosis bertujuan untuk mencegah fraktur dan menurunkan risiko jatuh, mengurangi gejala fraktur dan deformitas tulang, untuk meningkatkan fungsi fisik normal.
Salah satu terapi adalah dengan pemberian obat agen antiresorpsi seperti estrogen, bisphosphonates (BPs), dan lainnya. Agen resorpsi tidak menstimulasi pembentukan tulang, hanya mengurangi resorpsi mineral tulang.
Obat ini dikombinasi dengan konsumsi vitamin D dan kalsium secara rutin di samping terapi rehabilitasi fisik seperti latihan beban, penguatan otot punggung, dan terapi keseimbangan serta koordinasi.
Terapi rehabilitasi ini juga dapat mengurangi keluhan pada pasien usia lanjut dengan kifosis berat (kifosis : kelainan di lengkung tulang belakang yang membuat punggung atas terlihat membengkok atau membulat), rasa tidak nyaman pada punggung, dan gaya berjalan yang tidak stabil.
Sumber gambar: www.mayoclinic.org
Selain itu untuk pasien usia lanjut perlu dievaluasi faktor risiko jatuh, modifikasi area lingkungan tempat tinggal, penggunaan alas kaki yang nyaman, penanganan yang adekuat untuk kondisi komorbid seperti gangguan penglihatan, hipotensi postural, aritmia jantung, konsumsi obat psikoaktif, malnutrisi, kifosis, kelemahan otot, dan penurunan kemampuan proprioseptif.
Anda dapat menerima layanan dengan mengunjungi salah satu cabang kami.
Klinik Flex-Free Jakarta Utara
Ruko Italian Walk J No. 19, Dekat Pintu Masuk Gate C, Mall of Indonesia, Jl. Raya Boulevard Barat, Kelapa Gading, Jakarta Utara
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +62214514421Klinik Flex-Free Bandung
Jl. Terusan Pasir Koja No 153/67, Kelurahan Panjunan, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung, Jawa Barat
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622220580806Klinik Flex-Free Jakarta Selatan
The Bellezza Shopping Arcade, Lantai dasar Unit SA58-60, (Ex Food Hall, Lobby Timur), Jalan Arteri Permata Hijau No.34, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, DKI Jakarta
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622125675561