Trigger finger atau trigger thumb adalah kondisi ketika salah satu jari tidak bisa diluruskan atau terjepit dalam posisi bengkok.
Jari yang tidak bisa diluruskan biasanya jari telunjuk, namun hal ini dapat menyerang jari lainnya. Kondisi ini juga dikenal sebagai stenosing tenosynovitis.
Kondisi ini bisa terjadi akibat adanya peradangan pada tendon sehingga mengalami pembengkakan. Penderita mengeluhkan gejala yang bervariasi, mulai dari jari yang tidak bisa diluruskan hingga nyeri pada saat jari diluruskan.
Trigger finger yang menyebabkan jari tidak bisa diluruskan dalam seumur hidup pada populasi adalah 2-3%.
Pada umumnya akan mengenai wanita usia paruh baya, sekitar 2–6 kali lebih mungkin terjadi dibandingkan pada pria, dan akan terjadi pada tangan dominan.
Jari yang terkena paling sering adalah jari manis, kemudian pada jari tengah, telunjuk dan kelingking.
Tendon adalah tali kuat yang menempelkan otot ke tulang. Setiap tendon dikelilingi oleh selubung pelindung.
Trigger finger terjadi ketika selubung tendon jari yang terkena iritasi dan bengkak. Hal ini mempersulit tendon untuk meluncur melalui sarungnya sehingga jari tidak bisa diluruskan.
Pada kebanyakan orang, tidak ada penjelasan mengapa iritasi dan pembengkakan ini terjadi.
Iritasi yang terus-menerus dapat menyebabkan terbentuknya gumpalan kecil jaringan pada tendon. Benjolan ini disebut nodul.
Nodul dapat mempersulit tendon untuk meluncur dengan mulus. Nodul tersebut menyebabkan jari tidak bisa diluruskan.
Trigger finger ini bisa terjadi pada jari mana saja, termasuk ibu jari. Gejala akan dialami berbeda oleh tiap pengidapnya, mulai dari yang ringan hingga berat.
Beberapa gejala yang kerap dialami pengidap trigger finger, yaitu:
Kondisi ini biasanya akan terasa memburuk saat:
Faktor risiko trigger finger antara lain:
Dokter mendiagnosis kondisi ini dengan melakukan pemeriksaan fisik pada tangan dan jari yang terkena biasanya menunjukkan tanda-tanda, seperti benjolan yang meradang atau posisi abnormal.
Dokter akan meminta pasien untuk menggerakkan tangan untuk melihat kelancaran gerakan, nyeri maupun tanda jari tidak bisa diluruskan.
Pengobatan trigger finger dibagi menjadi konservatif dan operatif.
Pengobatan konservatif anatara lain medikamentosa, splinting, latihan dan peregangan tangan, ESWT (extracorporeal shockwave), dan injeksi.
Terapi operatif diberikan pada pasien yang telah menjalani terapi konservatif, namun gejala menetap.
Pada pasien trigger finger, medikasi terutama digunakan untuk mengurangi nyeri dan inflamasi. Beberapa jenis oral OAINS (obat anti-inflamasi non steroid) dapat digunakan untuk mengurangi nyeri dan inflamasi, belum ada baku emas untuk pilihan OAINS pada trigger finger.
Pemilihan OAINS oral lebih mempertimbangkan frekuensi dan dosis yang diperlukan untuk mencapai efek analgesik dan anti inflamasi yang adekuat.
Pasien yang datang dengan kondisi trigger finger ringan, pengobatan pertama dapat diberikan dengan pemberian splint pada sendi jari yang tidak bisa diluruskan akibat trigger finger.
Penggunaan splint bertujuan untuk membatasi pergerakan tendon dan untuk mengembalikan tendon menjadi normal meluncur dengan mengurangi peradangan pada selubung tendon. Waktu minimal yang di butuhkan untuk penggunaan splint adalah empat bulan, oleh sebab itu akan menurunkan tingkat kepatuhan pasien.
Melakukan latihan dan peregangan dapat membantu meringankan gejala jari tidak bisa diluruskan akibat trigger finger dengan cara meningkatkan aliran darah ke jari yang inflamasi, meningkatkan kekuatan ligamen-ligamen kecil, juga akan meningkatkan flexibilitas jari-jari.
Berikut beberapa gerakan yang dapat dilakukan:
Telapak tangan yang terkena trigger finger dipegang menghadap ke atas, dengan menggunakan ibu jari tangan yang lain pijat lembut jari mengalami trigger finger. Tempat untuk memijat dilakukan pada telapak tangan, dilakukan sebanyak 2 kali sehari, selama 30–60 detik diulang sebanyak 2–3 kali.
Tekuk seluruh jari ke arah atas, kemudian tahan regangan jari, gerakan ini dapat dilakukan jari trigger finger atau pada seluruh jari. Latihan dikerjakan sebanyak 2 kali sehari, ditahan selama 5–10 detik, diulang sebanyak 2–3 kali.
Letakkan tangan yang terkena trigger finger pada permukaan datar, lalu angkat jari tersebut dari permukaan untuk mobilisasi dan penguatan. Latihan dikerjakan sebanyak 2 kali sehari, ditahan selama 5–10 detik, diulang sebanyak 2–3 kali.
Letakkan tangan yang terkena trigger finger pada permukaan datar, lalu angkat seluruh jari pada tangan tersebut dari permukaan. Latihan dikerjakan sebanyak 2 kali sehari, ditahan selama 5–10 detik, diulang sebanyak 2–3 kali.
ESWT (extracorporeal shockwave) diberikan pada trigger finger dengan mekanisme memfasilitasi penyembuhan dan regenerasi, serta mengatasi nyeri.
ESWT dapat memberikan hasil positif terhadap lingkup gerak sendi pada jari yang tidak bisa diluruskan. Beberapa mekanisme getaran gelombang ESWT untuk memfasilitasi proses penyembuhan lainnya yaitu:
Di klinik Flex Free, biaya terapi untuk satu kali tindakan ESWT yaitu Rp.500.000,-
Suntikan steroid pada jari yang tidak bisa diluruskan akibat trigger finger diketahui memiliki hasil yang baik. Tingkat keberhasilan jangka panjang secara keseluruhan dari injeksi kortikosteroid bervariasi dalam berbagai studi, yaitu 47–87%.
Suntikan steroid di dekat atau ke dalam selubung tendon dapat mengurangi peradangan dan membuat tendon dapat meluncur bebas kembali. Suntikan seringkali efektif selama lebih dari satu tahun. Beberapa orang memerlukan lebih dari satu suntikan.
Beberapa komplikasi yang terjadi akibat trigger finger:
Hal di atas menyebabkan jari semakin nyeri dan mengganggu aktivitas pasien, seperti kesulitan mengetik di keyboard, memasang kancing pakaian, ataupun memasukkan kunci pada lubang kunci.
Hal tersebut juga dapat mengganggu kemampuan pasien dalam mengendarai kendaraan bermotor.
Menghindari penggunaan tangan secara berlebihan adalah kunci untuk mencegah trigger finger. Jika seseorang mulai mengalami jari tidak bisa diluruskan dan pembengkakan, pastikan mengistirahatkan tangan.
Kegiatan yang dilakukan dengan bergantian jari dapat membantu menjaganya terhindar dari peradangan. Obat-obatan yang dijual bebas seperti ibuprofen dapat menjadi cara yang aman untuk mengurangi peradangan sebelum berkembang menjadi lebih buruk.
Anda dapat menerima layanan dengan mengunjungi salah satu cabang kami.
Klinik Flex-Free Jakarta Utara
Ruko Italian Walk J No. 19, Dekat Pintu Masuk Gate C, Mall of Indonesia, Jl. Raya Boulevard Barat, Kelapa Gading, Jakarta Utara
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +62214514421Klinik Flex-Free Bandung
Jl. Terusan Pasir Koja No 153/67, Kelurahan Panjunan, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung, Jawa Barat
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622220580806Klinik Flex-Free Jakarta Selatan
The Bellezza Shopping Arcade, Lantai dasar Unit SA58-60, (Ex Food Hall, Lobby Timur), Jalan Arteri Permata Hijau No.34, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, DKI Jakarta
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622125675561