Pengapuran sendi lutut merupakan masalah kesehatan yang umum dialami pada usia dewasa hingga lanjut. Kondisi tersebut dapat menurunkan kenyamanan aktivitas sehari-hari dan meningkatkan risiko komplikasi bila tidak ditangani secara tepat.
Artikel ini akan membahas faktor-faktor yang meningkatkan risiko pengapuran lutut, gejala yang perlu diwaspadai, serta langkah-langkah pengobatan untuk menjaga fungsi sendi tetap optimal.
Dalam istilah medis, pengapuran lutut disebut osteoarthritis, yaitu kondisi di mana tulang rawan atau jaringan yang berfungsi sebagai bantalan di ujung tulang persendian mengalami penipisan.
Ketika tulang rawan menipis, ujung-ujung tulang di sendi mulai saling bergesekan secara langsung. Gesekan ini menimbulkan rasa nyeri, peradangan, dan pembentukan tonjolan tulang baru yang disebut osteofit.
Osteoarthritis berkembang perlahan, ditandai dengan nyeri ringan dan kekakuan pada lutut saat digerakkan. Tanpa penanganan yang tepat, gejala ini dapat bertambah parah dan memengaruhi aktivitas sehari-hari.

Gejala osteoarthritis biasanya muncul secara bertahap dan dapat berlangsung selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Penderita sering merasakan ketidaknyamanan yang meningkat saat aktivitas tertentu, seperti:
Selain gejala, memahami faktor risiko dan penyebab pengapuran sendi lutut juga penting untuk langkah pencegahan sejak dini. Beberapa faktor utama yang perlu diperhatikan antara lain:
Faktor genetik berperan penting dalam osteoarthritis (OA). Jika anggota keluarga pernah menderita OA, kemungkinan orang lain dalam keluarga juga mengalami kondisi serupa lebih tinggi. Oleh karena itu, kesadaran dini dan pemeriksaan rutin sangat dianjurkan.
Faktor sosiodemografi seperti usia dan jenis kelamin juga menjadi risiko utama osteoarthritis. Seiring bertambahnya usia, jaringan tulang rawan pada lutut cenderung menipis, sehingga kemungkinan seseorang mengalami OA meningkat.
Selain itu, wanita juga memiliki kecenderungan lebih rentan dibanding pria, terutama pada usia lanjut. Menurut data WHO, sekitar 73% penderita osteoarthritis berusia di atas 55 tahun, dan 60% di antaranya adalah wanita.
Individu dengan obesitas menanggung beban tambahan pada sendi lutut dan panggul, yang dapat mempercepat keausan tulang rawan. Kondisi ini meningkatkan risiko terjadinya pengapuran sendi lutut hingga 2,5–4,6 kali dibandingkan dengan individu yang memiliki berat badan normal.
Sebaliknya, tekanan yang lebih ringan pada sendi bagi individu dengan berat badan normal menyebabkan degenerasi tulang rawan berlangsung lebih lambat, sehingga risiko nyeri dan kerusakan lutut menjadi lebih rendah.
Riwayat cedera pada lutut, seperti sobekan ligamen, tegang otot, atau patah tulang, dapat memicu perkembangan osteoarthritis di kemudian hari.
Kerusakan akibat cedera membuat sendi menjadi lebih rentan terhadap degenerasi, sehingga pencegahan dan perawatan setelah cedera sangat penting untuk mengurangi risiko osteoarthritis.
Pengapuran sendi lutut juga bisa muncul sebagai komplikasi dari penyakit artritis lain, seperti gout atau rheumatoid arthritis. Kondisi tersebut dapat merusak kartilago sendi, memicu degenerasi, dan menyebabkan osteoarthritis.
Bagi sebagian penderita osteoarthritis, langkah-langkah sederhana di rumah bisa membantu meredakan nyeri dan mengurangi kekakuan. Adapun tindakan di rumah yang direkomendasikan oleh dokter antara lain:
Langkah-langkah ini sebaiknya diterapkan secara bertahap dan disesuaikan dengan kondisi masing-masing individu. Konsultasi rutin dengan dokter tetap diperlukan untuk memastikan efektivitas dan keamanan pengobatan di rumah.
Meski perawatan di rumah bisa membantu, ada kondisi tertentu yang memerlukan pemeriksaan dan penanganan oleh dokter agar osteoarthritis tidak berkembang lebih berat.
Bila ada gejala-gejala berikut, konsultasikan dengan dokter segera:
Berbagai gejala tersebut menunjukkan perlunya bantuan profesional untuk mendiagnosis penyebab dan menentukan langkah pengobatan yang sesuai, sehingga pemulihan dapat berlangsung optimal.
Jika penanganan mandiri dan perawatan awal belum cukup, Anda memerlukan penanganan dari dokter untuk mengatasi pengapuran sendi lutut. Dokter akan menyesuaikan pengobatan berdasarkan kondisi dan kebutuhan masing-masing penderita, melalui tahapan berikut:
Langkah pertama adalah evaluasi menyeluruh terhadap kondisi lutut. Dokter akan memeriksa apakah terdapat peradangan, kerusakan tulang rawan, dan jaringan di sekitar sendi. Pemeriksaan juga mencakup kaki dan panggul, karena kelainan pada area ini dapat mempengaruhi beban dan gerakan lutut.
Apabila diperlukan, dokter akan melakukan rontgen, USG, atau tes darah untuk memastikan penyebab keluhan.
Untuk kasus ringan, terapi non-invasif menjadi pilihan utama. Penanganan dilakukan melalui pemberian obat anti-inflamasi atau pereda nyeri, terapi fisik, serta penggunaan alat bantu seperti penyangga lutut (knee brace) untuk menjaga stabilitas dan mengurangi tekanan pada sendi.
Pada kasus ringan hingga sedang, terapi Shockwave atau Extracorporeal Shockwave Therapy (ESWT) dapat membantu memperbaiki jaringan yang rusak dan mengurangi nyeri.
Terapi ini umumnya dikombinasikan dengan program latihan rutin yang didampingi oleh tenaga medis, sehingga kekuatan dan fleksibilitas lutut tetap terjaga.
Jika terdapat kerusakan lebih berat atau cairan berlebih pada sendi, prosedur invasif dapat dilakukan. Contohnya termasuk aspirasi untuk mengeluarkan cairan sendi atau injeksi pelumas (hyaluronic acid) untuk mempermudah gerakan.
Selain itu, terdapat pula metode injeksi regeneratif seperti PRP (Platelet Rich Plasma) atau prolotherapy untuk membantu perbaikan jaringan.
Jika semua terapi sebelumnya belum membuahkan hasil, tindakan bedah menjadi opsi terakhir. Jenis operasi disesuaikan dengan kerusakan lutut, mulai dari artroskopi hingga penggantian sendi (total knee replacement) untuk pemulihan yang optimal.
Pengapuran sendi lutut yang ditangani dengan baik dapat membantu mengurangi nyeri dan membuat kembali nyaman saat bergerak.
Referensi:
Anda dapat menerima layanan dengan mengunjungi salah satu cabang kami.
Klinik Flex-Free Jakarta Utara
Ruko Italian Walk J No. 19, Dekat Pintu Masuk Gate C, Mall of Indonesia, Jl. Raya Boulevard Barat, Kelapa Gading, Jakarta Utara
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +62214514421Klinik Flex-Free Bandung
Jl. Terusan Pasir Koja No 153/67, Kelurahan Panjunan, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung, Jawa Barat
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622220580806Klinik Flex-Free Jakarta Selatan
The Bellezza Shopping Arcade, Lantai dasar Unit SA58-60, (Ex Food Hall, Lobby Timur), Jalan Arteri Permata Hijau No.34, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, DKI Jakarta
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622125675561