Otot betis terutama terdiri dari gastrocnemius (gastroknemius) dan soleus yang membentuk triceps surae, melekat pada tumit melalui tendon Achilles. Gastrocnemius adalah otot permukaan (superfisial) dengan dua kepala otot yang berawal di ujung bawah tulang paha; kontraksinya menyebabkan kaki menapak (plantar fleksi) dan juga membantu menekuk lutut. Soleus terletak lebih dalam di bawah gastrocnemius, berawal dari tulang kering dan fibula atas, dan juga menyambung ke tumit, namun tidak melibatkan lutut.

Kedua otot ini secara bersama menjaga postur tegak dan gerakan berjalan/lari. Perbedaan penting: gastrocnemius kaya serat otot cepat (anaerobik) untuk kekuatan eksplosif, sedangkan soleus kaya serat lambat (aerobik) untuk daya tahan.
Tennis leg adalah istilah untuk cedera otot betis yang umumnya terjadi pada kepala medial gastrocnemius (bagian dalam) dan area peralihan ke otot soleus. Cedera ini sering terjadi saat otot betis teregang hebat, misalnya ketika kaki ditekan kuat ke bawah (plantar fleksi) sambil lutut lurus (ekstensi).
Penderita tiba-tiba merasakan nyeri tajam di betis bagian tengah/posteromedial, disertai bunyi "kletek" seperti ditendang dari belakang, serta sulit berjalan. Gejala khas lainnya termasuk pembengkakan lokal, memar (ekimosis), dan nyeri tekan pada betis. Nyeri biasanya membaik bertahap setelah beberapa hari istirahat, namun kelemahan otot dan kekakuan dapat bertahan lebih lama.
Meskipun awalnya dinamai "tennis leg" (karena sering terjadi pada pemain tenis saat melakukan servis), cedera ini bisa terjadi pada berbagai olahraga (lari, sepak bola, voli, basket, naik tangga) atau bahkan aktivitas sehari-hari. Pada kasus berat dapat timbul rasa terbakar atau kram berlanjut, memaksa pengidap mendatangi tenaga medis.
Penting dicatat bahwa nyeri betis setelah berolahraga juga bisa disebabkan oleh kondisi serius lain seperti trombosis vena dalam (DVT). DVT akan menimbulkan nyeri betis setelah berolahraga disertai bengkak, kemerahan dan rasa panas tanpa riwayat cedera spesifik. Karena itu, dokter sering melakukan ultrasonografi (USG) atau MRI untuk memastikan diagnosis dan menyingkirkan kemungkinan DVT atau robekan tendon Achilles.
Jika nyeri betis setelah berolahraga tergolong ringan dan membaik dalam beberapa hari, penanganan di rumah (istirahat, kompres es, obat antinyeri) mungkin cukup. Namun, segera periksakan diri ke dokter (khususnya Dokter Spesialis Kedokteran Fisik & Rehabilitasi – Sp.KFR) jika:
Sp.KFR biasanya akan melakukan pemeriksaan fisik dan jika diperlukan USG otot atau MRI. Pemeriksaan pencitraan ini penting untuk menegakkan diagnosis robekan gastrocnemius (tennis leg) dan sekaligus menyingkirkan kondisi lain seperti DVT atau Baker’s cyst.
Secara umum, konsultasi medis diperlukan jika nyeri betis setelah berolahraga tidak membaik dengan penanganan konservatif sederhana dalam 1–2 minggu, atau jika ada keraguan adanya komplikasi. Penanganan oleh ahli rehabilitasi medik akan membantu pemulihan optimal.

Anda dapat menerima layanan dengan mengunjungi salah satu cabang kami.
Klinik Flex-Free Jakarta Utara
Ruko Italian Walk J No. 19, Dekat Pintu Masuk Gate C, Mall of Indonesia, Jl. Raya Boulevard Barat, Kelapa Gading, Jakarta Utara
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +62214514421Klinik Flex-Free Bandung
Jl. Terusan Pasir Koja No 153/67, Kelurahan Panjunan, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung, Jawa Barat
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622220580806Klinik Flex-Free Jakarta Selatan
The Bellezza Shopping Arcade, Lantai dasar Unit SA58-60, (Ex Food Hall, Lobby Timur), Jalan Arteri Permata Hijau No.34, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, DKI Jakarta
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622125675561