Gangguan gerakan berulang (repetitive motion disorders, RMD) adalah gangguan atau keluhan yang terjadi pada jaringan lunak tubuh seperti otot, saraf serta jaringan penunjang lainnya pada sistem musculosekelatal, yang diakibatkan karena pemakaian berulang (gerakan berulang).
Beberapa istilah lain yang sering digunakan untuk menggambarkan kondisi ini yaitu ”Repetitive Motion Injury” (cedera gerakan berulang), ”Repetitive Strain Injury” (cedera regangan berulang), ”Repetitive Stress Injury” (cedera stress berulang), ”Repetitive Trauma Disorders” (gangguan trauma berulang) yang semua merujuk pada gangguan atau kelainan sistem Muskuloskeletal.
Meski tidak membahayakan jiwa, namun keluhan yang diakibatkan gerakan berulang dapat sangat menyakitkan dan melemahkan.
Seiring waktu, RMD dapat menyebabkan kerusakan sementara atau permanen dari jaringan lunak dalam tubuh - seperti otot, saraf, tendon, dan ligamen, dan dapat terjadi kompresi saraf atau jaringan.
Cedera gerakan berulang mengakibatkan kerugian besar dalam hal biaya perawatan untuk tenaga kerja, selain tenaga kerja yang menderita, akan kehilangan produktivitas optimalnya. Hal ini dapat menjadi beban baik bagi tenaga kerja maupun pada perusahaan. Keluhan ini juga sering terjadi dan dialami oleh atlet.
Sebagai contoh, sejak 1970-an telah terjadi peningkatan keluhan atau gangguan pada tangan, leher, dan bahu yang dikaitkan dengan meluasnya penggunaan mesin ketik/komputer di tempat kerja yang membutuhkan waktu yang lama, gerakan berulang-ulang dalam posisi tetap.
Sumber gambar: www.tenscare.co.uk
Kondisi ini umumnya diakibatkan karena
yang dilakukan baik dalam program kerja normal atau kegiatan sehari-hari, termasuk kegiatan olahraga dan hobi.
Sumber gambar: www.atlantaworkerscompblog.com & www.andersonsclawyer.com
Beberapa hal yang harus diwaspadai karena dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan cedera berulang yaitu bila:
Bekerja dengan mesin getar dan udara dingin
Sumber gambar: www.workplacesafetynorth.ca
Gangguan gerakan berulang paling sering terjadi dan mengenai tubuh bagian atas yaitu tangan, pergelangan tangan, siku dan bahu, tetapi keluhan dapat juga terjadi pada leher, punggung, pinggul, lutut, kaki dan pergelangan kaki, tergantung area tubuh yang paling sering mendapatkan beban gerakan berulang.
Beberapa contoh tindakan sehari-hari, seperti melempar bola, menggosok lantai, pekerjaan perakitan, pengepakan daging, pekerjaan yang menggunakan conveyor belt (ban berjalan), menjahit, memainkan alat musik, penggunaan komputer, pertukangan, berkebun, jogging dan tenis dapat memicu terjadinya kondisi ini.
Gerakan tangan yang halus, yang berualang terus menerus akhirnya memicu kerusakan atau abrasi dari jaringan-jaringan yang terlibat dalam pergerakan tersebut. Otot yang selalu berkontraksi saat pergerakan akan mengalami cedera, terjadi peradangan dan penurunan rentang gerak.
Selubung yang menutupi tendon akan kehabisan pelumas karena mereka tidak diberi waktu untuk beristirahat, sehingga tendon dan selubungnya meradang, mengakibatkan rasa sakit.
Tendon yang meradang, akan menimbulkan penekanan pada saraf sekitar karena pembengkakan. Hal ini dapat menyebabkan mati rasa, kesemutan, atau hipersensitivitas terhadap sentuhan.
Gejala lainnya tergantung area tubuh yang terkena (lihat bab pembahasan masing-masing kelainan).
Jenis kelainan jaringan lunak akibat cedera gerakan berulang yang paling umum terjadi adalah tendinitis dan bursitis (peradangan pada tendon dan bursa), cedera tendon dan bursa, namun seringnya kelainan pada jaringan-jaringan ini terjadi secara bersamaan.
Tendon adalah ujung-ujung otot, merupakan jaringan fibrosa putih yang berbentuk pita terdiri dari serat kolagen, yang melekatkan otot ke tulang. Tendon menyalurkan gaya yang dihasilkan oleh kontraksi otot ke tulang.
Tendon tidak memiliki kemampuan berkontraksi seperti otot, tetapi dapat memanjang (meregang).
Tendon memungkinkan terjadinya gerakan tubuh di semua sendi di seluruh tubuh dan merupakan jaringan yang sangat kuat karena harus mampu menanggung semua beban otot yang melekat.
Aktivitas berulang akan memicu timbulnya peregangan berlebihan dan dapat menyebabkan kerusakan atau masalah pada tendon. Kondisi ini disebut tendinosis dan apabila proses berlanjut, akan terjadi peradangan pada tendon yang disebut tendinitis.
Peradangan tendon biasanya terjadi di lokasi penyisipan ke dalam tulang.
Selain itu, terdapat selubung pelumas (sinovium) yang menyelimuti tendon, sehingga memudahkan tendon dalam memanjang atau meregang, saat otot berkontraksi.
Ketika tendon mengalami peradangan, selubung pelumas ini dapat ikut meradang sehingga terjadi kondis yang disebut tenosinovitis.
Tenosinovitis hampir identik dengan tendinitis, karena memiliki penyebab, gejala dan pengobatan yang sama.
Kerusakan pada tendon
Sumber gambar: ge19
Bursa atau sering dikenal sebagai bantalan sendi, adalah kantung yang ditemukan di daerah sendi.
Bursa berfungsi melindungi atau melumasi daerah antara tendon dan tulang di daerah sendi di mana gesekan tulang-tulang sering terjadi. Terdapat lebih dari 150 bursa dalam tubuh manusia.
Seperti halnya tendon, gerakan berulang dan berlebihan yang terjadi pada daerah sendi, akan memicu terjadinya peradangan pada bursa sehingga terjadi bursitis.
Beberapa kelainan akan dibahas berdasarkan bagian tubuh yang terkena seperti keluhan yang menyerang bahu, siku, tangan dan pergelangan tangan dan bagian-bagian tubuh yang lain.
Beberapa contoh istilah yang merujuk kelainan yang dikaitkan dengan cedera gerakan berulang yaitu
Gerakan berulang mengangkat bahu yang meningkatkan risiko terjadinya peradangan dan pembengkakan pada bursa dan tendon otot bahu.
Sumber gambar: www.hughston.com & www.drugs.com
Kelainan epinkondilitis lateral (tennis elbow) dan contoh aktivitas berulang yang memicunya
Sumber gambar: www.webmd.com & images.reachsite.com
Kelainan sindrom terowongan karpal dan contoh aktivitas berulang yang memicunya
Sumber gambar: www.wikipedia.org & : www.ahchealthenews.com
Kelainan Trigger Finger dan contoh aktivitas berulang yang memicunya
Sumber gambar: www.mychhs.colostate.edu & www.painfreehands.com
Penanganan harus dilakukan sesegera mungkin, terlebih apabila penderita memiliki faktor risiko melakukan kegiatan atau aktivitas berulang baik karena pekerjaan, olahraga dan hobi.
Penanganan harus dilakukan bila mulai timbul rasa sakit dan terdapat hilangnya fungsi yang membatasi aktivitas penderita dan tidak menunggu hingga kehilangan fungsional berat.
Penanganan yang dilakukan umumnya terdapat dua pilihan dasar, yaitu penanganan konservatif atau non bedah dan penanganan secara bedah (operatif).
Penanganan konservatif difokuskan untuk mengurangi nyeri dan pembengkakan, dan mencegah proses kerusakan berlanjut dan mencegah kejadian/kekambuhan berulang, meliputi :
Perawatan di rumah
Merupakan semua upaya yang harus dilakukan oleh penderita di rumah, sebelum mendapatkan pertolongan dari dokter. Tujuannya adalah mengurangi rasa nyeri dan mencegah proses berlanjut.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan di rumah sebagai upaya pertolongan pertama adalah sebagai berikut:
Kompres dingin menggunakan ice pack, dapat dilakukan beberapa kali sehari (3-4 kali sehari) dengan lama kompres <20 menit setiap kalinya. Lakukan kompres dingin samapi tanda-tanda radang mereda dan nyeri berkurang, umumnya sekitar 3 hari.
Hindari penggunaan obat-obat anti peradangan tanpa resep dokter mengingat efek samping yang ditimbulkannya cukup berbahaya dan hindari penggunaan obat-obat penghilang nyeri untuk jangka waktu panjang.
Terapi Fisik (Fisioterapi)
Terapi fisik atau fisioterapi biasanya dilakukan oleh dokter Spesialis Rehabilitasi Medik, yang akan memberikan terapi dengan alat-alat yang menggunakan metode fisika (panas, getaran, gelombang suara, tarikan/traksi, dll).
Terapi yang diberikan umumnya merupakan perpaduan terapi menggunakan ultrasound, laser, infra merah, dll disertai latihan fisik dan pemberian obat-obatan baik secara oral ataupun suntik.
Dosis terapi dan pemilihan alat-alat tersebut akan berbeda-beda untuk masing-masing penderita, yang akan disesuaikan dengan jenis kelainan, tingkat keparahan dan adakah kontraindikasi yang dialami penderita dengan tujuan untuk memperbaiki kondisi jaringan yang meradang.
Sumber gambar: www.healthtap.com
Pelatihan fisik ditujukan untuk memulihkan fungsi, melatih dan memperkuat otot-otot ataupun jaringan lunak dan sendi yang mengalami kelainan, dengan mengajarkan beberapa variasi latihan peregangan dan latihan rentang gerak sendi, apabila kelainan tersebut melibatkan sendi.
Tujuan lain dari pelatihan fisik adalah memberikan pengetahuan kepada penderita tentang teknik-teknik beraktivititas yang direkomendasikan untuk mencegah kejadian berulang.
Tergantung kondisi dan tingkat kelainan yang dialami termasuk aktivitas yang harus dijalani penderita, dokter akan merekomendasikan penggunaan alat penyokong yang sesuai dengan kebutuhan.
Tujuannya untuk mengurangi ketegangan otot dan mencegah terjadinya gerakan-gerakan yang dapat memperparah kelainan.
Penggunaan splint pada trigger finger dan brace pada carpal tunnel syndrome
Sumber gambar: insurancethoughtleadership.com
Program rehabilitasi okupasi juga membantu kembalinya pekerja yang mengalami cedera berulang bekerja kembali dengan fokus khusus pada persyaratan kerja dan merancang program kerja dan memodifikasi kegiatan atau teknik bekerja untuk mengurangi cedera lebih lanjut dan untuk lebih mempersiapkan pekerja untuk pekerjaannya.
Program ini mungkin termasuk latihan tangan, peregangan dan mengubah aktivitas kerja untuk mengurangi stres pada daerah yang terkena.
Anda dapat menerima layanan dengan mengunjungi salah satu cabang kami.
Klinik Flex-Free Jakarta Utara
Ruko Italian Walk J No. 19, Dekat Pintu Masuk Gate C, Mall of Indonesia, Jl. Raya Boulevard Barat, Kelapa Gading, Jakarta Utara
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +62214514421Klinik Flex-Free Bandung
Jl. Terusan Pasir Koja No 153/67, Kelurahan Panjunan, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung, Jawa Barat
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622220580806Klinik Flex-Free Jakarta Selatan
The Bellezza Shopping Arcade, Lantai dasar Unit SA58-60, (Ex Food Hall, Lobby Timur), Jalan Arteri Permata Hijau No.34, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, DKI Jakarta
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622125675561