Pemeriksaan fisik; pasien diperiksa untuk gejala fisik, melalui berbagai gerakan, untuk mengetahui fleksibilitas, kelemahan otot atau gejala neurologis yang mungkin timbul akibat saraf yang terjepit.
Bila dari riwayat medis dan pemeriksaan fisik diduga terjadi pergeseran ruas tulang belakang (spondylolisthesis), maka akan dilakukan beberapa tes pencitraan untuk memastikannya.
Rontgen dilakukan untuk mengkonfirmasikan adanya pergeseran ruas tulang belakang dan/atau mengesampingkan kemungkinan penyebab lain dari gejala pasien. Tes ini memvisualisasikan tulang dan akan menunjukkan apakah vertebra yang dicurigai benar bergeser atau tidak, selain itu rontgen dapat menunjukkan perubahan penuaan, seperti kehilangan tinggi diskus, adanya taji tulang ataupun fraktur pada tulang vertebra.
Gambaran Rontgen pada Spondylolisthesis dan Spondylolysis
Magnetic Resonance Imaging (MRI) dapat membuat gambar yang lebih baik untuk jaringan lunak, seperti otot, diskus, saraf, dan sumsum tulang belakang. Hal ini dapat menampilkan lebih detail dari pergeseran ruas tulang belakang dan apakah ada saraf yang terjepit.
Computed tomography (CT) scan lebih rinci dari rontgen dan dapat menampilkan penampang gambar tulang belakang.
Pengobatan Spondylolisthesis non-bedah tidak akan memperbaiki pergeseran ruas tulang belakang yang terjadi, namun banyak pasien melaporkan bahwa metode ini membantu meringankan gejala.
Berbagai pilihan pengobatan non-bedah termasuk perawatan diri yang sederhana dapat membantu dalam kondisi ini, seperti :
-penggunaan kompres dingin dan atau bantalan pemanas
-konsumsi obat penghilang rasa sakit yang tepat, seperti ibuprofen atau acetaminophen,
-memodifikasi kegiatan mereka sehingga mereka menghabiskan lebih banyak waktu duduk dan mengurangi waktu berdiri atau berjalan.
Kegiatan modifikasi lainnya meliputi:
-Melakukan bedrest atau beristirahat satu sampai dua hari, dan tidak terlalu lama bedrest.
-Menghindari berdiri atau berjalan untuk waktu yang lama
-Menghindari kegiatan yang memerlukan menekuk ke belakang.
-Menghindari latihan aktif, kecuali pada kasus yang ringan, namun pemilihan jenis aktifitas fisik harus sangat berhati-hati.
-Olahraga dilakukan secara bertahap dengan latihan khusus untuk memperkuat dan meregangkan otot-otot punggung bawah dan otot perut, mempertahankan dan/atau meningkatkan jangkauan gerak dan fleksibilitas, yang pada gilirannya cenderung mengurangi rasa sakit serta membantu pasien mempertahankan kemampuan mereka untuk berfungsi dalam sehari-hari kegiatan.
-Untuk pasien yang ingin lebih aktif, bersepeda stasioner adalah pilihan yang wajar, karena aktivitas di posisi duduk masih dapat ditoleransi.
-Pilihan lain adalah terapi renang di kolam renang hangat, karena air dapat memberikan dukungan dan daya apung dan pasien diperbolehkan untuk latihan di posisi tertekuk ke depan.
Latihan Fisik yang Dianjurkan pada Penderita Spondylolisthesis
Pada kasus-kasus dimana keluhan nyeri yang terjadi cukup hebat, suntikan steroid epidural dapat menjadi pilihan pengobatan yang wajar. Suntikan efektif dalam membantu mengurangi rasa sakit dan meningkatkan fungsi pasien hingga 50% kasus.
Efektivitas dari suntikan epidural ini bervariasi, sebagai pereda nyeri dapat berlangsung satu minggu atau satu tahun.
Terapi Suntikan Epidural pada Spondylolisthesis
Suntikan epidural intermiten dikombinasikan dengan modifikasi aktivitas, mungkin menjadi pilihan terbaik bagi beberapa pasien, yang telah gagal dengan perawatan non-bedah (untuk mengurangi gejala mereka), namun tindakan operasi justru dapat menimbulkan terlalu banyak risiko.
Tujuan dari operasi adalah untuk meluruskan kembali pergeseran tulang vertebra yang terjadi, sehingga mengurangi tekanan pada saraf dan menjaga stabilitas ruas-ruas tulang belakang.
Pembedahan untuk spondylolisthesis degeneratif jarang diperlukan, dan kebanyakan pasien dapat mengelola gejala mereka dengan pilihan non-bedah di atas.
Operasi juga diindikasikan jika pasien mengalami kerusakan neurologis yang progresif akibat pergeseran tulang vertebra yang cukup berat.
Derajat Pergeseran Ruas Tulang Belakang
Beberapa risiko dan kemungkinan komplikasi setelah operasi, adalah:
Non union (nonfusion, atau arthrodesis) atau kegagalan proses penyembuhan, kegagalan hardware, timbul nyeri lanjutan, degenerasi segmen yang berdekatan, infeksi, perdarahan, kebocoran dural, kerusakan saraf akar dan semua risiko anestesi umum yang mungkin (misalnya pembekuan darah, emboli paru, pneumonia, serangan jantung atau stroke).
Kondisi yang meningkatkan risiko operasi termasuk :
Merokok (atau asupan nikotin), obesitas, fusi bertingkat, osteoporosis (pengeroposan tulang), diabetes, rheumatoid arthritis, atau sebelum gagal operasi punggung, pada pasien yang memiliki beberapa masalah medis, operasi bisa sangat berisiko.
Operasi dapat memakan waktu hingga satu tahun untuk sepenuhnya pulih. Biasanya, sebagian besar pasien dapat memulai sebagian besar kegiatan mereka setelah tiga bulan.
Demikian penanganan pergeseran ruas tuang belakang.
Anda dapat menerima layanan dengan mengunjungi salah satu cabang kami.
Klinik Flex-Free Jakarta Utara
Ruko Italian Walk J No. 19, Dekat Pintu Masuk Gate C, Mall of Indonesia, Jl. Raya Boulevard Barat, Kelapa Gading, Jakarta Utara
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +62214514421Klinik Flex-Free Bandung
Jl. Terusan Pasir Koja No 153/67, Kelurahan Panjunan, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung, Jawa Barat
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622220580806Klinik Flex-Free Jakarta Selatan
The Bellezza Shopping Arcade, Lantai dasar Unit SA58-60, (Ex Food Hall, Lobby Timur), Jalan Arteri Permata Hijau No.34, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, DKI Jakarta
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622125675561