Banyak orang dewasa muda mengeluh nyeri punggung, padahal penyebabnya bisa bervariasi. Salah satunya adalah skoliosis de novo, yaitu kondisi lengkungan tulang belakang yang baru muncul setelah dewasa tanpa riwayat skoliosis saat kecil (Ailon T, et al. Spine Deformity. 2022).
Skoliosis de novo termasuk bentuk adult degenerative scoliosis yang disebabkan oleh perubahan degeneratif pada tulang belakang saat bertambahnya usia (Bess S, et al. Spine. 2023).
Skoliosis de novo adalah kelainan tulang belakang lateral (membengkok ke samping) yang berkembang setelah masa pertumbuhan tulang selesai, pada orang tanpa riwayat skoliosis sebelumnya (Ailon T, et al. Spine Deformity. 2022; Bess S, et al. Spine. 2023). Dengan kata lain, penderitanya tidak memiliki skoliosis waktu masih anak-anak, tetapi tulang belakangnya perlahan membentuk kurva baru di usia dewasa. Definisi skoliosis dewasa biasanya menggunakan kriteria Sudut Cobb ≥10° pada foto rontgen berdiri (Bess S, et al. Spine. 2023).
Skoliosis de novo sangat umum terjadi pada orang tua, terutama lanjut usia. Penelitian menunjukkan prevalensinya cukup tinggi: sekitar 37% populasi dewasa mengalami skoliosis de novo, dan angka ini lebih besar pada lansia usia di atas 60 tahun (Ploumis A, et al. Eur Spine J. 2022; Cho KJ, et al. Clin Orthop Surg. 2022).
Wanita dewasa lebih sering terkena dibanding pria (rasio wanita:pria sekitar 1,5–3:1) (Schwab FJ, et al. Neurosurgery. 2022; Ailon T, et al. Spine Deformity. 2022). Hal ini diduga karena wanita usia lanjut lebih rentan osteoporosis dan pelunakan ligamen, mempercepat kerusakan struktur tulang belakang (Schwab FJ, et al. Neurosurgery. 2022). Secara keseluruhan, skoliosis de novo meningkat seiring bertambahnya usia, dan banyak dijumpai pada usia di atas 50 tahun (Bess S, et al. Spine. 2023; Ferrero E, et al. Eur Spine J. 2023).
Skoliosis de novo terjadi akibat proses degenerasi asimetris pada elemen-elemen tulang belakang. Penyebab utamanya adalah perubahan penuaan, seperti pelemahan cakram intervertebralis, pengeroposan sendi facet, dan penipisan tulang belakang (Bess S, et al. Spine. 2023; Schwab FJ, et al. Neurosurgery. 2022). Misalnya, kerusakan diskus dan pengeroposan sendi facet di satu sisi lebih cepat daripada sisi lain akan membuat tulang belakang miring (Bess S, et al. Spine. 2023; Kebaish KM, et al. J Bone Joint Surg Am. 2023).
Faktor risiko lainnya antara lain usia lanjut, jenis kelamin wanita (pasca-menopause), osteoporosis, dan obesitas (Schwab FJ, et al. Neurosurgery. 2022). Kondisi pendukung seperti stenosis spinal (penyempitan kanal) dan spondylolisthesis juga dapat memperburuk lengkungan dengan pergeseran antar ruas tulang (Bess S, et al. Spine. 2023; Cho KJ, et al. Clin Orthop Surg. 2022).
Secara singkat, skoliosis de novo merupakan hasil asimetri degeneratif yang tidak menyolusi dan memicu instabilitas tulang belakang (Bess S, et al. Spine. 2023; Schwab FJ, et al. Neurosurgery. 2022).
Pada tahap awal, skoliosis dewasa mungkin tidak menimbulkan gejala khusus selain pergeseran postur yang perlahan. Namun seiring kurva bertambah besar, dapat muncul tanda-tanda seperti berikut (Donzelli S, et al. Sci Rep. 2024; Ailon T, et al. Spine Deformity. 2022):
Dibanding anak-anak dengan skoliosis, penderita dewasa cenderung lebih sering merasakan ketidaknyamanan kronis. Studi menegaskan pasien dewasa dengan skoliosis mengalami nyeri punggung lebih sering, lebih parah, dan lama dibanding orang dewasa tanpa skoliosis (Ailon T, et al. Spine Deformity. 2022).
Nyeri punggung merupakan gejala yang sangat umum pada skoliosis de novo. Ada beberapa mekanisme yang menjelaskan kenapa lengkungan tulang belakang bisa menimbulkan nyeri (Kebaish KM, et al. J Bone Joint Surg Am. 2023; Mohammed R, et al. J Orthop. 2024):
Secara keseluruhan, kombinasi faktor mekanik dan degeneratif membuat nyeri punggung pada skoliosis dewasa bisa bersifat kronis dan memburuk jika tidak diatasi (Ailon T, et al. Spine Deformity. 2022; Kebaish KM, et al. J Bone Joint Surg Am. 2023).
Jika Anda mengalami nyeri punggung yang diduga akibat skoliosis, penanganan awal dapat dimulai sendiri di rumah. Namun, ada tanda-tanda khusus yang menunjukkan sebaiknya konsultasi dengan Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi (Sp.KFR):
Dokter Sp.KFR akan mengevaluasi penyebab skoliosis, merencanakan terapi latihan khusus, memberikan modalitas fisioterapi, atau meresepkan alat bantu seperti korset (Yamada K, et al. J Rehabil Med. 2023; Handoyo MA, et al. Med J Indones. 2024).
Singkatnya, jika nyeri punggung akibat skoliosis sudah mengganggu kualitas hidup Anda, konsultasi ke dokter Sp.KFR adalah langkah bijak (Lim MR, et al. Phys Med Rehabil Clin N Am. 2023; Handoyo MA, et al. Med J Indones. 2024).
Untuk keterangan dan informasi lebih lanjut, hubungi Klinik Flex-Free agar Anda bebas beraktivitas, bebas berkarya, dan bebas nyeri setiap hari.
Anda dapat menerima layanan dengan mengunjungi salah satu cabang kami.
Klinik Flex-Free Jakarta Utara
Ruko Italian Walk J No. 19, Dekat Pintu Masuk Gate C, Mall of Indonesia, Jl. Raya Boulevard Barat, Kelapa Gading, Jakarta Utara
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +62214514421Klinik Flex-Free Bandung
Jl. Terusan Pasir Koja No 153/67, Kelurahan Panjunan, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung, Jawa Barat
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622220580806Klinik Flex-Free Jakarta Selatan
The Bellezza Shopping Arcade, Lantai dasar Unit SA58-60, (Ex Food Hall, Lobby Timur), Jalan Arteri Permata Hijau No.34, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, DKI Jakarta
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622125675561