Popliteal Artery Entrapment Syndrome

(Sumber gambar: my.clevelandclinic.org)

Popliteal Artery Entrapment Syndrome (PAES) adalah suatu sindroma yang muncul akibat kompresi arteri poplitea yang terletak di belakang lutut. Kompresi ini akibat variasi anatomi yang tidak normal antara pembuluh darah dan struktur otot dan sendi di sekitarnya.

Apabila area sekitar berkontraksi saat beraktivitas maka juga dapat menimbulkan penekanan pada saraf tibia.

Penyebab PAES dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :

1. Penyebab anatomi

Penyebab anatomi disebabkan oleh adanya variasi anatomi. Variasi anatomi ini terbagi menjadi 5 tipe. Kondisi PAES anatomi akan berkembang seiring waktu oleh karena olahraga dan aktivitas.

Sumber gambar: www.researchgate.net

Tipe 1 : adanya variasi arteri poplitea

Tipe 2 : posisi arteri terhadap otot sekitar yang tidak normal

Tipe 3 : posisi arteri terhadap otot dan jaringan ikat sekitar yang tidak normal

Tipe 4 : arteri poplitea berada dibawah otot poplitea

Tipe 5 : kompresi arteri dan vena poplitea

Tipe 6: variasi lainnya

2. Penyebab fungsional

Penyebab fungsional biasa muncul pada atlet muda oleh karena adanya pembesaran otot sekitar arteri poplitea. Olahraga yang lebih berisiko menimbulkan PAES antara lain sepakbola, futsal, dan rugby.

Gejala yang dapat dirasakan pada individu dengan PAES adalah :

  • Nyeri yang menyebar dan tidak terlokalisisr, antara di belakang lutut ataupun betis apabila penjepitan mengenai arteri tibia.
  • Nyeri klaudikasio yaitu nyeri lebih sering muncul saat beraktivitas (berjalan atau berlari) walaupun kadang-kadang dirasakan saat beristirahat. Nyeri yang muncul saat beraktivitas dapat menghilang jika telah beristirahat antara 3 hingga 5 menit.
  • Gejala iskemik atau kurangnya pasokan oksigen pada ekstremitas seperti kesemutan, rasa seperti ditusuk-tusuk disertai rasa dingin.

Dokter akan mengajukan beberapa pertanyaan dan melakukan pemeriksaan fisik untuk menentukan diagnosis dan menemukan penyebab PAES. Beberapa pemeriksaan fisik dilakukan antara lain pemeriksaan Ankle Brachial Index (ABIs) dengan alat tensimeter dan maneuver provokatif.

Maneuver yang provokatif akan mengurangi pulsasi perifer dan/atau akan muncul suara “bruit” yang terdengar dengan stetoskop pada arteri yang >50% terjepit. Jika suara “bruit” atau pulsasi berkurang saat istirahat, maka diperlukan pemeriksaan penunjang.

Pemeriksaan penunjang yang dapat diberikan adalah Doppler Ultrasound provokasi atau tanpa provokasi, CT angiography (CTA), MRI, dan MRI angiography (MRA).

PAES yang tidak mendapat penanganan adekuat menyebabkan gangguan fungsional.

Lama kelamaan PAES akan menimbulkan mikrotrauma pembuluh darah, hematoma intramural (penggumpalan darah pada dinding pembuluh darah), dan thrombosis (gumpalan darah yang menempel pada dinding dalam pembuluh darah) yang berujung kurangnya pasokan oksigen ke organ di bawah pembuluh darah.

Anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang dihasilkan akan membedakan PAES akibat anatomi ataupun fungsional yang mempengaruhi penatalaksanaan berdasarkan penyebab.

Untuk PAES anatomis dapat melakukan tindakan pembedahan eksplorasi dan dekompresi fossa popliteal, bypass, fasciotomy, myotomy, dan lainnya. Lebih dari 90% individu yang telah menjalani operasi dalam kembali berolahraga dalam kurang dari 3 bulan.

Untuk PAES fungsional, dapat dilakukan tindakan injeksi Botulinum Toxin (Botox BTX-A) dan tindakan pembedahan. Tindakan pembedahan dilakukan apabila individu mengeluhkan gejala yang repetitif dan semakin berat.

 

 

 

 

Referensi :

  1. Hislop M, Kennedy D, Cramp B, Dhupelia S. Functional Popliteal Artery Entrapment Syndrome : Poorly Understood and Frequently Missed? A Review of Clinical Features, Appropriate Investigations, and Treatment Options. Journal of Sports Medicine. 2014.
  2. Gokkus K, Sagtas E, Bakalim T, Taskaya E, Aydin AT. Popliteal Entrapment Syndrome : a Systematic Review of the Literature and Case Presentation. Muscles Ligaments Tendons J. 2014; 4(2) : 141-148.
  3. Radoni? V, Sopli? S, Giunio L, Bozi? I, Skovi? JM, Búca A. Popliteal Artery Entrapment Syndrome : Diagnosis and Management, with Report of Three Cases. Tec Heart Inst J. 2000; 27 (1) : 3-13.

Buat Kunjungan

Anda dapat menerima layanan dengan mengunjungi salah satu cabang kami.

Klinik Flex-Free Jakarta Utara

Ruko Italian Walk J No. 19, Dekat Pintu Masuk Gate C, Mall of Indonesia, Jl. Raya Boulevard Barat, Kelapa Gading, Jakarta Utara

Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +62214514421

Klinik Flex-Free Bandung

Jl. Terusan Pasir Koja No 153/67, Kelurahan Panjunan, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung, Jawa Barat

Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622220580806

Klinik Flex-Free Jakarta Selatan

The Bellezza Shopping Arcade, Lantai dasar Unit SA58-60, (Ex Food Hall, Lobby Timur), Jalan Arteri Permata Hijau No.34, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, DKI Jakarta

Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622125675561

Layanan Terkait Penyakit