Sumber gambar:timesofindia.indiatimes.com
Tendonitis popliteus adalah kelainan yang tidak umum terjadi tetapi sering dialami oleh atlet dan orang dengan riwayat cedera ligamen otot lainnya. Kelainan melibatkan otot popliteus yang berada di aspek posterolateral dari lutut. Secara teori, tendinitis popliteus adalah celah yang terdapat pada tendon popliteus.
Otot popliteus adalah otot kecil pada sudut posterolateral lutut. Otot popliteus unik karena bagian otot yang tebal berada di distal dan insersionya di bagian proksimal.
Fungsi utama dari otot popliteus adalah rotasi internal, yang juga disebut dengan endorotasi tungkai bawah, selama berjalan. Peran terpenting dari otot ini adalah memberikan stabilisasi ke depan, dan juga stabilisasi dari retraksi sisi belakang sendi lutut dan meniskus lateral selama gerakan fleksi lutut.
Otot ini memungkinkan lutut untuk fleksi ketika ekstensi penuh. Karena fungsinya sebagai pembuka kunci, otot popliteus sering dianggap sebagai kunci untuk membuka lutut. Popliteus juga berperan mencegah rotasi eksternal berlebihan dari tibia.
Sumber gambar: humananatomy.online
Tendonitis popliteus dapat terjadi akibat penggunaan yang berlebihan dari unit tendon-otot popliteus. Kelainan ini biasanya terjadi pada atlet yang berlari atau berlatih pada daerah berbukit atau permukaan yang tidak rata.
Penyebab yang sering adalah gaya varus langsung, di mana tibia terotasi ke eksternal, atau hiperekstensi lutut yang tiba-tiba dengan tibia terotasi ke dalam. Tendonitis popliteus juga dapat dikaitkan dengan hiperpronasi kaki karena hal ini menyebabkan rotasi eksternal dari tibia.
Tendonitis popliteus diketahui berdasarkan nyeri akut pada sendi lutut bagian posterolateral. Nyeri dapat disertai dengan peradangan, pembengkakan yang terlokalisasi, kemerahan dan nyeri tekan pada sisi lateral lutut, pada insersio tendon popliteus. Area di sekitar tendon popliteus juga nyeri.
Bunyi berderak (krepitasi) ketika tendon bergerak juga dapat terdengar. Nyeri terutama dirasakan saat berdiri ketika sudut lutut fleksi antara 15–30 derajat (saat fase mengayun awal). Nyeri bertambah ketika berlari dan reda ketika istirahat.
Gejala mungkin tidak ditemukan ketika periode istirahat. Efusi sendi tidak ditemukan kecuali terdapat masalah yang bersamaan.
Mengenali gejala dan mendiagnosis tendinitis popliteus dengan tepat adalah hal yang sangat penting. Kesalahan diagnosis dapat menyebabkan pembedahan yang tidak diperlukan.
Tendinitis popliteus jarang terjadi dan seringkali merupakan cedera posterior lutut yang salah terdiagnosis.
Diagnosis tendinitis popliteus harus dibuat berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Pencitraan secara rutin tidak diperlukan. Gambaran rontgen sebagian besar normal tetapi dapat menunjukkan radiodensitas pada kasus kronis. MRI dapat dilakukan untuk menyingkirkan kelainan intra-artikular atau avulsi tendon.
Sumber gambar: www.slideshare.net
Kunci untuk terapi fisik adalah dengan melatih pasien untuk melakukan kegiatan menggunakan teknik yang alami. Pasien harus menghindari stress jaringan yang berkaitan dengan posisi terlalu genu varus atau postur valgus, atau stress jaringan cepat pada pasien dengan stabilitas postural ekstremitas bawah dinamis yang buruk.
Penanganan tendinitias sejak lama adalah konvensional. Tujuan penanganan adalah untuk mengurangi nyeri, dan memperbaiki fungsi lutut. Standar terapi mencakup metode RICE, OAINS dan latihan penguatan otot (latihan eksentrik).
Bermanfaat untuk mencegah kerusakan lebih lanjut dan untuk mengurangi nyeri dan pembengkakan, yang juga dapat membantu memulai proses penyembuhan. I
mobilisasi total harus dihindari untuk mencegah atrofi otot; oleh karena itu, beban ringan harus digunakan untuk memandi kesejajaran normal pada jaringan kolagen.
obat anti inflamasi non steroid dapat diberikan kepada pasien untuk mengurangi nyeri dan dapat memberikan manfaat lain pada tendonitis akut karena efek anti peradangannya.
ketika nyeri telah berkurang, latihan penguatan dan peregangan dapat dimulai dan dapat ditingkatkan perlahan.
Latihan otot yang paling efektif pada kasus masalah tendon adalah latihan eksentrik karena serat kolagen akan diatur dalam arah yang benar/fungsional. Penguatan eksentrik (rantai kinetic tertutup) dari otot quadriceps efektif untuk mengurangi tegangan di popliteus.
Pasien tidak boleh berlari hingga lutut bebas nyeri, kemudian harus membatasi olahraga dan lari menuruni bukit setidaknya selama 6 minggu. Selama perawatan, bersepeda dapat menjadi olahraga alternatif.
Ultrasonography, shock wave therapy, orthotic, pemijatan dan modifikasi teknik merupakan pilihan penanganan, tetapi hanya ada sedikit data untuk mendukung penggunaannya saat ini. Menggunakan ultrasound dan melakukan pemijatan dengan gesekan melintang juga dapat menjadi bagian dari terapi, karena dapat memperbaiki proses penyembuhan.
Pasien juga harus menggunakan alas kaki yang tepat yang dapat memperbaiki hiperpronasi dan mencegah tendinitis popliteus.
Pembedahan adalah penanganan yang efektif yang harus dilakukan pada pasien yang gagal sembuh dengan terapi konvensional.
Anda dapat menerima layanan dengan mengunjungi salah satu cabang kami.
Klinik Flex-Free Jakarta Utara
Ruko Italian Walk J No. 19, Dekat Pintu Masuk Gate C, Mall of Indonesia, Jl. Raya Boulevard Barat, Kelapa Gading, Jakarta Utara
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +62214514421Klinik Flex-Free Bandung
Jl. Terusan Pasir Koja No 153/67, Kelurahan Panjunan, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung, Jawa Barat
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622220580806Klinik Flex-Free Jakarta Selatan
The Bellezza Shopping Arcade, Lantai dasar Unit SA58-60, (Ex Food Hall, Lobby Timur), Jalan Arteri Permata Hijau No.34, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, DKI Jakarta
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622125675561