Cedera ligamen anterior cruciate (ACL) sering terjadi pada atlet karena aktivitas olahraga yang melibatkan lari, putar tubuh, dan hentakan mendadak. Olahraga seperti sepak bola, bola basket, dan ski diketahui meningkatkan risiko cedera ACL. Selain itu, faktor jenis kelamin juga berpengaruh: perempuan memiliki risiko cedera ACL 2–8 kali lebih tinggi dibandingkan pria karena perbedaan anatomi lutut dan biomekanik.

Mekanisme cedera ACL dapat berupa benturan langsung (kontak) pada lutut yang menghasilkan tekanan valgus, serta gerakan non-kontak seperti berputar mendadak atau berhenti tiba-tiba saat berlari. Misalnya, saat seorang pemain sepak bola berhenti secara mendadak dan mengubah arah, gaya yang diterima lutut dapat menyebabkan robekan ACL. Cedera ACL ditandai dengan bunyi “pop” pada lutut dan kelumpuhan gerak sementara, disertai pembengkakan dan nyeri di sepanjang sendi lutut (Georgiadis, J., Sports Med, 2020).
Rehabilitasi sesudah operasi ACL dilakukan secara bertahap dalam beberapa fase untuk mengembalikan fungsi lutut.
Berfokus pada pemulihan rentang gerak (ROM) lutut dan pengaktifan otot-otot kaki. Tujuan pertama adalah mencapai ekstensi lutut penuh dan fleksi minimal sekitar 90–110°. Pada tahap ini, pasien biasanya masih menggunakan penopang lutut atau immobilizer; penopang dilepas ketika pasien dapat berjalan tanpa nyeri, dan immobilizer dilepas saat pasien mampu mengangkat kaki lurus tanpa hambatan. Latihan yang dianjurkan meliputi straight leg raise, latihan isometrik kuadrisep, serta pemanasan ringan seperti mengayuh sepeda statis perlahan.
Melibatkan peningkatan kekuatan dan keseimbangan. Pada fase ini diharapkan fleksi lutut hampir sama dengan sisi sehat (selisih <10°) dan kekuatan otot kuadrisep mencapai sekitar 60% lutut normal. Latihan mulai difokuskan pada kontrol neuromuskular dan keseimbangan, misalnya dengan latihan berdiri satu kaki dan latihan propriosepsi. Kegiatan berjalan tangga atau menggunakan stair climber juga dapat dilakukan dengan pengawasan fisioterapis untuk memperbaiki fungsi gait.
Bertujuan mencapai fungsi lutut mendekati normal. Target kekuatan otot, terutama kuadrisep dan hamstring, ditingkatkan hingga minimal 80–85% kekuatan awal. Latihan yang dilakukan adalah gerakan fungsional dan spesifik atletik, seperti latihan pliometrik (melompat), latihan ketangkasan (agility), serta progresi berlari perlahan pada treadmill atau lapangan.
Sebelum kembali ke olahraga penuh, pasien diharapkan melakukan tes fungsional seperti single-leg hop test dan latihan lari-jogging untuk memperkuat tungkai bawah secara unilateral. Secara keseluruhan, rehabilitasi sesudah operasi ACL bertujuan mengembalikan ROM lutut dan kekuatan otot secara bertahap (Zavitri, L. K.; Jurnal Kedokteran Unram; 2022).
Selama masa pemulihan pasca bedah, pasien harus menghindari gerakan atau aktivitas yang dapat memberi tekanan berlebih pada lutut. Beberapa pantangan penting antara lain:
Hindari mengangkat beban berat atau melakukan squat mendalam sebelum kekuatan otot pulih. Pada fase awal, gunakan penopang lutut/immobilizer dan batasi beban sampai lutut cukup stabil. Penopang baru dicabut saat pasien sudah bisa berjalan dan mengangkat kaki lurus tanpa nyeri.
Hindari memutar lutut secara mendadak atau perubahan arah secara tiba-tiba dalam beberapa minggu pertama rehabilitasi. Gerakan seperti ini dapat memberi tekanan signifikan pada graft ACL, karena saat olahraga biasanya cedera ACL terjadi saat berhenti mendadak atau berputar tajam.
Olahraga kontak langsung (sepak bola, basket penuh) dan lompatan tinggi sebaiknya ditunda hingga dokter menyatakan lutut cukup kuat. Benturan langsung pada lutut dapat menimbulkan gaya valgus akut yang merusak ACL.
Posisi jongkok dalam waktu lama atau squat sangat dalam dapat memberikan tekanan besar pada lutut. Sebaiknya bertahap dalam peningkatan kedalaman lutut saat duduk atau menaiki/menuruni tangga.
Mematuhi pantangan di atas sangat penting untuk melindungi ligamen baru dari cedera ulang dan mencegah komplikasi seperti lutut kaku atau pembengkakan kronis (arthrofibrosis) (Zavitri, L. K.; Jurnal Kedokteran Unram; 2022).
Mencegah cedera ACL sangat penting agar tidak perlu melewati proses operasi dan rehabilitasi yang panjang. Berbagai program latihan pencegahan telah terbukti efektif dalam mengurangi risiko cedera ACL.
Salah satu kunci utamanya adalah latihan neuromuskular yang melibatkan peningkatan kekuatan otot inti dan tungkai, latihan keseimbangan, serta pelatihan teknik pendaratan yang benar. Misalnya, rutin melakukan pemanasan dinamis (dynamic stretching) sebelum olahraga dan melatih otot-otot inti serta paha (kuadrisep dan hamstring) dapat memperbaiki kontrol gerakan lutut.
Studi terbaru menunjukkan bahwa program latihan keseimbangan, kekuatan, plyometrik, dan agilitas secara signifikan meningkatkan koordinasi otot, stabilitas sendi, dan mekanika gerak, sehingga menurunkan risiko cedera ACL.
Selain itu, teknik pendaratan yang baik juga penting. Saat melompat, usahakan mendarat dengan lutut dan kaki menghadap depan, serta menghindari lutut yang berbelok ke dalam (valgus). Memperbaiki ketidakseimbangan otot dengan memperkuat hamstring relatif terhadap kuadrisep dapat membantu menjaga posisi lutut yang lebih stabil.
Program pencegahan yang komprehensif, seperti yang dikembangkan dalam protokol FIFA 11+ untuk pemain sepak bola, menekankan pemanasan, latihan kekuatan tubuh bagian bawah, dan keseimbangan dinamis.
Secara ringkas, langkah pencegahan cedera ACL meliputi pemanasan yang tepat, latihan penguatan otot dan keseimbangan, serta perhatian pada teknik gerak selama aktivitas olahraga. Dengan kombinasi latihan ini, risiko robekan ACL dapat dikurangi secara signifikan (Pangestuputra, Agil Wahyu; Orthopaedic Journal of Sports Medicine; 2024).
Anda dapat menerima layanan dengan mengunjungi salah satu cabang kami.
Klinik Flex-Free Jakarta Utara
Ruko Italian Walk J No. 19, Dekat Pintu Masuk Gate C, Mall of Indonesia, Jl. Raya Boulevard Barat, Kelapa Gading, Jakarta Utara
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +62214514421Klinik Flex-Free Bandung
Jl. Terusan Pasir Koja No 153/67, Kelurahan Panjunan, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung, Jawa Barat
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622220580806Klinik Flex-Free Jakarta Selatan
The Bellezza Shopping Arcade, Lantai dasar Unit SA58-60, (Ex Food Hall, Lobby Timur), Jalan Arteri Permata Hijau No.34, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, DKI Jakarta
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622125675561