Cedera regangan berulang (repetitive strain injury, RSI) adalah gangguan atau keluhan yang terjadi pada jaringan lunak tubuh seperti otot, saraf serta jaringan penunjang lainnya, yang diakibatkan karena pemakaian berulang (gerakan berulang).
Beberapa istilah lain yang sering digunakan untuk menggambarkan kondisi ini yaitu ”Repetitive Motion Injury” (cedera gerakan berulang), ”Repetitive Motion Disorders” (gangguan gerakan berulang), ”Repetitive Stress Injury” (cedera stress berulang), ”Repetitive Trauma Disorders” (gangguan trauma berulang), yang semua merujuk pada gangguan atau kelainan sistem Otot-Tulang-Sendi (Musculoskeletal Disorders).
Cedera regangan berulang (RSI) paling sering mengenai tubuh bagian atas yaitu tangan, pergelangan tangan, siku dan bahu, tetapi keluhan dapat juga terjadi pada leher, punggung, pinggul, lutut, kaki dan pergelangan kaki, tergantung area tubuh yang paling sering mendapatkan beban gerakan berulang dan berlebihan.
Kelainan umumnya terjadi pada tendon (ujung otot) dan selaputnya serta bursa (bantalan sendi), dapat berbentuk peradangan atau robekan, atau keduanya dan terjadi bersamaan.
Beberapa contoh istilah yang merujuk kelainan yang dikaitkan dengan akibat gerakan berulang yaitu Carpal Tunnel Syndrome, de Quervain’s Syndrome, Epicondylitis Lateral (Tennis Elbow Syndrome), Game Keeper’s Thumb, Epicondylitis Medial (Golfer’s Elbow Syndrome) Bursitis, Radial Tunnel Syndrome, Cubital Tunnel Syndrome, Rotator Cuff Syndrome, Rotator Cuff Tears, Frozen Shoulder, Ganglion Kista, Trigger Finger, Plantar Fasciitis, tenosinovitis, dll.
Meski tidak membahayakan jiwa, keluhan yang diakibatkan gerakan berulang dapat sangat menyakitkan dan melemahkan. Seiring waktu, RSI dapat menyebabkan kerusakan jaringan lunak dalam tubuh sementara atau permanen.
Cedera gerakan berulang mengakibatkan kerugian besar dalam hal biaya perawatan untuk tenaga kerja, gangguan aktivitas dan produktivitas optimalnya menjadi terganggu. Hal ini dapat menjadi beban baik bagi tenaga kerja maupun pada perusahaan.
Semua gerakan dapat memicu terjadinya kondisi ini apabila dilakukan secara berulang dan berlebihan, baik gerakan dalam pekerjaan atau kegiatan sehari-hari, termasuk olahraga dan hobby.
Beberapa contoh tindakan sehari-hari, seperti melempar bola, menggosok lantai, pekerjaan perakitan, pengepakan daging, pekerjaan yang menggunakan ban berjalan, menjahit, memainkan alat musik, penggunaan komputer, pertukangan, berkebun, jogging, tenis, dll juga dapat memicu kelainan ini.
Gerakan halus tangan, yang berulang terus menerus hingga ribuan kali, akan memicu kerusakan atau abrasi dari jaringan-jaringan yang terlibat dalam pergerakan tersebut.
Otot yang selalu berkontraksi saat pergerakan akan mengalami cedera, terjadi peradangan dan penurunan rentang gerak. Selubung yang menutupi tendon akan kehabisan pelumas karena mereka tidak diberi waktu untuk beristirahat yang cukup, sehingga tendon dan selubungnya meradang, mengakibatkan rasa sakit.
Tendon yang meradang, akan menimbulkan penekanan pada saraf sekitar karena pembengkakan. Hal ini dapat menyebabkan mati rasa, kesemutan, atau hipersensitivitas terhadap sentuhan.
Beberapa hal yang harus diwaspadai karena dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan cedera berulang yaitu bila:
Aktivitas olahraga yang dapat memicu terjadinya cedera regangan berulang
Bekerja dengan conveyor belt
Bekerja dengan mesin getar dan udara dingin
Kegemaran yang dapat memicu terjadinya cedera regangan berulang pada jari-jari tangan
Segera konsultasikan dengan dokter. Jangan biarkan rasa tidak nyaman yang dirasakan menjadi suatu kelainan yang permanen atau menetap dan parah.
Pengobatan dapat dilakukan dengan 2 cara, pengobatan konservatif (non operasi) dan pengobatan operasi.
Penggunaan brace pada Carpal Tunnel Syndrome
Pada orang-orang dengan faktor risiko seperti yang disebutkan di atas, terapkan pola bekerja yang dianjurkan untuk menghindari terjadinya cedera, dan juga untuk mencegah kejadian berulang seperti:
Meski tidak membahayakan, namun keluhan akibat gerakan berulang dapat sangat mengganggu dan menyebabkan penderita kehilangan kemampuan beraktivitas menggunakan bagian tubuh yang terkena, selain membutuhkan biaya untuk perawatan. Pengobatan yang terlambat dapat menyebabkan kelainan menetap yang pada akhirnya dapat mengganggu produktivitas kerja.
Anda dapat menerima layanan dengan mengunjungi salah satu cabang kami.
Klinik Flex-Free Jakarta Utara
Ruko Italian Walk J No. 19, Dekat Pintu Masuk Gate C, Mall of Indonesia, Jl. Raya Boulevard Barat, Kelapa Gading, Jakarta Utara
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +62214514421Klinik Flex-Free Bandung
Jl. Terusan Pasir Koja No 153/67, Kelurahan Panjunan, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung, Jawa Barat
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622220580806Klinik Flex-Free Jakarta Selatan
The Bellezza Shopping Arcade, Lantai dasar Unit SA58-60, (Ex Food Hall, Lobby Timur), Jalan Arteri Permata Hijau No.34, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, DKI Jakarta
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622125675561