Idealnya, pianis tidak harus mengalami cedera tangan akibat aktivitas mereka.
Jika latihan dilakukan secara teratur dan benar, posisi dan sikap bahu, siku dan pergelangan tangan santai.
Maka mungkin mereka tidak akan memiliki keluhan nyeri, tegang atau tidak nyaman pada otot atau tendon di area leher, bahu, lengan, pergelangan tangan dan jari-jari tangan.
Namun, pada kenyataannya tidak ada pianis profesional di dunia ini yang tidak menderita cedera tangan tertentu setidaknya sekali dalam hidupnya.
Tidak peduli bagaimana santai mereka bermain, kadang-kadang tantangan pianis terlalu tinggi dan itulah tantangan yang harus mereka hadapi.
Akibatnya, ketegangan dan stres terakumulasi tidak hanya dalam pikiran, tapi di tangan mereka juga.
Carpal Tunnel Syndrome dan Tendonitis adalah dua dari banyak cedera terkait gerakan berulang pianis yang mungkin dialami selama karir musik mereka.
Cedera pada pemain musik secara umum identik dengan cedera pada atlet dan cedera pada para pekerja yang melibatkan gerakan fisik yang berat.
Cedera ringan hingga berat ternyata juga membayangi para musisi terutama bagi pianis dan keyboardis.
Meski pekerjaan mereka nampak sangat mudah, yaitu hanya menekan tuts piano, namun ternyata pergerakan jari di atas tuts yang sangat lama itu juga berpotensi menimbulkan cedera gerakan berulang atau Repetitive Strain Injuries (RSI).
Yaitu cedera pada otot atau saraf akibat ketegangan berlebihan karena aktivitas fisik tertentu yang dilakukan secara terus menerus dan dalam waktu yang lama.
Sudah banyak musisi mengalami hal ini. Survey yang dilakukan di kalangan personil delapan orkestra profesional di Australia pada tahun 2012 menemukan sekitar 84% musisi mereka mengalami nyeri atau cedera yang mengganggu penampilan.
Riset yang didanai oleh Dewan Riset Australia dan Dewan Kesenian Australia ini juga menemukan ada lebih dari 50% pemain musik yang menderita cedera.
Juga mereka terpaksa kembali bermain musik sebelum cedera mereka benar-benar pulih dengan performa yang kurang maksimal.
Untuk sebuah pertunjukan orkestra standar yang biasa digelar pada hari sabtu malam, para pemain orkestra dari Orkestra Simfoni Queensland (QSO) berlatih selama dua hari.
Yang meliputi lima tahap latihan selama 13 jam, ditambah lagi latihan individual oleh pemain itu sendiri untuk menyiapkan musik mereka.
Penggunaan bagian tubuh yang berlebihan dengan melakukan gerakan berulang yang sangat cepat untuk periode yang lama dapat menyebabkan kerusakan pada tulang, persendian dan jaringan-jaringan yang lain.
Terkadang cedera tidak terjadi dalam waktu yang singkat dan seringkali pianis itu sendiri tidak merasakan keluhan sakit/nyeri sebelumnya.
Cedera ini dapat terjadi karena gerakan yang berulang-ulang yang memberikan akumulasi dampak untuk jangka panjang.
Dalam jangka waktu yang lama, cedera akan mengakibatkan seseorang tidak bisa bermain musik lagi.
Hal ini akan menghancurkan seorang musisi secara fisik, emosional, dan psikis. Juga dapat mengakibatkan stress, depresi dan putus asa.
Tampaknya rasa nyeri dalam bermain musik tidak bisa dipandang sebelah mata, sehingga ada baiknya mendeteksi gejala cedera sedini mungkin dan berusaha mencegahnya sebelum kerusakan yang ada menjadi permanen.
1. Otot tegang/kaku
Ketegangan pada otot dapat berisiko mengakibatkan cedera pada tangan dan jari-jari.
Hindari kondisi otot yang statis/kaku terutama pada bagian bahu, siku dan pergelangan tangan karena dapat menghambat sirkulasi darah sehingga membuat otot menjadi cepat lelah dan rentan terjadinya cedera.
Teknik bermain piano yang benar didasarkan pada keterlibatan seluruh lengan Anda mulai dari bahu, siku, lengan, pergelangan tangan dan jari-jari.
Jika Anda bermain dengan menggerakkan hanya jari, sisa lengan Anda akan tegang, yang akan menyebabkan rasa sakit dan ketidaknyamanan.
2. Stress dan panik
Gerakan yang berulang di bawah tekanan yang berlebihan dapat menghambat gerakan.
Kondisi stress dan panik dapat memperparah ketegangan dan kekakuan otot.
3. Latihan tidak teratur dan berlebihan
Ketika konser semakin dekat, berlatih terburu-buru dan dalam waktu yang lama, memiliki efek negatif terhadap kualitas permainan dan membuat otot-otot bekerja berlebihan sehingga akan timbul rasa nyeri pada otot.
4. Postur yang salah
Menghindari postur duduk yang salah dan tidak ergonomis. Usahakan postur tubuh tegak, bahu sejajar, siku dalam posisi 900, pergelangan jari usahakan lurus, dll.
5. Terlalu keras menekan tuts/meregangkan jari
Terlalu keras dalam menekan tuts tanpa disertai relaksasi dapat berpotensi mengakibatkan cidera pada jari-jari.
6. Penjarian yang abnormal dan posisi gerakan yang aneh.
Hindari gerakan yang berlebihan dan tidak ergonomis dari pergelangan dan jari-jari karena akan menyebabkan cedera.
Hindari penggunaan jari-jari saat menekan tuts yang tidak memungkinkan dan minimalisir gerakan yang tidak perlu.
1. Latihan pemanasan dan relaksasi
Salah satu unsur dalam bermain musik adalah gerakan, baik gerakan pada jari-jari tangan, pergelangan tangan, lengan bawah, bahu dan leher.
Seperti halnya berolahraga, luangkan waktu untuk melakukan pemanasan guna untuk meminimalisir risiko terjadinya cedera pada otot-otot yang akan digunakan tersebut.
Sedangkan latihan relaksasi sangat membantu untuk melemaskan dan menyiapkan kondisi otot dalam melakukan gerakan yang lebih optimal.
2. Teknik bermain yang efisien dan sehat
Posisikan selalu pergelangan tangan dan bahu agar tetap rileks dan fleksibel.
Usahakan pergelangan tangan selalu berada dalam garis lurus (sejajar) dengan lengan.
Hal ini dapat memberikan kenyamanan dan keuntungan mekanis yang besar untuk jari.
Mengatur posisi duduk/postur bermain yang benar untuk optimalisasi daya tahan tubuh (stamina) dan kualitas permainan.
3. Rutinitas latihan yang bertahap
Atur jadwal latihan secara rutin dengan jeda istirahat. Jangan berlatih terlalu lama.
Latihan secara teratur dengan diselingi waktu istirahat yang cukup akan membuat lengan, pergelangan tangan, dan jari2 dalam kondisi prima.
4. Istirahat yang cukup dan minum air putih
Faktor lain yang berkontribusi terhadap daya tahan tubuh terhadap cedera dan kemampuan untuk pulih dari cedera adalah kesehatan dan usia.
Seseorang yang mendapat istirahat yang cukup akan terbebas dari cedera namun sayangnya daya tahan terhadap kejadian cedera akan menurun seiring dengan pertambahan usia.
5. Hindari ketegangan dan stress
Belajar bermain piano tanpa stress dengan menanggalkan kebiasaan yang lama dengan kebiasaan baru.
Mulai berlatih dengan tempo yang lambat dan secara bertahap ditingkatkan, jangan memulai latihan tanpa pemanasan dalam tempo yang sangat cepat.
Cobalah untuk menghindari penyebab cedera dan usahakan untuk tetap rileks.
6. Kenali tubuh anda
Kenalilah cara kerja otot tangan hingga bahu dan berlatihlah untuk menggunakannya secara efisien tanpa rasa sakit.
Pahami apabila tubuh telah menunjukkan gejala awal cedera dan adanya kelelahan.
Nantikan artikel kami selanjutnya, terkait latihan fisik yang penting untuk pemanasan dan relaksasi bagi para pemain piano agar terhindar dari cedera.
Anda dapat menerima layanan dengan mengunjungi salah satu cabang kami.
Klinik Flex-Free Jakarta Utara
Ruko Italian Walk J No. 19, Dekat Pintu Masuk Gate C, Mall of Indonesia, Jl. Raya Boulevard Barat, Kelapa Gading, Jakarta Utara
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +62214514421Klinik Flex-Free Bandung
Jl. Terusan Pasir Koja No 153/67, Kelurahan Panjunan, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung, Jawa Barat
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622220580806Klinik Flex-Free Jakarta Selatan
The Bellezza Shopping Arcade, Lantai dasar Unit SA58-60, (Ex Food Hall, Lobby Timur), Jalan Arteri Permata Hijau No.34, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, DKI Jakarta
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622125675561