Kortikosteroid adalah obat yang sering digunakan. Obat ini sering dianggap sebagai “obat dewa” karena dapat digunakan untuk berbagai macam penyakit termasuk masalah sendi.
Meskipun sebenarnya harus dengan resep dokter, banyak masyarakat yang menggunakannya secara bebas dan terkadang disalahgunakan.
Tindakan ini sebenarnya cukup membahayakan karena bila tidak tepat atau berlebihan, kortikosteroid dapat memiliki efek samping yang merugikan.
Sumber gambar: hubpages.com
Steroid terdapat dalam beberapa bentuk sediaan, yaitu tablet atau sirup misalnya prednisolone, inhaler misalnya fluticasone, injeksi misalnya methylprednisolone, krim, losion atau jel misalnya hydrocortisone.
Umumnya steroid hanya dapat dibeli dengan resep dokter, akan tetapi beberapa sediaan misalnya krim atau spray hidung dapat dibeli di apotek.
Steroid adalah hormon sintetis. Secara alami hormon ini diproduksi oleh kelenjar adrenal, dua kelenjar yang terdapat di atas ginjal.
Ketika digunakan dalam dosis yang lebih besar dari yang diproduksi oleh tubuh, steroid dapat mengurangi kemerahan dan pembengkakan (peradangan).
Steroid juga mengurangi aktivitas sistem imun (daya tahan tubuh). Oleh karena itu steroid dapat membantu menangani kondisi autoimun, misalnya rheumatoid arthritis atau lupus, yang disebabkan karena kesalahan sistem imun yang menyerang tubuh.
Kortikosteroid digunakan untuk penanganan arthritis karena dapat mengurangi nyeri dan untuk menghentikan peradangan dan kerusakan yang ditimbulkannya.
Peradangan dapat terjadi di sendi (rheumatoid arthritis) atau di tendon (tendinitis).
Obat anti inflamasi non steroid (OAINS) seringkali digunakan untuk menghentikan peradangan, tetapi mungkin tidak cukup kuat atau terlalu banyak efek samping.
Ketika terdapat efek samping akibat OAINS atau peradangan yang terjadi cukup berat dan dapat menyebabkan kerusakan serius, dokter akan meresepkan kortikosteroid untuk mengurangi peradangan.
Penyakit dan kondisi rheumatik yang merespons terhadap kortikosteroid antara lain bursitis, osteoarthritis, rheumatoid arthritis, tendinitis, polymyositis, dan lain-lain.
Bila digunakan dalam waktu singkat atau dosis yang rendah, steroid tidak menyebabkan efek samping yang signifikan. Efek samping kortikosteroid yang sering dialami adalah:
Pada orang yang menggunakan kortikosteroid selama beberapa bulan, terutama dengan dosis sedang hingga tinggi dapat terjadi kenaikan tekanan darah, kenaikan gula darah dan muncul stretch mark berwarna merah atau ungu di kulit.
Efek samping yang lebih jarang yaitu infeksi serius akibat penekanan pada sistem daya tahan tubuh.
Bila dokter memberikan kortikosteroid tentunya sudah mempertimbangkan risiko dan manfaatnya bagi pasien, terutama kortikosteroid yang diberikan dengan injeksi.
Untuk itu, sebaiknya kortikosteroid tidak digunakan sembarangan tanpa petunjuk dokter.
Anda dapat menerima layanan dengan mengunjungi salah satu cabang kami.
Klinik Flex-Free Jakarta Utara
Ruko Italian Walk J No. 19, Dekat Pintu Masuk Gate C, Mall of Indonesia, Jl. Raya Boulevard Barat, Kelapa Gading, Jakarta Utara
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +62214514421Klinik Flex-Free Bandung
Jl. Terusan Pasir Koja No 153/67, Kelurahan Panjunan, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung, Jawa Barat
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622220580806Klinik Flex-Free Jakarta Selatan
The Bellezza Shopping Arcade, Lantai dasar Unit SA58-60, (Ex Food Hall, Lobby Timur), Jalan Arteri Permata Hijau No.34, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, DKI Jakarta
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622125675561