Pengukuran Kekuatan otot

Senin, 18 September 2023
Flex Free
Senin, 18 September 2023
Flex Free

Mengukur kekuatan otot dapat menjadi bagian yang sangat penting dari rencana rehabilitasi, terutama bila kelemahan otot berperan pada nyeri dan terbatasnya gerakan yang dialami.

Kekuatan Otot

Kekuatan otot adalah kemampuan otot untuk mengencang (kontraksi) dan menghasilkan kekuatan maksimal dalam satu usaha.

Kekuatan otot berbeda dengan daya tahan otot, yang berarti seberapa baik otot dapat menahan kontraksi berulang terhadap tahanan dalam periode waktu tertentu.

Baik kekuatan otot maupun daya tahan diperlukan untuk mencapai fungsi fisik dan mobilitas yang optimal.

Ada banyak hal yang dapat mempengaruhi kekuatan dan daya tahan otot, yaitu:

  • kurang olahraga
  • penyakit jangka pendek atau jangka panjang
  • cedera
  • kurang gizi
  • penyakit saraf motorik
  • malnutrisi
  • gangguan muskuloskeletal, atau cedera atau nyeri di sendi, ligamen, otot, saraf, atau tendon
  • penyakit neuromuskular
  • obesitas
  • disabilitas fisik
  • arthritis berat
  • pembedahan

Tujuan Dilakukannya Pengukuran Kekuatan Otot

Pengukuran kekuatan otot digunakan untuk mengevaluasi kelemahan dan secara efektif membedakan kelemahan otot akibat ketidakseimbangan atau daya tahan otot yang buruk.

Pengukuran kekuatan otot dilakukan sebagai bagian dari penilaian obyektif pasien dan menjadi komponen penting dari pemeriksaan fisik yang dapat memberikan informasi mengenai defisit neurologis.

Kapan Dilakukan Pengukuran Kekuatan Otot?

Maksud kelemahan otot yang dikeluhkan pasien dapat berarti kelelahan, kaku, atau memang kelemahan otot yang sebenarnya. Oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan yang tepat.

Fungsi pengukuran kekuatan otot adalah untuk mengevaluasi keluhan kelemahan otot, seringkali ketika ada kecurigaan penyakit neurologis atau ketidakseimbangan/kelemahan otot.

Pengukuran kekuatan otot menjadi bagian penting pada pasien:

  • stroke, cedera otak, cedera saraf tulang belakang, neuropati, amyotrophic lateral sclerosis, dan penyakit neurologis lainnya
  • menjalani rehabilitasi setelah mengalami cedera olahraga, misalnya setelah menjalani operasi perbaikan ACL
  • setelah patah tulang dan operasi penggantian sendi
  • gangguan keseimbangan dan gaya berjalan pada orng yang lebih tua
  • penilaian risiko jatuh

Kekuatan otot dapat dinilai menggunakan beberapa metode, manual, fungsional, atau mekanikal.

  1. Pengukuran Manual

Pengukuran otot manual adalah cara mengukur kekuatan otot yang paling sering. Pemeriksa akan mendorong tubuh ke arah tertentu dan pasien menahannya.

Pengukuran kekuatan otot manual menggunakan skala 5 angka:

  • 0 =   Tidak ada kontraksi otot yang terlihat. Pasien tidak mampu menggerakkan otot. Biasanya dialami pasien paralisis otot (setelah stroke, cedera saraf tulang belakang, atau radikulopati servikal atau lumbal). Terkadang nyeri dapat mencegah otot untuk berkontraksi.
  • 1 = Ada kontraksi otot, tetapi tidak ada gerakan (kontraksi diketahui dengan perabaan/sentuhan). Dalam hal ini, otot tidak cukup kuat untuk mengangkat bagian tubuh tertentu melawan gravitasi.
  • 2 = Otot dapat berkontraksi, tetapi tidak dapat sepenuhnya menggerakkan bagian tubuh melawan gravitasi. Akan tetapi ketika gravitasi berkurang atau tidak ada (pada perubahan posisi tubuh), bagian tubuh tersebut dapat bergerak sepenuhnya.
  • 3 = Otot dapat berkontraksi sepenuhnya dan menggerakkan bagian tubuh ke segala arah melawan gravitasi. Tetapi ketika diberi tahanan, otot tidak mampu mempertahankan kontraksi.
  • 4 = Otot dapat berkontraksi dan memberikan tahanan, akan tetapi  ketika diberi tahanan maksimal, otot tidak mampu mempertahankan kontraksi.
  • 5 = Otot berfungsi normal dan dapat mempertahankan posisinya ketika diberi tahanan maksimal.

Meskipun pemeriksaan otot manual bergantung pada observasi personal (dapat subyektif), kriteria dan definisi dianggap cukup jelas untuk memberikan hasil yang relatif dapat diandalkan.

Otot-otot yang sering diperiksa antara lain: abductor bahu, fleksor siku, ekstensor siku, ekstensor pergelangan tangan, fleksor jari, intrinsic tangan, fleksor panggul, ekstensor lutut, dorsifleksor, ekstensor ibu jari, dan fleksor kaki.

  1. Pengukuran Dinamometrik

Dinamometri adalah metode lainnya untuk mengukur kekuatan otot. Pemeriksaan ini mengevaluasi hubungan panjang dan tegangan otot, yaitu berapa ketegangan yang dihasilkan otot saat kontraksi tanpa gerakan (kontraksi isometric) dalam hubungannya dengan panjang otot.

pengukuran kekuatan ototdinamometer

Pemeriksaan dilakukan dengan menempatkan bagian tubuh dalam posisi yang tidak dipengaruhi gravitasi. Alat yang disebut dengan dynamometer diposisikan di otot.

Pasien kemudian menekan melawan alat tersebut selama beberapa detik. Hasil pengukuran akan muncul dalam pound atau kilogram.

Hasil pengukuran dibandingkan dengan nilai referensi seusai umur dan jenis kelamin. Hasil pengukuran ini digunakan untuk merekam performa selama menjalani terapi fisik.

 

 

 

Referensi:

  • boneandspine.com/muscle-strength-testing/
  • www.msdmanuals.com/professional/neurologic-disorders/neurologic-examination/how-to-assess-muscle-strength
  • www.physio-pedia.com/Muscle_Strength_Testing
  • www.verywellhealth.com/muscle-strength-measurement-2696427

Buat Kunjungan

Anda dapat menerima layanan dengan mengunjungi salah satu cabang kami.

Klinik Flex-Free Jakarta Utara

Ruko Italian Walk J No. 19, Dekat Pintu Masuk Gate C, Mall of Indonesia, Jl. Raya Boulevard Barat, Kelapa Gading, Jakarta Utara

Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +62214514421

Klinik Flex-Free Bandung

Jl. Terusan Pasir Koja No 153/67, Kelurahan Panjunan, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung, Jawa Barat

Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622220580806

Klinik Flex-Free Jakarta Selatan

The Bellezza Shopping Arcade, Lantai dasar Unit SA58-60, (Ex Food Hall, Lobby Timur), Jalan Arteri Permata Hijau No.34, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, DKI Jakarta

Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622125675561