Apakah Anda pernah merasakan nyeri bokong hingga rasa linu pada bagian belakang paha, betis dan kaki? Bisa jadi Anda mengalami penyakit Piriformis Syndrome.
Tentunya hal ini akan mengganggu aktivitas terutama saat duduk karena ada sensasi nyeri bokong terutama saat duduk.
Lalu apa sebenarnya Piriformis Syndrome itu dan bagaimana cara untuk mencegahnya?
Piriformis Syndrome adalah kumpulan gejala akibat gangguan pada sistem muskuloskeletal dimana otot piriformis yang berada di area bokong mengalami ketegangan, kekakuan, ataupun peradangan, sehingga menjepit saraf skiatik yang berjalan di antara otot-otot piriformis yang menyebabkan nyeri bokong, mati rasa, dan kesemutan di sepanjang bagian belakang bokong dan tungkai hingga ke kaki.
Piriformis Syndrome dapat disebabkan oleh beberapa penyebab yaitu:
Kelainan anatomis: <15% orang memiliki variasi pada otot piriformis atau saraf skiatik, ataupun jalur syaraf skiatik yang mengakibatkan penjepitan pada syaraf skiatik
Makrotrauma: cedera langsung pada bokong mengakibatkan peradangan jaringan lunak, kejang otot, atau keduanya, yang mengakibatkan kompresi saraf.
Mikrotrauma: dapat terjadi akibat penggunaan otot piriformis yang berlebihan, seperti saat berjalan,berlari jarak jauh, duduk dalam waktu lama (supir taksi, pekerja kantoran, pengendara sepeda), angkat beban, panjang kaki berbeda >1 cm, keselarasan tulang belakang tidak normal.
Kejadian Piriformis Syndrome terjadi pada sekitar 2,4 juta orang per tahun. Pada sebagian besar kasus, Piriformis Syndrome terjadi pada pasien paruh baya dengan rasio pasien wanita lebih banyak daripada pria dengan perbandingan 6:1.
Kejadian nyeri pinggang dan nyeri bokong sangat banyak penyebabnya, sehingga perlu konsultasi dokter untuk menentukan penyebab utama dari nyeri.
Gejala khas yang ditimbulkan dari Piriformis Syndrome adalah nyeri bokong yang diperburuk saat duduk, nyeri tekan bokong pada tingkat penjepitan skiatik yang lebih lanjut, kesulitan berjalan dan aktivitas fungsional lainnya seperti nyeri saat duduk, jongkok, berdiri, dan buang air besar.
Nyeri bokong juga dapat menjalar ke paha, betis, dan kaki. Selain itu juga dapat terjadi kesemutan dan mati rasa pada kaki.
Tidak ada pemeriksaan khusus untuk menegakkan diagnosis Piriformis Syndrome.
Diagnosis ditegakan berdasarkan gejala, riwayat medis, dan pemeriksaan fisik. Modalitas diagnostik seperti USG, MRI, CT, dan EMG sebagian besar berguna untuk menyingkirkan kondisi lain, karena terdapat beberapa penyakit yang menyerupai Piriformis Syndrome.
Mayoritas hanya diperlukan perawatan konservatif (non bedah) untuk mengurangi gejala nyeri bokong pada Piriformis Syndrome mencakup agen farmakologis, terapi fisik, modifikasi gaya hidup, dan fisioterapi.
Mengompres area yang nyeri dengan kompres hangat atau dingin selama 15-20 menit dapat membantu mengurangi keluhan nyeri bokong pada fase awal nyeri. Selain itu juga mengistirahatkan daerah yang nyeri <48 jam dapat membantu untuk mengurangi rasa nyeri.
Pemberian obat-obatan dapat membantu untuk mengurangi nyeri bokong pada Piriformis Syndrome. Pemberian obat NSAID dapat membantu pada kasus ringan. Pada kasus berat diperlukan tambahan obat seperti pelemas otot bahkan pemberian obat anti nyeri neuropatik.
Latihan fisik juga sangat membantu dalam proses perawatan Piriformis Syndrome. Terapi fisik seperti peregangan otot piriformis, latihan rentang gerak, dan pemijatan dapat dilakukan.
Beberapa teknik peregangan otot untuk mengurangi nyeri bokong pada Piriformis Syndrome adalah:
Bila masih didapatkan nyeri bokong setelah diberikan obat-obatan dan latihan fisik, dokter akan mempertimbangkan dilakukan penyuntikan steroid (anti radang) ataupun anestesi pada otot piriformis untuk mengurangi gejala nyeri bokong.
Teknik injeksi dapat dipandu dengan USG agar lokasi penyuntikan dapat tepat dan tidak mencederai struktur lain pada otot piriformis. Suntikan yang dipandu USG akan meredakan nyeri secara signifikan setidaknya selama 6-8 minggu, sehingga memiliki peluang untuk mengikuti program fisioterapi.
Terapi fisik lainnya yang dapat dilakukan adalah dengan terapi Transcutaneous Electrical Nerve Stimulator (TENS), yaitu terapi listrik tegangan rendah untuk meredakan nyeri dan tegang otot. Selain itu juga dapat dilakukan dengan terapi laser dan inframerah untuk mengurangi nyeri bokong pada Piriformis Syndrome.
Intervensi bedah harus dipertimbangkan hanya ketika pengobatan non-bedah telah gagal dan gejalanya menjadi sulit diatasi dan melumpuhkan. Indikasi klasik untuk perawatan bedah termasuk abses, neoplasma, hematoma, dan kompresi pembuluh darah.
Pembedahan dapat membantu mendekompresi saraf, namun hasil setelah operasi tidak selalu dapat diprediksi, dan beberapa pasien terus merasakan nyeri.
Sindrom piriformis, bila tidak diobati, dapat melumpuhkan dan menyebabkan buruknya kualitas hidup. Namun, jika diobati, prognosis sebagian besar pasien sangat baik.
Kebanyakan orang menjadi bebas gejala dalam waktu 1-3 minggu setelah memulai program olahraga, Namun sayangnya, gejala kambuh sangat umum terjadi ketika kepatuhan untuk mencegahnya rendah.
Ada beberapa cara untuk mencegah nyeri bokong yang ditimbulkan pada Piriformis Syndrome yaitu:
Apabila Anda memerlukan informasi lebih lanjut, hubungi Klinik Flex Free terdekat agar Anda bebas beraktivitas, bebas berkarya, dan bebas nyeri setiap hari.
Anda dapat menerima layanan dengan mengunjungi salah satu cabang kami.
Klinik Flex-Free Jakarta Utara
Ruko Italian Walk J No. 19, Dekat Pintu Masuk Gate C, Mall of Indonesia, Jl. Raya Boulevard Barat, Kelapa Gading, Jakarta Utara
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +62214514421Klinik Flex-Free Bandung
Jl. Terusan Pasir Koja No 153/67, Kelurahan Panjunan, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung, Jawa Barat
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622220580806Klinik Flex-Free Jakarta Selatan
The Bellezza Shopping Arcade, Lantai dasar Unit SA58-60, (Ex Food Hall, Lobby Timur), Jalan Arteri Permata Hijau No.34, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, DKI Jakarta
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622125675561