Ruas-ruas tulang belakang dipisahkan satu sama lain oleh piringan (diskus intervertebralis) yang berisi bahan yang lunak, yang berfungsi sebagai bantalan pelindung peredam benturan.
Diskus terdiri dari lapisan luar, anulus fibrosus, dan lapisan dalam yang disebut dengan nukleus pulposus.
Hernia nukleus pulposus adalah kondisi ketika nukleus menonjol keluar dari tempatnya melalui robekan anulus fibrosus.
Sumber gambar: step1.medbullets.com
Hernia nukleus pulposus (HNP) dapat terjadi di bagian manapun di tulang belakang, tetapi paling sering terjadi di punggung bawah.
Gejala yang timbul dapat berupa nyeri, baal, atau kelemahan pada lengan atau tungkai bawah, bergantung pada lokasi HNP.
Penyebab hernia nukleus pulposus tersering adalah akibat degenerasi berkaitan dengan bertambahnya usia yang terjadi secara perlahan-lahan.
Semakin bertambah usia seseorang, diskus semakin kurang fleksibel dan rentan mengalami robekan atau pecah, bahkan pada regangan ringan.
Sebagian besar orang tidak dapat menyebutkan penyebab atau pencetus terjadinya HNP.
Terkadang HNP terjadi akibat teknik mengangkat benda berat yang salah, seperti misalnya menggunakan otot punggung bukan otot paha dan tungkai, atau memutar badan saat mengangkat benda berat.
Proses traumatik seperti kecelakaan juga dapat menyebabkan HNP meskipun jarang.
Ada beberapa faktor yang dapat membuat seseorang lebih berisiko mengalami hernia nukleus pulpous (HNP), misalnya:
Banyak orang yang mengalami HNP tidak merasakan adanya tanda atau gejala.
Hernia nukleus pulposus yang menyebabkan saraf kejepit dapat menimbulkan gejala, diantaranya:
Pada sebagian besar kasus hernia nukleus pulposus, pemeriksaan fisik dan riwayat penyakit sudah dapat mendiagnosis HNP.
Saat pemeriksaan fisik, dokter akan memeriksa punggung untuk mencari area yang nyeri.
Anda akan berbaring telentang dan menggerakkan tungkai bawah ke berbagai posisi untuk menentukan penyebab nyeri.
Dokter mungkin juga akan melakukan tes neurologis untuk memeriksa:
Untuk memastikan diagnosis, dilakukan pemeriksaan CT scan atau MRI.
MRI Hernia Nukleus Pulposus
Sumber gambar: www.sciencedirect.com
Pada kasus yang jarang, hernia nukleus pulposus dapat terjadi pada kanalis spinalis, yaitu ujung saraf tulang belakang, di mana terdapat kumpulan akar saraf yang panjang, yang disebut dengan cauda equina.
Diperlukan pembedahan darurat untuk menghindari kelemahan atau kelumpuhan yang permanen.
Segera konsultasikan dengan dokter, atau ke rumah sakit, apabila Anda mengalami:
Pengobatan hernia nukleus pulposus (HNP) dilakukan secara konservatif kecuali masalah saraf yang terjadi sangat berat atau semakin memburuk.
Membatasi aktivitas berat, hanya boleh melakukan aktivitas ringan (hanya boleh mengangkat beban <2,5–5 Kg dengan menggunakan teknik yang tepat), akan tetapi tirah baring dalam waktu lama tidak direkomendasikan.
Obat-obat pereda nyeri (asetaminofen, obat anti radang non-steroid) dapat digunakan untuk meredakan nyeri.
Metilprednisolon oral dapat diberikan, tetapi dosisnya dikurangi dalam waktu 6 hari, dimulai dengan 24 mg per hari dan dikurangi sebanyak 4 mg per hari.
Pada pasien tertentu, gabapentin dan amitriptyline sering digunakan untuk nyeri neuropati yang sulit diatasi.
Terapi fisik dan latihan di rumah dapat memperbaiki postur tubuh dan menguatkan otot-otot punggung sehingga dapat mengurangi gerakan tulang belakang yang dapat mengiritasi atau menekan akar saraf lebih lanjut. (Anda dapat membaca lebih lanjut mengenai latihan untuk HNP dalam artikel: Latihan untuk Sakit Punggung Bawah akibat HNP).
Terapi invasif dengan operasi dilakukan bila gejala semakin memberat, ada penekanan akut atau sindroma cauda equina, dan nyeri akar saraf yang sangat berat atau ada penurunan sensori.
Di klinik Flex Free, terapi untuk hernia nukelus pulposus (HNP) yang bisa dilakukan diantaranya:
Terapi ini menggunakan gelombang kejut, yang bertujuan untuk membantu meredakan nyeri.
Terapi ultrasound dapat memberikan efek pemanasan dalam maupun superfisial, dan efek non termal (selain pemanasan) yang dapat mempengaruhi proses yang terjadi di jaringan atau sel sehingga dapat mempercepat terjadinya pemulihan atau regenerasi jaringan.
Terapi dekompresi spinal adalah satu jenis terapi tanpa operasi yang menggunakan alat tarik khusus untuk mengurangi tekanan yang terdapat di antara ruas tulang belakang dan diskus (bantalan tulang belakang).
Terapi ini merupakan terapi terbaru untuk mengatasi saraf kejepit, termasuk HNP.
Kelebihan penggunaan alat ini adalah:
Terapi DTS di Klinik Flex Free
Sekali terapi membutuhkan waktu sekitar 20–30 menit dengan frekuensi terapi 15–35 kali, terapi bisa dilakukan 2–3 kali per minggu atau bahkan setiap hari, bergantung pada kondisi masing-masing pasien berdasarkan hasil pemeriksaan dokter.
Sebagian besar pasien merasa gejala nyeri berkurang setelah terapi setidaknya 6–10 kali. Akan tetapi, berkurangnya nyeri tidak berarti diskus telah sembuh, sehingga penting bagi pasien untuk mengikuti protokol terapi yang dianjurkan dokter untuk mendapatkan manfaat terapi dengan maksimal.
Berdasarkan pengalaman klinis, didapatkan hasil signifikan setelah 20 kali terapi dalam waktu 6 minggu.
Biaya yang harus dikeluarkan untuk sekali terapi dengan DTS kurang lebih Rp.500.000,- untuk setiap kali kedatangan.
Referensi:
Anda dapat menerima layanan dengan mengunjungi salah satu cabang kami.
Klinik Flex-Free Jakarta Utara
Ruko Italian Walk J No. 19, Dekat Pintu Masuk Gate C, Mall of Indonesia, Jl. Raya Boulevard Barat, Kelapa Gading, Jakarta Utara
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +62214514421Klinik Flex-Free Bandung
Jl. Terusan Pasir Koja No 153/67, Kelurahan Panjunan, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung, Jawa Barat
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622220580806Klinik Flex-Free Jakarta Selatan
The Bellezza Shopping Arcade, Lantai dasar Unit SA58-60, (Ex Food Hall, Lobby Timur), Jalan Arteri Permata Hijau No.34, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, DKI Jakarta
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622125675561