Olahraga Aman Untuk Penderita Pengeroposan Tulang, Osteoporosis

Rabu, 13 November 2024
dr. Ferdinand Dennis K
Rabu, 13 November 2024
dr. Ferdinand Dennis K

Apa itu Osteoporosis atau Pengeroposan Tulang?

Osteoporosis adalah kondisi pada tulang yang ditandai dengan kelemahan tulang dan berujung pada peningkatan risiko patah. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa osteoporosis didefinisikan sebagai kepadatan massa tulang yang diukur kurang dari 2,5 standar deviasi atau di bawah dari rerata nilai densitas tulang wanita muda sehat dari pemeriksaan klinis.

Osteoporosis diklasifikasikan sebagai osteporosis primer (osteoporosis pasca-menopause atau tipe I dan osteoporosis senilis atau karena penuaan atau tipe II) atau osteoporosis sekunder (karena sebab lain seperti gangguan penyerapan nutrisi termasuk didalamnya kalsium dan vitamin D, pengobatan dengan steroid atau kondisi lain sepert hiperparatiroidisme).

Sekurang-kurangnya 200 juta orang di seluruh dunia mengalami osteoporosis, dan menurut Fondasi Osteoporosis Internasional, 1 dari 3 wanita di atas usia 50 tahun dan 1 dari 5 pria akan mengalami patah tulang karena osteoporosis di sepanjang hidupnya.

Osteoporosis tidak meningkatkan angka kesakitan dan kematian secara langsung, melainkan karena patah tulang yang dapat disebabkannyalah yang akan menimbulkan kecacatan terutama pada populasi menua (aging population).

Proses terjadinya osteoporosis ini merupakan proses kronis atau menahun, pada awalnya terjadi ketidaksetimbangan pembentukan dan perombakan komponen tulang yang disebabkan karena proses penuaan dari sel-sel yang berperan dalam pembentukan dan perombakan ini.

Pada saat terjadi penuaan dari sel pembangun (osteoblas) maka yang terjadi adalah tulang yang dirombak oleh osteoklas (sel perombak) sehingga tulang yang tadinya padat akan menjadi berongga (cancellous). Terbentuknya rongga pada tulang inilah yang menjadi pencetus berkurangnya kekuatan tulang.

Pengeroposan tulang ini akan terus terjadi dan diperberat oleh kondisi lain seperti berkurangnya penyerapan kalsium pada usus orang lansia. Kalsium sendiri berperan sebagai bahan dasar tulang (dalam bentuk kristal hidroksiapatit).

Dengan berkurangnya kadar kalsium yang berperan sebagai semen dari tulang ini, tulang yang keropos akan semakin sulit diperbaiki. Pada akhirnya pada saat terjadi benturan yang ringan dan tidak seharusnya menimbulkan suatu patahan pun (low-energy trauma) akan menimbulkan patah tulang karena kerapuhan (fragility fracture).

pengeroposan tulang osteoporosis

Gambar 1. Pengeroposan Tulang

Wanita pasca-menopause memiliki kerentanan lebih tinggi mengalami fragility fracture dibandingkan pria karena hilangnya fungsi pengaturan pembentukan tulang oleh hormon estrogen saat terjadi menopause. Hormon estrogen berperan sebagai pengatur kerentanan perombakan tulang oleh hormon paratiroid, meningkatkan produksi kalsitonin dan penyerapan ulang kalsium oleh usus yang memastikan kadar kalsium dalam tuiang cukup untuk keseimbangan pembentukan dan perombakan tulang.

proses terjadinya osteoporosis

Gambar 2. Perjalanan Pengeroposan Tulang pada Osteroporosis

Sumber gambar: www.researchgate.net

 

Olahraga yang Aman untuk Pengeroposan Tulang atau Osteoporosis

American College of Sport Medicine (Asosiasi Kedokteran Olahraga Amerika) menyarankan bahwa olahraga dapat memperlambat waktu kejadian osteoporosis yang berujung pada menurunnya risiko patah tulang. Dampak positif olahraga terhadap kesehatan tulang terjadi pada populasi kanak-kanak dan dewasa karena terbukti meningkatkan kepadatan, volume dan kekuatan yang secara tidak langsung memiliki efek baik terhadap kekuatan otot pula.

Olahraga juga dapat meningkatkan keseimbangan pada orang muda dan tua yang secara langsung mengurangi risiko jatuh dan risiko fragility fracture.

Penderita osteoporosis akan menjalani uji latih seperti populasi pada umumnya, tetapi dengan beberapa pertimbangan:

  • Penggunaan sepeda statis sebagai pilihan utama uji latih dibandingkan treadmill pada mereka dengan pengeroposan tulang belakang yang menimbulkan nyeri saat berjalan atau berisiko jatuh.
  • Penderita osteoporosis dengan patah tulang belakang kompresi multipel akan mengalami pengurangan tinggi badan serta perubahan bentuk tulang belakang yang akan memengaruhi kapasitas pernapasan dan postur tubuh yang lebih bungkuk. Hal ini dapat memengaruhi kemampuan uji latih seseorang dan keseimbangan saat latihan.
  • Uji kekuatan otot maksimal mungkin tidak dilakukan pada mereka dengan osteoporosis berat, meskipun belum ada panduan yang melarang dilakukannya uji ini.
  • Kemampuan seseorang menjaga keseimbangan tubuh haruslah diperiksa oleh dokter sebelum menjalani seluruh rangkaian uji latih di atas terutama pada mereka dengan kepadatan massa tulang yang rendah.

Penderita osteoporosis tetap harus melakukan 3 jenis latihan yaitu aerobik, resistensi (beban) dan fleksibilitas (kelenturan).

Berikut ini panduan singkat untuk latihan-latihan tersebut:

  • Latihan aerobik

Dapat dilakukan 4-5 hari per minggu latihan dapat berupa jalan atau bersepeda. Intensitas (berat ringannya latihan) haruslah ditentukan dengan uji latih, dengan intensitas paling sesuai ditentukan dari denyut nadi maksimal orang tersebut.

Jenis latihan lain dapat disesuaikan sesuai kegemaran tapi latihan yang memberikan pembebanan pada tulang seperti berjalan dapat memberikan keuntungan bagi penderita pengeroposan tulang

  • Latihan resistensi (pembebanan)

Dapat dimulai dengan 1 sampai 2 hari per minggu (tidak berurutan atau diselang 1 sampai 2 hari per kali latihan) dengan alat standar (dumbel atau barbel). Intensitas dapat dimulai dengan penyesuaian beban yang diangkat dimana 2 repetisi terakhir terasa berat atau menantang.

Intensitas yang lebih berat (lebih banyak repetisi yang terasa berat) disarankan bagi mereka yang dapat mengangkat beban lebih berat. Repetisi yang disarankan dimulai dari 8-12 repetisi, ditingkatkan 2 set setelah lebih kurang 2 minggu. Tidak lebih dari 8 sampai 10 jenis latihan per sesi

  • Latihan fleksibilitas (kelenturan)

Dilakukan 5-7 hari (setiap hari), dilakukan pada seluruh sendi besar (bahu, siku, panggul, lutut, pergelangan tangan dan kaki) sampai terasa tahanan dan sedikit nyeri. Setiap peregangan sendi dilakukan 10-30 detik dengan 2 sampai 4 kali pengulangan tiap kalinya.


Buat Kunjungan

Anda dapat menerima layanan dengan mengunjungi salah satu cabang kami.

Klinik Flex-Free Jakarta Utara

Ruko Italian Walk J No. 19, Dekat Pintu Masuk Gate C, Mall of Indonesia, Jl. Raya Boulevard Barat, Kelapa Gading, Jakarta Utara

Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +62214514421

Klinik Flex-Free Bandung

Jl. Terusan Pasir Koja No 153/67, Kelurahan Panjunan, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung, Jawa Barat

Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622220580806

Klinik Flex-Free Jakarta Selatan

The Bellezza Shopping Arcade, Lantai dasar Unit SA58-60, (Ex Food Hall, Lobby Timur), Jalan Arteri Permata Hijau No.34, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, DKI Jakarta

Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622125675561
WhatsApp ×

Jika ada pertanyaan, silahkan menghubungi kami melalui