Satu kecelakaan membuat Anda mengalami dislokasi siku, setelah sembuh, siku Anda kembali mengalami dislokasi, mengapa begitu?
Dislokasi siku adalah kondisi ketika permukaan sendi siku terpisah. Siku adalah sendi kedua tersering yang mengalami dislokasi pada orang dewasa (setelah bahu).
Dislokasi siku dapat terjadi sebagian atau seluruhnya. Pada dislokasi total, permukaan sendi terpisah sepenuhnya. Pada dislokasi sebagian, permukaan sendi hanya terpisah sebagian. Dislokasi sebagian juga disebut dengan subluksasi.
Siku terbentuk dari tulang lengan atas (humerus) dan dua tulang lengan bawah (radius and ulna).
Pada bagian dalam dan luar sisi siku, terdapat ligamen yang menahan siku pada tempatnya dan mencegah terjadinya dislokasi. Otot-otot yang menyilang di sendi siku juga berperan pada stabilitas sendi.
Siku dapat mengalami dislokasi berulang bila sendi siku tidak stabil atau longgar (disebut dengan instabilitas siku).
Instabilitas siku dapat menyebabkan sendi siku tergelincir keluar saat melakukan gerakan tertentu, sehingga terjadi dislokasi siku berulang.
Instabilitas siku paling sering terjadi akibat cedera.
Penderitanya juga dapat merasakan sakit saat mengangkat benda berat atau melakukan gerakan tertentu.
Gejala lainnya antara lain:
Sensasi seperti siku akan lepas biasanya dirasakan saat mendorong kursi.
Dokter akan menanyakan riwayat cedera atau keluhan pada siku Anda. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan siku, untuk mengetahui apakah ada area yang nyeri, atau ada perubahan bentuk siku.
Dokter juga akan meminta Anda untuk menggerakkan lengan ke berbagai arah untuk memeriksa instabilitas atau sensasi siku ingin lepas. Selain itu dokter akan memeriksa kekuatan lengan untuk mengetahui apakah ada cedera saraf.
Rontgen. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada patah tulang, dislokasi atau perubahan pada kesejajaran siku.
Magnetic resonance imaging (MRI). MRI dapat memberikan gambaran yang lebih jelas dibandingkan rontgen. MRI dapat menunjukkan robekan ligamen, otot, atau tendon. Pemeriksaan MRI biasanya tidak diperlukan.
Terapi fisik biasanya efektif untuk mengatasi pasien yang sering dislokasi siku.
Penanganan Non-Bedah
Penanganan non bedah untuk siku yang sering dislokasi yaitu:
Penanganan Pembedahan
Orang yang sering mengalami dislokasi siku mungkin memerlukan pembedahan atau operasi.
Setelah operasi, selama satu minggu Anda akan menggunakan splint untuk melindungi siku.
Terapi rehabilitasi dimulai pada minggu kedua setelah operasi. Splint akan digantikan dengan brace yang membatasi gerakan siku menekuk atau lurus, tetapi masih dapat melakukan latihan untuk memperbaiki kisaran gerak sendi siku. Bila dilakukan dengan teratur, kisaran gerak sendi siku dapat kembali sempurna pada minggu ke 6 hingga 10 setelah operasi.
Latihan penguatan seringkali dilakukan 3 bulan setelah prosedur operasi. Pasien biasanya dapat kembali ke aktivitas normal setelah 6 hingga 12 bulan pasca operasi.
Pada atlet yang menggunakan gerakan melempar, dapat diperlukan waktu hingga 1 tahun untuk kembali berkompetisi.
Referensi:
Anda dapat menerima layanan dengan mengunjungi salah satu cabang kami.
Klinik Flex-Free Jakarta Utara
Ruko Italian Walk J No. 19, Dekat Pintu Masuk Gate C, Mall of Indonesia, Jl. Raya Boulevard Barat, Kelapa Gading, Jakarta Utara
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +62214514421Klinik Flex-Free Bandung
Jl. Terusan Pasir Koja No 153/67, Kelurahan Panjunan, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung, Jawa Barat
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622220580806Klinik Flex-Free Jakarta Selatan
The Bellezza Shopping Arcade, Lantai dasar Unit SA58-60, (Ex Food Hall, Lobby Timur), Jalan Arteri Permata Hijau No.34, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, DKI Jakarta
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622125675561