Bahu merupakan salah satu bagian tubuh yang sering digunakan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Bahu merupakan suatu komponen tubuh yang kuat dan fleksibel sehingga memiliki lingkup pergerakan yang luas.
Bahu memiliki memiliki fungsi yang penting untuk membantu pergerakan tangan seperti mengangkat barang, mencuci dan menjemur baju, menggaruk punggung, dan lainnya.
Kemampuan pergerakan pada bahu akan terganggu apabila muncul masalah seperti gangguan pada struktur tulang bahu, gangguan jaringan lunak, ataupun cedera, Jika hal ini terjadi, tentunya akan mengganggu dalam melakukan gerakkan tangan tertentu yang pada akhirnya akan mengganggu aktivitas sehari-hari.
Salah satu gangguan yang dapat terjadi pada bahu adalah tendinopati kalsifikasi.
Lalu apa sebenarnya tendinopati kalsifikasi itu dan bagaimana cara untuk mencegahnya? Mari kita simak penjelasan dibawah.
Bahu terdiri dari 3 tulang besar yaitu tulang belikat, tulang lengan atas, dan tulang selangka. Selain itu bahu juga diperkuat oleh otot-otot dan tendon penunjang pergerakan bahu yang disebut dengan rotator cuff. Rotator cuff terdiri dari otot dan tendon supraspinatus, infraspinatus, teres minor dan subskapularis.
Tendon sendiri merupakan jaringan ikat penghubung pada otot yang menghubungkan otot dengan tulang. Tendon ini berperan sebagai penyambung untuk menggerakan tulang saat otot berkontraksi.
Tendinopati merupakan kondisi di mana terdapat gangguan pada tendon akibat cedera atau gangguan struktur sekitar tendon yang mengakibatkan gejala.
Pada kasus tendinopati kalsifikasi terbentuk endapan kristal kalsium pada satu atau beberapa tendon. Jika endapannya membesar atau teriritasi, dapat menyebabkan rasa sakit yang hebat.
Tendonitis kalsifikasi dapat terjadi pada tendon mana saja, namun paling sering menyerang bahu pada tendon rotator cuff.
Belum diketahui secara pasti apa penyebab pengendapan kristal ini, namun beberapa literatur mengatakan bahwa faktor usia dan penggunaan bahu secara berulang/repetitif dapat memicu terjadinya pengendapan. Faktor genetik juga dikatakan berperan dalam pembentukan endapan.
Tendinopati kalsifikasi bahu terjadi sekitar 2,7-20% orang. Pada sekitar 10-20% pasien, endapannya bersifat bilateral (kedua bahu). Sebagian besar penelitian menemukan kejadian ini lebih tinggi terjadi pada wanita dibandingkan pria.
Usia rata-rata terjadi proses pengendapan pada rentang usia antara 30 hingga 50 tahun. Kebanyakan peneliti menemukan endapan tersebut lebih sering terletak di supraspinatus.
Tendinopati kalsifikasi terjadi dalam tiga tahap, antara lain:
Keluhan yang paling sering dirasakan adalah nyeri bahu. Nyeri ini biasanya bersifat terus menerus dan tumpul.
Selain itu nyeri lebih sering terasa pada malam hari, sehingga sering terdapat gangguan pola tidur. Dapat juga ditemukkan kekakuan pada bahu dan menimbulkan berkurangnya ruang lingkup gerak pada bahu yang mengakibatkan tidak efektifnya aktivitas sehari-hari.
Nyeri juga dapat menjalar ke belakang kepala atau hingga ke jari-jari.
Gejala nyeri bahu dan kekakuan pada bahu sebenarnya bukan gejala yang spesifik pada tendinopati kalsifikasi. Gejala-gejala tersebut dapat muncul pada penyakit-penyakit lainnya, sehingga untuk mendiagnosis dan memberikan terapi memerlukan pemeriksaan oleh dokter, dan ditunjang dengan pencitraan radiologi.
Hal yang dapat dilakukan dengan foto rontgen (x-ray) dan ultrasonografi pada tendon otot yang bermasalah.
Kalsifikasi pada foto rontgen terlihat berbentuk seperti endapan yang berbatas tegas dan padat, namun terkadang dapat tampak bening dan keruh tanpa batas yang jelas.
Sumber gambar: www.sonoskills.com
Sebagian besar nyeri bahu akibat kalsifikasi tendon dapat menghilang dengan sendirinya.
Pada fase awal, bahu yang nyeri perlu diistirahatkan. Selain itu juga perlu untuk dilakukan kompres dingin dan hangat.
Namun bila dirasakan tidak nyaman, pada fase awal dapat diberikan obat-obatan untuk mengurangi rasa nyeri. Salah satunya adalah pemberian obat penahan nyeri (NSAID).
Pemberian NSAID dapat diberikan pada fase akut sekitar 7-14 hari, namun perlu diperhatikan efek samping yang dapat ditimbulkan, sehingga lebih baik bila obat memakai resep dokter.
Bila keluhan masih dirasakan, perlu dipertimbangkan suntikan antiradang (steroid) untuk mengurangi nyeri bahu.
Terapi fisik dan fisioterapi juga merupakan hal penting untuk mengurangi nyeri bahu pada tendinopati kalsifikasi. Banyak modalitas terapi fisik dan latihan fisik yang dapat dilakukan untuk meredakan nyeri bahu pada kalsifikasi tendinopati.
Latihan fisik dapat dilakukan dengan cara latihan rentang gerak untuk menghindari kekakuan sendi. Latihan kekuatan otot bahu juga penting untuk menunjang pergerakan bahu.
ESWT (Extracorporeal Shockwave Therapy) adalah suatu pendekatan terapeutik non-invasif yang menggunakan gelombang kejut untuk merangsang penyembuhan dan regenerasi jaringan. ESWT dapat digunakan untuk menangani nyeri pada jaringan lunak salah satunya pada tendinopati kalsifikasi.
Ultrasound Guided Needle (UGN) lavage merupakan salah satu terapi yang dapat dilakukan untuk menghancurkan deposit kalsium pada nyeri bahu akibat tendinopati kalsifikasi.
Jarum akan disuntikkan menuju deposit kalsium dengan bantuan USG. Selanjutnya akan dimasukkan cairan untuk menghancurkan deposit kalsiumnya.
Bila nyeri bahu berlanjut setelah pemberian obat dan terapi fisik, perlu dipertimbangkan untuk dilakukan tindakan operasi.
Oleh karena penyakit ini belum diketahui penyebabnya, pencegahan dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya nyeri bahu.
Pencegahan dapat dilakukan dengan modifikasi gaya hidp dengan tidak menggunakan otot-otot bahu secara berlebihan terutama saat sudah terdapat gejala nyeri bahu.
Gerakan-gerakan ekstrim pada bahu seperti mengangkat berat dan melempar barang dapat menimbulkan cedera pada otot maupun tendon yang akhirnya memicu terbentuknya endapan kalsium.
Nyeri bahu dan gejala lain yang ditimbulkan akibat tendinopati kalsifikasi tidak bisa secara instan akan menghilang. Perlu waktu untuk pemulihan seiring dengan berjalannya terapi, pengobatan, dan perbaikan pola aktivitas dan gaya hidup.
Anda dapat menerima layanan dengan mengunjungi salah satu cabang kami.
Klinik Flex-Free Jakarta Utara
Ruko Italian Walk J No. 19, Dekat Pintu Masuk Gate C, Mall of Indonesia, Jl. Raya Boulevard Barat, Kelapa Gading, Jakarta Utara
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +62214514421Klinik Flex-Free Bandung
Jl. Terusan Pasir Koja No 153/67, Kelurahan Panjunan, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung, Jawa Barat
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622220580806Klinik Flex-Free Jakarta Selatan
The Bellezza Shopping Arcade, Lantai dasar Unit SA58-60, (Ex Food Hall, Lobby Timur), Jalan Arteri Permata Hijau No.34, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, DKI Jakarta
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622125675561