Apakah Anda sering mendengar istilah pengapuran sendi dan pengeroposan tulang? Kedua istilah ini seringkali digunakan bagi mereka yang mengalami masalah pada otot, tulang dan sendi tapi apakah keduanya sama?
Meskipun istilah medis keduanya mirip (osteoartritis dan osteoporosis), kedua penyakit ini amatlah berbeda satu dengan lainnya. Pada artikel kali ini kita akan membahas mengenai perbedaan keduanya.
Osteoartritis (OA) merupakan kondisi kronis degeneratif (memburuk seiring bertambahnya usia penderita) pada seluruh bagian sendi. Dahulu osteoartritis dianggap hanya terjadi pada tulang rawan (kartilago) sendi saja, tapi penelitian-penelitian terkini membuktikan bahwa kondisi ini mengenai seluruh bagian sendi termasuk diantaranya ligamen (serabut jaringan ikat yang menghubungkan tulang dengan tulang), tendon (urat putih yang merupakan ujung dari otot dan menghubungkan otot dengan tulang), kapsul sendi (jaringan ikat yang menyelubungi sendi), meniskus (jaringan tulang rawan yang berfungsi sebagai peredam bobot tubuh yang ditopang oleh sendi) serta bursa (kantung berisi cairan sebagai peredam kejut struktur sekitar sendi).
Gambar 1. Struktur Sendi
Sumber: www.dramynrajani.com (knee-anatomy)
Osteoartritis, atau yang dikenal sebagai pengapuran sendi, merupakan proses kronis (menahun) yang terjadi karena adanya kerusakan sendi yang mencetuskan suatu peradangan di dalam celah sendi. Proses penuaan (degenerasi) karena radang akan memperparah kerusakan sendi dan begitu seterusnya sampai prosesnya mengenai seluruh struktur sendi yang disebutkan di atas.
Osteoartritis dapat terjadi secara:
Gambar 2. Ilustrasi Pengapuran Sendi (Osteoartritis)
Sumber: www.healthdirect.gov.au (osteoarthritis)
Proses pengapuran terjadi apabila kartilago atau tulang rawan sendi mengalami kerusakan dan tidak dapat diperbaiki oleh tubuh secara alami.
Pengapuran yang dimaksud adalah terpaparnya tulang di bawah rawan sendi (tulang subkondral) dan kontak antar-tulang inilah yang mencetuskan terbentuknya osteofit atau tonjolan tulang yang mencoba menjadi peredam kejut sebagai pengganti tulang rawan. Tetapi hal ini tidaklah efektif dan pada akhirnya akan menimbulkan proses sklerosis (pengerasan) dari tulang-tulang yang kontak dan mengganggu fungsi sendi (berkurangnya lingkup gerak sendi, nyeri dan kesulitan berjalan).
Osteoporosis merupakan kondisi medis tulang yang ditandai dengan berkurangnya kekuatan tulang dan berujung pada meningkatnya risiko patah tulang.
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) pengeroposan tulang ini didefinisikan sebagai densitas massa tulang yang diukur kurang dari 2,5 standar deviasi atau di bawah dari rerata nilai densitas tulang wanita muda sehat dari pemeriksaan klinis.
Osteoporosis dapat dibagi menjadi:
Sekurang-kurangnya 200 juta orang di seluruh dunia mengalami osteoporosis, dan menurut Fondasi Osteoporosis Internasional, 1 dari 3 wanita di atas usia 50 tahun dan 1 dari 5 pria akan mengalami patah tulang karena osteoporosis di sepanjang hidupnya.
Osteoporosis sendiri bukan merupakan sebab langsung dari peningkatan angka kesakitan dan kematian, melainkan karena patah tulang yang dapat disebabkannyalah yang akan menimbulkan kecacatan terutama pada populasi menua (aging population).
Proses terjadinya pengeroposan tulang atau osteoporosis ini merupakan proses menahun, serupa seperti osteoartritis. Pada awalnya terjadi ketidaksetimbangan pembentukan dan perombakan komponen tulang yang disebabkan karena proses penuaan dari sel-sel yang berperan dalam pembentukan dan perombakan ini.
Pada saat terjadi penuaan dari sel pembangun (osteoblas) maka yang terjadi adalah tulang yang dirombak oleh osteoklas (sel perombak) sehingga tulang yang tadinya padat akan menjadi berongga (cancellous). Terbentuknya rongga pada tulang inilah yang menjadi pencetus berkurangnya kekuatan tulang.
Pengeroposan tulang ini akan terus terjadi dan diperberat oleh kondisi lain seperti berkurangnya penyerapan kalsium pada usus orang lansia. Kalsium sendiri berperan sebagai bahan dasar tulang (dalam bentuk kristal hidroksiapatit).
Dengan bekrurangnya kadar kalsium yang berperan sebagai semen dari tulang ini, tulang yang keropos akan semakin sulit diperbaiki. Pada akhirnya pada saat terjadi benturan yang ringan dan tidak seharusnya menimbulkan suatu patahan pun (low-energy trauma) akan menimbulkan patah tulang karena kerapuhan (fragility fracture).
Gambar 3. Ilustrasi Pengeroposan Tulang
Wanita, terutama pada usia pasca-menopause akan lebih sering mengalami fragility fracture dibandingkan pria karena hilangnya fungsi pengaturan pembentukan tulang oleh hormon estrogen saat terjadi menopause.
Hormon estrogen berperan sebagai pengatur kerentanan perombakan tulang oleh hormon paratiroid, meningkatkan produksi kalsitonin dan penyerapan ulang kalsium oleh usus yang memastikan kadar kalsium dalam tulang cukup untuk keseimbangan pembentukan dan perombakan tulang.
Gambar 4. Ilustrasi Perjalanan Pengeroposan Tulang Pada Osteroporosis
Sumber: www.researchgate.net. (Illustration-of-the-bone-conditions-in-normal-bone-osteopenia-and-osteoporosis)
Anda dapat menerima layanan dengan mengunjungi salah satu cabang kami.
Klinik Flex-Free Jakarta Utara
Ruko Italian Walk J No. 19, Dekat Pintu Masuk Gate C, Mall of Indonesia, Jl. Raya Boulevard Barat, Kelapa Gading, Jakarta Utara
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +62214514421Klinik Flex-Free Bandung
Jl. Terusan Pasir Koja No 153/67, Kelurahan Panjunan, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung, Jawa Barat
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622220580806Klinik Flex-Free Jakarta Selatan
The Bellezza Shopping Arcade, Lantai dasar Unit SA58-60, (Ex Food Hall, Lobby Timur), Jalan Arteri Permata Hijau No.34, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, DKI Jakarta
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622125675561