Terapi stimulasi listrik atau electrical stimulation (ES), adalah salah satu jenis terapi dalam bidang Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi yang menggunakan aliran listrik dengan berbagai macam jenis frekuensi, amplitudo dan karakteristik aliran listrik tertentu yang dialirkan melalui kulit dengan perantaraan pad (elektroda dengan lapisan gel di atasnya atau elektroda tertentu dengan bahan tertentu) atau dengan elektroda transduser khusus (berbentuk seperti pulpen) untuk tujuan terapi dalam bidang rehabilitasi muskuloskeletal.
Terapi stimulasi listrik akan mempengaruhi muatan listrik di permukaan kulit, saraf atau otot sehingga dapat menimbulkan efek terapi tertentu sesuai dengan tujuan terapi yang diinginkan.
1. Penguatan otot.
2. Re-edukasi otot, mencegah kelemahan otot atau atrofi otot.
3. Pemendekan otot atau spasme otot.
4. Menghilangkan nyeri.
5. Kelemahan otot karena gangguan saraf.
6. Menghilangkan bengkak atau edema.
7. Menyembuhkan peradangan karena suatu trauma atau sehabis operasi.
8. Menyembuhkan luka dan perbaikan jaringan.
9. Membantu memasukkan obat-obat topikal sehingga obat-obat tersebut akan masuk lebih dalam mencapai target terapi dan efektif. Terapi stimulasi listrik jenis ini disebut Iontophoresis.
Kontraindikasi pemberian terapi stimulasi listrik berhubungan dengan penempatan elektroda pada daerah yang akan diterapi.
Kontraindikasi absolut atau mutlak tidak diperbolehkan:
1. Alat pacu jantung (cardiac pacemaker).
2. Kelainan irama jantung/artimia.
3. Menaruh elektroda stimulasi listrik pada daerah sinus karotis di daerah depan leher bagian luar karena dapat menyebabkan penurunan tekanan darah tiba-tiba dan menyebabkan pingsan.
4. Pada daerah kelainan kelainan pembuluh darah arteri maupun vena seperti tromboflebitis atau thrombosis.
5. Pada kehamilan terutama dengan menempatkan elektroda pada daerah perut atau punggung bawah.
Kontraindikasi relatif, atau masih diperbolehkan tetapi dengan pengawasan ketat dari dokter dan terapis:
1. Kelainan jantung.
2. Gangguan mental atau kesadaran dan gangguan sensibilitas (baal).
3. Tumor ganas.
4. Iritasi kulit atau luka terbuka.
5. Pemberian iontophoresis setelah pemberian modalitas terapi lain seperti terapi panas, dingin atau ultrasound.
Sebelum mendapatkan terapi stimulasi listrik sebaiknya menggunakan baju longgar yang memudahkan untuk proses terapi, untuk bagian atas dianjurkan untuk menggunakan baju tanpa lengan atau baju longgar yang nyaman, untuk bagian bawah sebaiknya menggunakan rok longgar yang nyaman atau celana pendek. Bila tidak mempersiapkan pakaian seperti yang dianjurkan di atas, terapis atau dokter akan memberikan baju khusus untuk terapi yang nyaman, seperti kemben atau rok. Sebaiknya juga tidak menggunakan lotion ataupun obat-obatan gosok yang dapat menghambat transmisi aliran listrik, bila menggunakan lotion atau obat-obatan yang dioles sebaiknya beritahukan kepada terapis atau dokter sebelum terapi dimulai.
1. Menggunakan pakaian yang longgar dan nyaman.
2. Dokter atau terapis akan memeriksa kembali daerah yang akan diberikan terapi dan melakukan wawancara ulang mengenai kelainan yang diderita dan kemungkinan kontraindikasi untuk pemberian terapi dan riwayat alergi terhadap zat-zat tertentu yang dioleskan. Dokter maupun terapis akan menjelaskan sekali lagi tujuan terapi stimulasi listrik sesuai kondisi dan keadaan seseorang, yang berbeda pada masing-masing individu.
3. Dokter atau terapis akan membersihkan daerah yang akan diterapi dari minyak ataupun kotoran yang menempel di kulit termasuk dari lotion atau obat-obat gosok yang dipakai sebelumnya dengan menggunakan kapas alkohol atau kapas yang diberi air. Bila mempunyai kulit yang sensitif dan kering sekali sebaiknya diberitahukan kepada dokter atau terapis, sehingga tidak akan digunakan kapas alkohol yang kadang dapat menyebabkan iritasi kulit.
4. Dokter atau terapis akan memposisikan bagian yang akan diterapi senyaman mungkin.
5. Dokter atau terapis akan menempatkan elektroda yang berupa pad dengan lapisan gel di atasnya atau elektroda dengan bahan tertentu yang akan diikat pada daerah yang akan diterapi.
6. Dokter atau terapis akan melakukan pengaturan dosis alat stimulasi listrik dan memulai terapi dengan menaikkan intensitas alat secara perlahan-lahan sampai penderita merasakan adanya aliran listrik atau kontraksi otot sesuai dengan tujuan terapi yang diinginkan dokter atau terapis. Setiap 5 menit sekali dokter atau terapis akan menanyakan apakah masih terasa, kemudian akan menaikkan secara perlahan-lahan intensitasnya sampai mencapai dosis yang diinginkan.
7. Bila terasa nyeri, panas, perih dan pegal berlebihan saat terapi berlangsung segera beritahu dokter atau terapis Anda.
8. Setelah selesai terapi, dokter atau terapis akan melepas elektroda dan membersihkan sisa gel yang menempel pada pad yang masih tersisa pada daerah yang diterapi.
9. Dokter atau terapis akan kembali melakukan pemeriksaan dan wawancara mengenai efek yang dirasakan setelah selesai terapi.
Frekuensi pemberian terapi stimulasi listrik agar didapatkan hasil yang optimal bersifat individual, yaitu bergantung pada respons individu dan tujuan terapi yang diberikan. Misalnya untuk menghilangkan nyeri biasanya terapi dapat diberikan setiap hari atau seminggu 3 kali hingga 6 kali, untuk menguatkan otot atau perbaikan kerusakan saraf terapi sebaiknya diberikan seminggu 3 kali selama 3-4 bulan. Tidak ada standar tertentu hingga berapa kali hasil yang optimal bisa didapatlan, karena dipengaruhi oleh banyak faktor seperti telah disebutkan di atas, dan bergantung pada pengalaman dan keahlian dokter atau terapis yang memberikan terapinya dan apakah penderita juga mendapatkan dan melakukan terapi lain yang dapat menunjang pemulihan dan kesembuhannya, seperti terapi latihan dsb.
1. Luka bakar.
2. Iritasi kulit dan inflamasi kulit pada penderita yang memiliki alergi kulit.
3. Bertambah nyeri atau pegal yang akan segera hilang setelah beberapa hari.
Biaya yang dikeluarkan untuk Terapi Stimulasi Listrik di Klinik Flex-Free Rp 150.000,-
(*) Informasi lebih lanjut dapat ditanyakan ke Klinik Flex-Free terdekat dengan WA atau Telp dengan menekan nomor yang ada dibawah
Anda dapat menerima layanan dengan mengunjungi salah satu cabang kami.
Klinik Flex-Free Jakarta Utara
Ruko Italian Walk J No. 19, Dekat Pintu Masuk Gate C, Mall of Indonesia, Jl. Raya Boulevard Barat, Kelapa Gading, Jakarta Utara
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +62214514421Klinik Flex-Free Bandung
Jl. Terusan Pasir Koja No 153/67, Kelurahan Panjunan, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung, Jawa Barat
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622220580806Klinik Flex-Free Jakarta Selatan
The Bellezza Shopping Arcade, Lantai dasar Unit SA58-60, (Ex Food Hall, Lobby Timur), Jalan Arteri Permata Hijau No.34, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, DKI Jakarta
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622125675561