INTERNAL DISC DISRUPTION (IDD); Bagian II

Gejala IDD (INTERNAL DISC DISRUPTION)

Gejala IDD di awal hanya berupa rasa tidak nyaman (pegal) yang kemudian berkembang menjadi nyeri punggung bawah (low back pain)

  1. Adanya rasa nyeri punggung bawah (low back pain) yang ringan namun menjengkelkan, yang dirasakan sejak lama dan menetap, dan dapat berlangsung lebih dari 6 minggu (kronis), tanpa ada riwayat trauma sebelumnya.
  2. Nyeri punggung bawah (low back pain) sering diperburuk dengan duduk lama atau gerakan membungkuk ke depan atau pada gerakan-gerakan yang memberikan beban pada tulang belakang.
  3. Kadang nyeri punggung bawah (low back pain) dirasa sebagai sensasi pedih seperti terbakar di daerah punggung disertai gerakan tulang lumbal yang agak terhambat dan lambat.
  4. Ketika kerusakan semakin besar, keluhan nyeri punggung bawah (low back pain) akan semakin hebat disertai gejala-gejala lain sesuai dengan jenis dan tingkat keparahan kerusakan yang terjadi, seperti pada Hernia Nucleus Pulposus.
  5. Beberapa kondisi kelainan tulang belakang yang memiliki gejala nyeri punggung bawah (low back pain) yang hampir sama yaitu:
  6. Hernia Nucleus Pulposus, dimana nucleus pulposus mengalami herniasi dan menonjol keluar dan menyebabkan gejala nyeri punggung bawah (low back pain) hebat akibat jepitan  saraf di area tersebut. Kadang disertai kelemahan otot-otot tungkai yang dipersarafi oleh syaraf yang terdesak oleh herniasi tersebut.

Gambaran Diskus yang Pecah dengan Bagian Dalam (Nucleus Pulposus) Keluar dan Menyebabkan Jepitan Saraf

  1. Diskus Intervertebralis yang pecah (Ruptured Disc). Diskus dapat pecah tanpa menimbulkan gejala pendesakan syaraf yang hebat, namun hanya berupa nyeri punggung bawah (low back pain) biasa.
  2. Disc Degeneratif. Terjadi pengerasan diskus sehingga fungsinya sebagai shock absorben akan menurun. Gejala nyeri punggung bawah (low back pain) yang timbul tergantung seberapa lama proses berlangsung dan seberapa besar kerusakan jaringan sekitar yang terjadi akibat diskus kehilangan fungsi peredamnya (shock absorben).

Beberapa Perubahan yang Terjadi pada Diskus dan Tulang Vertebra akibat Proses Degenerasi (Penuaan)

Diagnosis IDD

Untuk memastikan diagnosis IDD, selain pemeriksaan fisik, rontgen, CT-scan dan MRI sering direkomendasikan untuk mengidentifikasi lokasi dan jenis kelainan.

Pemeriksaan pencitraan ini dapat membantu dokter mengidentifikasi kelainan fisik dalam tulang dan jaringan lunak sekitar diskus.

Rontgen, CT Scan dan MRI, berguna dalam mengidentifikasi aspek degenerasi diskus, tulang belakang, sendi facet dan tulang rawan di area tersebut, baik untuk menegakkan diagnosis IDD ataupun mencari penyebab yang lain.

Penanganan IDD

Penanganan IDD yang utama dan pertama adalah secara konservatif (Non Bedah). Kebanyakan kasus, upaya yang dilakukan untuk mengatasi keluhan nyeri punggung bawah (low back pain) karena sebab apapun adalah perawatan non bedah (konservatif).

Penanganan IDD secara konservatif dianggap cukup efektif untuk mengatasi masalah pada diskus dan mengurangi gejala nyeri punggung bawah (low back pain) yang terjadi.  

Hanya sebagian kecil penderita yang memerlukan tindakan operasi, terutama bila penanganan awal terlambat diberikan dan kondisi kerusakan semakin berat dan ditemukan tanda-tanda telah timbulnya herniasi dari diskus yang menyebabkan penjepitan saraf-saraf di tulang belakang.

Tujuan utama penanganan IDD secara konservatif adalah meningkatkan fungsi dan kualitas hidup, mengurangi keluhan nyeri punggung bawah (low back pain) dan dalam jangka panjang mencegah kerusakan tulang belakang dan diskus lebih lanjut dan menghindari kecacatan.

Pengobatan IDD secara konservatif meliputi:

  1. Pemberian terapi fisik dengan alat.

Penggunaan alat pemanas, terapi ultrasound, stimulasi listrik dan teknik terapi dekompresi spinal umumnya diberikan untuk mengurangi peradangan, meningkatkan aliran darah ke area yang mengalami masalah dan membantu mempercepat perbaikan kondisi diskus sehingga keluhan nyeri punggung bawah (low back pain) dapat berkurang.

  1. Latihan fisik diberikan dalam upaya mengurangi rasa nyeri punggung bawah (low back pain) yang timbul. Latihan fisik ditujukan untuk menguatkan stabilitas dan meningkatkan fleksibilitas otot lumbar.
  2. Beberapa perubahan pola hidup dan kebiasaan sehari-hari yang dianggap memicu nyeri semakin berat dan kerusakan diskus semakin parah harus dilakukan. Dokter akan memberikan petunjuk dan intruksi tentang latihan fisik dan perubahan pola hidup dan beraktivitas ini.
  3. Traksi pada IDD merupakan teknik terapi dekompresi spinal dengan menggunakan alat tarik khusus untuk mengurangi tekanan intra diskal.

Dengan tarikan, akan terjadi peregangan dan pergerakan diskus. Teknik terapi dekompresi spinal (tulang belakang) ini akan memberikan kesempatan pada diskus untuk mengambil nutrisinya melalui proses difusi.

Teknik terapi dekompresi spinal akan mempercepat proses regenerasi diskus dan mempercepat penyembuhan. (Baca Layanan & Fasilitas: Terapi Dekompresi Spinal dengan Menggunakan Triton-DTS)

Terapi Menggunakan Alat Dekompresi Spinal-Triton DTS

  1. Terapi lain yang kini menjadi pilihan untuk mengatasi masalah pada diskus ini adalah teknik prolotherapy. Teknik Prolotherapy memiliki efektivitas yang cukup baik untuk memicu proses regenerasi dan proses penyembuhan alami.

Teknik prolotherapy membutuhkan injeksi di area-area yang mengalami masalah beberapa kali, dengan zat-zat yang mengandung nutrisi dan memicu proses regenerasi. (Baca Layanan dan Fasilitas: Prolotherapy Teknik Pengobatan Terkini untuk Mengatasi Masalah Otot Tulang dan Sendi)

Prosedur Terapi Prolotherapy

Pencegahan IDD

Banyak kasus kerusakan pada vertebra dan diskus yang tidak dapat dicegah, karena dipengaruhi oleh faktor degeneratif (proses penuaan).

Tindakan Pencegahan IDD ditujukan tidak saja untuk mencegah kerusakan (retakan) pada diskus, namun secara umum disarankan untuk menghindari semua bentuk kelainan dari tulang belakang.

Beberapa upaya pencegahan IDD yang disarankan sebagai berikut:

  1. Menjaga kondisi dan kekuatan otot-otot yang berada di sekitar tulang belakang. Lakukan latihan peregangan dan penguatan secara teratur dengan cara yang baik dan benar. Tanyakan pada dokter atau pusat kebugaran tentang jenis-jenis latihan fisik ini.
  2. Pencegahan IDD dengan melakukan aktivitas sehari-hari dengan benar seperti saat mengangkat benda berat sangat disarankan. Hindari duduk atau berdiri lama tanpa beristirahat.
  3. Lakukan kegiatan pemanasan dan peregangan yang benar dan cukup sebelum melakukan aktivitas olahraga jenis apapun.

 


Buat Kunjungan

Anda dapat menerima layanan dengan mengunjungi salah satu cabang kami.

Klinik Flex-Free Jakarta Utara

Ruko Italian Walk J No. 19, Dekat Pintu Masuk Gate C, Mall of Indonesia, Jl. Raya Boulevard Barat, Kelapa Gading, Jakarta Utara

Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +62214514421

Klinik Flex-Free Bandung

Jl. Terusan Pasir Koja No 153/67, Kelurahan Panjunan, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung, Jawa Barat

Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622220580806

Klinik Flex-Free Jakarta Selatan

The Bellezza Shopping Arcade, Lantai dasar Unit SA58-60, (Ex Food Hall, Lobby Timur), Jalan Arteri Permata Hijau No.34, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, DKI Jakarta

Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622125675561