Artritis merupakan salah satu bentuk penyakit kronis yang ditandai dengan adanya pembengkakan dan peradangan pada sendi-sendi tubuh.
Karena bersifat kronis dan dampak yang ditimbulkan mengganggu seorang penderita untuk melakukan aktivitas sehari-hari, maka penyakit ini dapat menurunkan kualitas hidup penderitanya.
Meski secara umum gejala artritis hanya berupa pembengkakkan dan nyeri pada sendi, artritis sendiri ternyata dibagi lagi menjadi beberapa jenis berdasarkan penyebab, gejala dan lokasi sendi yang terkena. Dalam kesempatan ini, kita akan membahas salah satu jenis artritis yang cukup umum diderita yaitu gout arthritis.
Gout arthritis adalah salah satu bentuk artritis yang disebabkan karena tingginya kadar asam urat yang terkandung di dalam tubuh.
Artritis gout sering menyebabkan nyeri, pembengkakkan, kekakuan hingga kemerahan mendadak pada satu atau dua sendi, di mana nyeri yang timbul dirasakan cukup berat, bersifat tiba-tiba dan sendi yang paling sering terkena adalah ibu jari dan sendi-sendi lain pada kaki.
Asam urat sendiri merupakan suatu sedimen yang normal terkandung dalam darah seseorang.
Tubuh memiliki mekanisme untuk mengeluarkan asam urat yang berlebih melalui ginjal, tetapi apabila jumlah asam urat tersebut terlalu banyak dan ginjal tidak mampu melarutkannya dengan baik, tentu orang tersebut akan terus-menerus berada dalam kondisi asam urat yang tinggi di dalam darah atau yang dikenal sebagai hiperurisemia.
Kondisi ini tentu merangsang terbentuknya kristal-kristal asam urat yang tajam, kemudian kristal tersebut mengendap pada celah-celah sendi. Apabila pengendapan ini sudah berlangsung cukup lama maka kondisi ini dapat memicu terjadinya serangan akut gout.
Serangan akibat endapan kristal yang berdesakan ini akan menimbulkan rasa sakit yang biasanya terjadi pada malam hari dan dapat berlangsung hingga beberapa hari kedepan. Kondisi ini tentu dapat berulang apabila kadar asam urat yang tinggi tidak segera diperbaiki.
Jika penderita gout memiliki kadar asam urat terus-menerus tinggi, pengendapan akan terus terjadi hingga akhirnya memicu peradangan.
Peradangan sekecil apapun tentu akan merusak jaringan sendi secara perlahan, dan bila peradangan dan kadar asam urat tersebut tidak jugaa diperbaiki dapat menyebabkan kerusakan permanen pada sendi seperti hilangnya mobilitas dan deformitas pada sendi.
Pengendapan yang sudah berlangsung lama tersebut juga dapat menimbulkan suatu gumpalan dibawah kulit pada area sendi yang terkena. Gumpalan tesebut dikenal sebagai tophi.
Gumpalan ini bisa tidak terasa sakit namun mempengaruhi estetika dan penampilan sendi. Tidak hanya pada sendi, gumpalan-gumpalan ini juga dapat timbul di tempat lain seperti daun telinga ataupun merangsang perubahan pH pada urin sehingga membentuk batu ginjal.
Apa saja yang dapat menyebabkan seseorang berisiko menderita gout artritis? Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi seperti
Gout artritis sendiri lebih banyak diderita oleh laki-laki dibandingkan perempuan, dan juga seseorang terutama laki-laki dapat mulai berisiko menderita gout sejak usia 30-40 tahun. Di Indonesia sendiri jumlah kejadian gout artritis masih belum jelas karena data yang dimiliki masih sedikit.
Namun dengan meningkatnya konsumsi makanan dan minuman siap saji, gaya hidup masyarakat kota yang kurang beraktivitas dan meningkatnya prevalensi orang dengan berat tubuh berlebih diduga menyumbang pada angka kejadian gout di kemudian hari.
Terdapat beberapa jenis makanan dan minuman yang mengandung purin dalam jumlah tinggi seperti kerang-kerangan, makanan berlemak, daging merah, jeroan seperti hati, air sup dalam bentuk kaldu, minuman soda ataupun minuman dengan pemanis yang terbuat dari olahan jagung dengan produk akhir fruktosa dan juga alkohol terutama jenis bir.
Beberapa jenis obat-obatan seperti obat imunosupresif dan diuretik dapat meningkatkan risiko seseorang untuk menderita artritis gout. Pola makan yang baik, menjaga berat tubuh yang ideal dan olahraga rutin dapat membantu mengontrol kondisi hiperurisemia dan menurunkan risiko terjadinya serangan akut gout.
Apabila seorang pasien datang untuk melakukan konsultasi, seorang klinisi akan melihat dari gejala klinis, riwayat penyakit terdahulu, pola makan, pola hidup dan hasil pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan darah dapat dilakukan untuk mengukur kadar asam urat. Kadar asam urat yang tinggi akan meningkatkan risiko terkena gout pada sebagian orang dikemudian hari.
Pengambilan sampel cairan sendi dengan jarum pada sendi yang sakit juga dapat dilakukan untuk melihat dibawah mikroskop, apakah terdapat kristal-kristal asam urat dalam cairan tersebut.
Apabila kondisi hiperurisemia ataupun artritis gout sudah berlangsung cukup lama, disarankan untuk melakukan pemeriksaan penunjang lainnya seperti rontgen (x-ray) hingga ultrasonografi.
Terapi pada artritis gout tentu merupakan terapi komprehensif dan spesifik bagi masing-masing penderitanya. Terapi tersebut menggabungkan medikamentosa (obat-obatan), rehabilitasi dan perubahan pola hidup juga diet penderitanya.
Obat-obatan yang dipilih umumnya memiliki 2 tujuan yang diinginkan yaitu mengatasi nyeri serta peradangan akibat serangan akut gout dan mencegah komplikasi artritis gout dengan mengontrol kadar asam urat.
Untuk mengatasi nyeri serta peradangan pada serangan akut gout biasanya dapat digunakan beberapa jenis obat antara lain golongan NSAID (ibuprofen, indomethacin hingga celecoxib) untuk meredakan peradangan dan nyeri.
Golongan Colchicine yang digunakan untuk meredakan serangan akut gout hingga dapat mencegah terjadinya serangan berikutnya, hingga golongan kortikosteroid yang diminum ataupun diinjeksikan pada sendi dengan tujuan mengontrol peradangan dan nyeri.
Untuk pencegahan komplikasi dan mengontrol kadar asam urat, klinisi umumnya menggunakan golongan obat yang menghambat produksi asam urat seperti xanthine oxidase inhibitor (XOIs) termasuk di dalamnya adalah allopurinol dan febuxostat, juga golongan obat yang meningkatkan pengeluaran asam urat dari ginjal seperti probenesid dan lesinurad.
Selain obat-obatan, manajemen yang tidak kalah penting dan sering dilupakan perubahan pola hidup dan makan penderitanya.
Penting bagi penderita untuk menjaga berat badan tubuh yang ideal, dikarenakan artritis gout juga diduga berhubungan dengan peningkatan risiko terjadinya penyakit darah tinggi, jantung dan ginjal.
Mengurangi jumlah konsumsi alkohol terutama bir, menghindari makan-makanan yang mengandung purin tinggi seperti bayam dan jamur, makan-makanan rendah lemak hewani dan juga mengurangi minuman manis dengan gula fruktosa seperti soda.
Penyakit gout artritis merupakan suatu penyakit yang berlangsung secara kronis dan gejala yang ditimbulkan dapat mengganggu bahkan mengurangi kualitas hidup penderitanya. Penegakan diagnosis yang tepat dan baik, pemilihan obat-obatan, edukasi perubahan gaya hidup dan pola makan juga terapi tambahan lainnya seperti rehabilitasi menjadi kunci dari penanganan gout artritis yang baik.
Anda dapat menerima layanan dengan mengunjungi salah satu cabang kami.
Klinik Flex-Free Jakarta Utara
Ruko Italian Walk J No. 19, Dekat Pintu Masuk Gate C, Mall of Indonesia, Jl. Raya Boulevard Barat, Kelapa Gading, Jakarta Utara
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +62214514421Klinik Flex-Free Bandung
Jl. Terusan Pasir Koja No 153/67, Kelurahan Panjunan, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung, Jawa Barat
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622220580806Klinik Flex-Free Jakarta Selatan
The Bellezza Shopping Arcade, Lantai dasar Unit SA58-60, (Ex Food Hall, Lobby Timur), Jalan Arteri Permata Hijau No.34, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, DKI Jakarta
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622125675561