Ortosis, Prostesis, dan Alat Bantu Bagian 1: Alat Bantu Jalan (Tongkat, Kruk, dan Walker)

Rabu, 02 Juni 2021
dr. Ferdinand Dennis K
Rabu, 02 Juni 2021
dr. Ferdinand Dennis K

Penanganan masalah otot, tulang dan sendi tidak terlepas dari penggunaan alat bantu jalan oleh pasien.

Bermacam kondisi muskuloskeletal mengharuskan penderita mengistirahatkan bagian tubuh yang cedera atau sakit, bahkan membuat penderita tidak bisa menggunakan bagian tersebut lagi.

Di sinilah penggunaan dan peresepan alat bantu jalan oleh dokter menjadi penting.

Pemulihan fungsi yang optimal untuk mengembalikan produktivitas dan kadar aktivitas penderita ke tingkat sampai hampir seperti sebelum sakit adalah fokus dari penanganan kedokteran fisik dan rehabilitasi.

Juga mengembalikan produktivitas pasien hingga hampir seperti sebelum sakit.

Pada artikel ini, akan dibahas mengenai alat untuk membantu berjalan, yaitu tongkat, kruk, dan walker, syarat peresepannya, serta kondisi-kondisi yang dapat dibantu dengan alat-alat ini.

Karakteristik alat bantu jalan tongkat, kruk, dan walker

Semua alat untuk membantu berjalan memiliki sifat dan kegunaan yang berbeda-beda.

Satu alat bantu jalan yang dapat digunakan untuk kelainan berjalan tertentu, mungkin tidak cocok untuk kelainan berjalan yang lainnya.

jenis-jenis alat bantu jalan

Jenis-jenis Alat bantu Jalan

(Sumber gambar: www.fvhospital.com)

Tiga macam alat yang dibahas pada artikel ini, yaitu tongkat, kruk, dan walker memiliki karakteristik dan kegunaan yang berbeda-beda, yaitu sebagai berikut:

1. Tongkat (cane) memiliki komponen yaitu pegangan (handle), adjusting knob untuk pegangan, batang tongkat, knop pengatur tinggi tongkat, dan ujung bawah dari karet.

Apabila digunakan dengan benar, tongkat dapat memberikan keuntungan, yaitu:

  • Meningkatkan keseimbangan
  • Mengurangi nyeri
  • Mengurangi gaya menumpu beban pada struktur yang cedera
  • Mengompensasi otot-otot yang lemah
  • Untuk memindai lingkungan sekitar pada mereka yang memiliki gangguan penglihatan

2. Kruk (crutches), dibagi menjadi dua macam, yaitu:

    1. kruk aksilar (axillary crutches)

dengan komponen-komponen bantalan ketiak, dua batang tegak, bantalan tangan, batangan yang dapat diatur panjangnya, dan bantalan karet pada kaki kruk serta

    1. kruk lengan bawah (Lofstrand crutches)

dengan komponen-komponen berupa bantalan lengan bawah dan pengikat lengan bawah, bantalan tangan, satu batang tegak, dan ujung karet pada kaki kruk.

3. Walker adalah alat untuk membantu berjalan dengan empat titik kontak dengan lantai dan tiga sisi tegak, di mana sisi yang paling dekat dengan pasien terbuka untuk badan pasien.

Alat ini memiliki variasi bentuk dan ukuran yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan pasien.

Bagaimanakah seseorang dapat memilih alat bantu jalan yang sesuai untuk dirinya?

Seperti telah disebutkan di atas, penggunaan alat untuk membantu berjalan harus dicocokkan dengan pengguna dan kondisi medisnya.

Satu alat bantu jalan yang cocok untuk satu penderita mungkin tidak sesuai dengan penderita lain dengan kondisi medis yang serupa.

Oleh karena itu, peresepan dan pemberian alat untuk membantu berjalan haruslah terindividualisasi.

Berikut adalah macam-macam jenis alat untuk membantu berjalan serta kelebihan dan kekurangan masing-masing alat:

  1. Tongkat
    • Tongkat besi huruf ‘T’
      • Kelebihan: murah, mudah diatur tingginya
      • Kekurangan: sulit digenggam bagi penderita dengan keluhan nyeri pada tangan
    • Tongkat bengkok (crooked cane/C-handle cane)
      • Kelebihan: murah
      • Kekurangan: tidak dapat diatur tingginya, sulit digenggam seperti tongkat besi huruf ‘T’
    • Functional grip cane
      • Kelebihan: menyesuaikan dengan lengkungan alami tangan, lebih seimbang
      • Kekurangan: lebih mahal dari tongkat ‘T’ dan ‘C’
    • Tongkat kaki-empat small-based
      • Kelebihan: tidak makan tempat, dapat dengan mudah dibawa naik tangga
      • Kekurangan: tidak sestabil tongkat kaki-empat wide-based
    • Tongkat kaki-empat wide-based’
      • Kelebihan: lebih stabil
      • Kekurangan: besar, tampilan kurang estetik, tidak dapat dibawa naik dan turun tangga

Pengukuran tongkat untuk tiap-tiap orang menggunakan rumus:

  • Dengan siku ditekuk 20–30° diukur dari tangan ke lantai
  • Setinggi trochanter mayor ke lantai
  1. Kruk

jenis-jenis kruk

Jenis-jenis Kruk

(Sumber gambar: www.selfhealthcare.net)

  • Kruk aksilar
    • Kelebihan: lebih murah, mudah diatur ketinggiannya
    • Kekurangan:
      • memerlukan kekuatan otot anggota gerak yang baik (tidak cocok untuk pasien dengan gangguan kekuatan otot seperti stroke),
      • tangan tidak dapat digunakan dengan bebas, melelahkan (sehingga tidak cocok bagi pasien dengan gangguan fungsi napas dan/atau jantung),
      • penggunaan yang tidak benar berisiko menekan saraf pada ketiak (menimbulkan keluhan kebas dan kesemutan pada lengan)
  • Kruk Lofstrand
    • Kelebihan: ringan, mudah diatur ketinggiannya, tangan bebas bergerak
    • Kekurangan: perlu teknik khusus dalam menggunakannya, memerlukan kekuatan lengan bawah dan kekuatan batang tubuh (tidak cocok bagi yang mengalami kelemahan pada dua daerah ini).

Pengukuran kruk untuk tiap-tiap orang menggunakan rumus:

    • Kruk aksilar:
      • (Sembari berbaring) Tanpa sepatu: dari puncak ketiak sampai batas bawah mata kaki bagian luar
      • Dengan sepatu: 5 cm vertikal ke bawah dari puncak ketiak sampai 20 cm ke luar tumit sepatu
      • Jarak bantalan ketiak ke pegangan tangan: siku ditekuk 15o, buatlah titik 5 cm di bawah puncak ketiak, dan ukur sampai tonjolan tulang pergelangan tangan di sisi kelingking (processus styloideus ulnaris)
      • (Sembari berdiri) 5 cm di bawah ketiak sampai titik di 5 cm di luar dan 15 cm ke depan kaki; sembari siku ditekuk, pegangan tangan harus memberikan tekukan sebesar 20–30°
    • Kruk Lofstrand:
      • (Sembari berbaring dan sepatu dikenakan): siku ditekuk 15o, ukurlah dari processus styloideus ulnaris ke 20 cm di luar tumit sepatu
      • (Sembari berdiri dan sepatu dikenakan): 5 cm ke luar dan 15 cm ke depan kaki, harus disesuaikan agar siku dapat menekuk dengan rileks sebesar 20–30°
      • Semakin tinggi pengikat lengan bawah, maka akan semakin mudah seorang pasien untuk bergerak, tetapi akan kesusahan saat harus mengambil benda di lantai. Pengikat harus diletakkan 2,5–3,75 cm dari siku ke arah tangan.
  1. Walker

alat bantu jalan walker

  • Kelebihan: daerah yang disokong lebih luas, lebih stabil, dan memberikan rasa aman pada pasien yang takut berjalan
  • Kekurangan: tampilan yang canggung, memperkecil langkah jalan, sulit untuk dibawa ke kamar kecil maupun naik-turun tangga.

Kondisi muskuloskeletal apa saja yang dapat dibantu oleh alat-alat ini?

Dengan beragamnya jenis alat bantu jalan serta kelebihan dan kekurangannya masing-masing, maka fungsi masing-masingnya pun berbeda pula.

Penggunaan alat bantu jalan haruslah melalui konsultasi dengan dokter yang berkompeten dalam meresepkan alat-alat ini seperti dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi serta dokter spesialis ortopedi.

Diagnosis harus ditegakkan secara tepat sebelum alat bantu jalan dipertimbangkan untuk diberikan pada pasien.

Berikut adalah kegunaan masing-masing alat, terutama untuk menyokong pasien penderita masalah sistem otot, tulang, dan sendi:

tongkat untuk membantu berjalan

(Sumber gambar: mobilitydeck.com)

  1. Tongkat
    • Tongkat standar (tongkat ‘C’): untuk pasien penderita masalah keseimbangan, gangguan penglihatan, dan kehilangan sensasi persepsi ruang
    • Tongkat yang dapat diatur (tongkat ‘T’ dan functional grip cane): pasien penderita nyeri pada tungkai seperti osteoartritis.
    • Tongkat kaki-empat: pasien penderita nyeri pada tungkai seperti osteoartritis yang lebih berat daripada yang bisa disokong oleh tongkat ‘T’
  2. Kruk
    • Digunakan bagi pasien yang kehilangan fungsi tungkainya (cedera seperti patah tulang atau amputasi)
    • Bagi pasien yang mengalami gangguan keseimbangan
  3. Walker
    • Bagi pasien yang menderita gangguan koordinasi tungkai bawah atau seluruh tubuh (paska-stroke)
    • Pasien yang tidak dapat menyeimbangkan diri mereka sendiri (penderita sindroma Parkinson)
    • Bagi pasien lansia yang memiliki ketakutan berjalan, baik karena riwayat jatuh maupun kelemahan tungkai

Bagaimana cara menggunakan alat-alat ini? Apakah ada teknik khusus tertentu?

Semua alat bantu jalan, selain memerlukan pengukuran yang terindividualisasi untuk tiap pasien.

Selain itu juga memerlukan teknik penggunaan yang benar agar:

  • penggunaan energi dapat menjadi efektif dan efisien (tidak melelahkan pasien),
  • menghindari cedera yang dapat timbul karena jatuh atau
  • konsekuensi penggunaan jangka panjang.

Berikut adalah hal-hal yang harus diperhatikan baik dalam penggunaan maupun hal yang harus dihindari saat menggunakan alat-alat untuk membantu berjalan:

1. Tongkat

  • Tongkat berjalan dapat digunakan satu atau lebih untuk membantu kesulitan berjalan pasien
  • Apabila menggunakan satu tongkat, letakkan tongkat pada sisi tubuh dengan tungkai yang sehat, dan majukan tongkat bersamaan dengan tungkai yang sakit, disusul dengan tungkai yang sehat
  • Apabila menggunakan dua tongkat, majukan tongkat sisi kanan, lalu tungkai kiri, lalu tongkat sisi kiri dan kemudian tungkai sisi kanan bergiliran
  • Saat menaiki tangga, naiklah dengan tungkai sehat terlebih dahulu, lalu tongkat dan tungkai sakit bersamaan. Saat menuruni tangga, turunkan tungkai yang sakit bersamaan dengan tongkat, disusul oleh tungkai yang sehat.
  • Saat hendak berdiri dari posisi duduk, tongkat diposisikan pada sisi tubuh yang sehat, pasien duduk di tepian kursi, dan pasien berdiri sambil menumpu tongkat. Pastikan juga tongkat tidak terlalu tinggi sehingga pasien masih bisa menekuk sikunya.
  • Saat hendak duduk dari posisi berdiri, mintalah pasien mendekati tempat duduk atau ranjang terlebih dahulu sampai tepian kursi atau ranjang tersentuh oleh betis pasien. Mintalah pasien meraih pegangan kursi atau kasur satu per satu, dan jangan membanting tubuh saat pasien duduk.
  • Periksalah tongkat secara berkala, pastikan ukuran tongkat sesuai dengan pasien dan bantalan karet pada kaki tongkat tidak aus agar pasien tidak tergelincir.

2. Kruk

Terdapat beberapa cara jalan untuk pengguna kruk, yaitu cara jalan dua, tiga, empat titik, swing to, dan swing through:

    • Cara jalan dua titik:
      • Ayunkan tungkai yang patah dan kedua kruk ke depan, disusul oleh tungkai yang sehat.
      • Cara jalan ini tidak stabil dan disarankan untuk pasien muda dengan koordinasi yang tidak terganggu.
    • Cara jalan tiga titik:
      • Digunakan apabila terdapat tungkai yang tidak dapat menumpu beban
      • Kedua kruk dimajukan, disusul dengan tungkai yang sehat, lalu terakhir tungkai yang sakit
    • Cara jalan empat titik:
      • Digunakan pada pasien dengan gangguan koordinasi dan kelemahan kedua tungkai bawah
      • Sulit dan melelahkan, harus memerlukan latihan
      • Kruk sisi yang sakit dimajukan, disusul tungkai yang sehat, lalu kruk sisi yang sehat, dan terakhir oleh tungkai yang sakit

cara berjalan dengan kruk

  • Cara jalan swing to:
    • Digunakan bagi pasien penderita patah tulang tungkai yang dapat menumpu sebagian beban
    • Tungkai yang sakit dimajukan, disusul sejajar oleh tungkai sehat, dan kedua kruk dimajukan
    • Cara jalan tercepat dari kesemuanya
  • Cara jalan swing through:
    • Digunakan bagi pasien penderita patah tulang tungkai yang dapat menumpu sebagian beban
    • Tungkai yang sakit dimajukan, lalu disusul oleh tungkai sehat melebihi posisi tungkai sakit

3. Walker

  • Penggunaan walker bergantung dengan spesifikasi masing-masing produsen
  • Yang harus diawasi berkala adalah rem dan roda alat bantu jalan. Apabila terdapat perubahan bentuk roda atau kurang pakemnya rem,maka harus diganti
  • Jangan menggunakan walker untuk menyeimbangkan tubuh saat penderita hendak berdiri dari posisi duduk karena akan tergelincir
  • Pasien yang menggunakan alat bantu jalan walker harus teruji ketahanan jantung dan parunya, karena mengangkat walker dapat melelahkan.

Kesimpulannya, semua alat untuk membantu berjalan bertujuan untuk meringankan kesulitan berjalan pasien.

Peresepan serta pengawasan yang benar oleh dokter yang berkompeten dalam memberikan alat untuk membantu berjalan akan menghindari munculnya cedera maupun hal tidak diinginkan lainnya yang dapat timbul karena kesalahan penggunaan alat bantu jalan.

Untuk keterangan dan informasi lebih lanjut, hubungi Klinik Flex-Free agar Anda bebas beraktivitas, bebas berkarya, dan bebas nyeri setiap hari.

  • Klinik Flex-Free Jakarta: Ruko Italian Walk J No. 19, (Dekat Pintu Masuk Gate C), Mall of Indonesia, Jl. Raya Boulevard Barat, Kelapa Gading, Jakarta Utara, 14240; telepon (021) 29364016
  • Klinik Flex-Free Bandung: Jl. Terusan Pasir Koja No 153/67
    Kelurahan Panjunan, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung, Jawa Barat. 40424; telepon (022) 20580806

 

(Gambar cover: https://www.libertyspecialtymarkets.com)


Buat Kunjungan

Anda dapat menerima layanan dengan mengunjungi salah satu cabang kami.

Klinik Flex-Free Jakarta Utara

Ruko Italian Walk J No. 19, Dekat Pintu Masuk Gate C, Mall of Indonesia, Jl. Raya Boulevard Barat, Kelapa Gading, Jakarta Utara

Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +62214514421

Klinik Flex-Free Bandung

Jl. Terusan Pasir Koja No 153/67, Kelurahan Panjunan, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung, Jawa Barat

Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622220580806

Klinik Flex-Free Jakarta Selatan

The Bellezza Shopping Arcade, Lantai dasar Unit SA58-60, (Ex Food Hall, Lobby Timur), Jalan Arteri Permata Hijau No.34, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, DKI Jakarta

Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622125675561