Sumber gambar: hipandkneeadvice.com
Pada keadaan normal, patella (tempurung lutut) terletak di celah yang terdapat di dasar femur (tulang paha).
Tempurung lutut meluncur ke atas dan bawah di celah yang disebut dengan celah patellofemoral di depan tulang paha atau femur ketika lutut ditekuk.
Patella terikat dengan otot quadriceps melalui tendon quadriceps dan bekerja mengangkat pengungkit dari kelompok otot ini ketika meluruskan lutut.
Patella secara normal berada di celah patellofemoral dan hanya dirancang untuk bergelincir secara vertikal.
Dislokasi Patella mengacu pada keadaan di mana tempurung lutut keluar dari tempat normalnya.
Arah dislokasi lutut yang paling sering adalah ke lateral. Ketika hal ini terjadi, otot dan ligamen di lutut menjadi terlalu meregang dan mengalami kerusakan.
Dislokasi patella tidak sama dengan dislokasi sendi lutut yang merupakan cedera traumatik yang lebih berat.
Pada sebagian besar kasus, patella akan kembali ke celah patellofemoral ketika lutut diluruskan, akan tetapi dapat menimbulkan nyeri hebat.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan dislokasi patella yang paling sering adalah insufisiensi kekuatan otot quadriceps pada sisi dalam lutut, pronasi kaki berlebihan dan yang dikenal dengan peningkatan sudut Q lutut.
Otot vastus medialis oblik atau VMO adalah otot quadriceps pada sisi dalam paha dan bertanggung jawab untuk mempertahankan stabilitas patella di lutut.
Bila otot VMO tidak kuat atau serat ototnya tidak cukup terorientasi, patella akan lebih rentan mengalami dislokasi.
Pronasi kaki yang berlebihan adalah keadaan di mana kaki bergulir ke dalam atau terlalu datar ketika berlari.
Hal ini menyebabkan tungkai berputar ke dalam yang akan menyebabkan patella rentan bergerak ke arah luar ketika otot quadriceps berkontraksi.
Sudut Q lutut berkaitan dengan sudut tungkai bawah terhadap lutut, dan orang dengan peningkatan sudut Q seringkali disebut dengan “knock kneed”.
Ketika mereka meluruskan tungkai, patella terdorong ke arah luar yang menyebabkan patella mudah mengalami dislokasi.
Sumber gambar: orthopedicsindia.com |
Subluksasi patella mengacu pada keadaan di mana tempurung lutut keluar sebagian dari posisi normalnya (dislokasi sebagian).
Dislokasi patella terutama disebabkan oleh kejadian traumatik (seringkali akibat terputar atau pukulan langsung) ke lutut. Akan tetapi terdapat beberapa faktor yang dapat menjadi predisposisi terjadinya dislokasi patella. Antara lain:
Dislokasi patella paling sering terjadi pada atlet remaja. Memutar femur (tulang paha) ke arah dalam dengan kaki yang terfiksasi ketika menekuk lutut adalah gerakan penyebab dislokasi yang paling sering. (Greiwe et al 2010)
Nyeri akan segera dirasakan saat cedera. Kemungkinan terdapat pembengkakan di sendi lutut. Selain itu dapat ditemukan gejala sebagai berikut:
Pada pemeriksaan, dokter akan mencari tanda dislokasi patella dan kerusakan otot dan ligamen yang berkaitan.
Rontgen, ultrasonografi atau MRI dapat digunakan untuk memastikan diagnosis dan mengidentifikasi kerusakan struktur di sekeliling tempurung lutut atau pada permukaan sendi patella, yang sering terjadi.
Sumber gambar: openi.nlm.nih.gov
Selama fase akut dari cedera atau dislokasi lutut, tujuan langsung adalah untuk mengurangi peradangan, meredakan nyeri dan menghentikan aktivitas yang memberikan beban berlebihan pada sendi patellofemoral.
Pasien dengan dislokasi patella akut umumnya dievaluasi di bagian kegawatdaruratan, dengan evaluasi radiografik dan seringkali mendapatkan konsultasi dengan dokter ortopedi untuk menilai patologi intraartikular.
Penanganan fase akut harus menggunakan prinsip PRICE: proteksi sendi yang cedera, relative rest (istirahat relatif), ice (es), compression (kompresi), dan elevasi untuk mengendalikan peradangan.
Penanganan awal akan melibatkan relokasi patella, yang hanya boleh dilakukan oleh tenaga kesehatan profesional bila patella tidak kembali secara spontan.
Sebagian besar pasien dengan dislokasi patella akan merasa lebih baik dalam beberapa menit setelah relokasi.
Akan tetapi, rehabilitasi akan memerlukan setidaknya enam minggu untuk mencegah dislokasi berulang.
Penanganan fisioterapi bertujuan untuk:
Sumber gambar: epainassist.com
Penguatan otot quadriceps dimulai selama fase akut. Pada kejadian dislokasi patella akut, penguatan otot harus berupa latihan statis yang dimulai selama periode imobilisasi.
Stimulasi listrik otot quadriceps adalah pilihan untuk re-edukasi otot bila pasien mengalami kesulitan menggerakkan otot karena nyeri.
Stimulasi listrik juga berperan dalam penanganan efusi sendi lutut. Ketika dolor (nyeri), calor (panas), rubor (kemerahan) dan edema telah hilang, pasien dapat berlanjut ke fase penyembuhan dari rehabilitasi.
Mayoritas pasien dengan dislokasi patella merespons baik dengan penanganan konservatif.
Akan tetapi pada beberapa kasus, pembedahan dapat diperlukan untuk memperbaiki kerusakan tulang atau ligamen yang signifikan karena dislokasi.
Kerusakan ini dapat mencakup cedera pada otot dan ligamen patella medial, permukaan tempurung lutut atau melakukan pelepasan ligamen lateral.
Pada fase akut, intervensi pembedahan dilakukan untuk dislokasi yang rumit dengan fraktur yang berkaitan. Cedera tulang rawan yang paling sering adalah fraktur osteokondral dari facet patella medial atau retakan pada bagian tengah kubah patella.
Cedera kartilaginosa juga sering dijumpai pada condylus lateralis femoris. Artroskopi dapat memperbaiki atau membuang fragmen fraktur. Meskipun begitu, intervensi pembedahan akut tidak diperlukan pada sebagian besar kasus sindrom patellofemoral.
Rehabilitasi lutut pasca operasi adalah salah satu aspek pasca pembedahan yang paling penting tetapi seringkali diabaikan. Membentuk kembali otot dan fungsinya sangat penting untuk dilakukan untuk menghindari dislokasi berulang di masa yang akan datang.
Rehabilitasi setelah pembedahan lutut memfokuskan pada pengembalian gerakan, kekuatan, tenaga dan ketahanan lutut secara penuh.
Pasien juga akan memerlukan latihan keseimbangan, propriosepsi dan ketangkasan yang bersifat personal (berbeda-beda) bergantung pada olahraga spesifik atau kebutuhan fungsional masing-masing pasien.
Setelah kejadian dislokasi patella pertama, risiko terjadinya dislokasi berulang adalah hampir 50% bila rehabilitasi tidak dilakukan atau kurang mencukupi. Risiko cedera berulang meningkat tajam setiap kali patella mengalami dislokasi. Oleh karena itu, setiap pasien yang mengalami dislokasi patella harus menjalani program rehabilitasi dengan baik.
Atlet seringkali mengalami kesulitan setelah mengalami dislokasi patella. Hal ini diakibatkan karena meningkatnya instabilitas di sekitar tempurung lutut, dan kelemahan akibat dari cedera.
Seorang atlet harus menjalani program latihan personal untuk membantunya kembali ke tingkat fungsi seperti sebelum cedera.
Dengan atau tanpa pembedahan, hanya dua per tiga dari pasien dislokasi patella yang kembali berolahraga dengan tingkat yang sama sebelum cedera.
Program rehabilitasi yang berkualitas yang menggunakan latihan spesifik adalah kunci untuk kembali berolahraga dengan aman. Untuk mencapainya, penyembuhan kekuatan otot dan stabilitas dinamis tungkai bawah sangat penting dilakukan.
Fokus harus diarahkan untuk menguatkan otot quadriceps dan stabilisasi pelvis, serta latihan otot tubuh lateral.
Edukasi pasien dan latihan di rumah yang teratur merupakan faktor kunci lainnya yang dapat membuat pasien dapat kembali berolahraga.
Kriteria untuk kembali berolahraga dengan aman mencakup: tidak ada nyeri, tidak ada efusi, kisaran gerak lengkap, kekuatan yang hampir simetris, dan stabilitas dinamis yang sempurna.
Secara ideal, pasien memenuhi kriteria ini dalam 6 minggu setelah dislokasi, dan 3 bulan setelah pembedahan.
Referensi:
Anda dapat menerima layanan dengan mengunjungi salah satu cabang kami.
Klinik Flex-Free Jakarta Utara
Ruko Italian Walk J No. 19, Dekat Pintu Masuk Gate C, Mall of Indonesia, Jl. Raya Boulevard Barat, Kelapa Gading, Jakarta Utara
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +62214514421Klinik Flex-Free Bandung
Jl. Terusan Pasir Koja No 153/67, Kelurahan Panjunan, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung, Jawa Barat
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622220580806Klinik Flex-Free Jakarta Selatan
The Bellezza Shopping Arcade, Lantai dasar Unit SA58-60, (Ex Food Hall, Lobby Timur), Jalan Arteri Permata Hijau No.34, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, DKI Jakarta
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622125675561