Sahabat Flex Free apalagi yang pernah berobat dan menjalani rehabilitasi di klinik Flex Free pasti tahu ada alat-alat yang digunakan oleh dokter-dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi (Sp.K.F.R.) untuk membantu menangani gejala-gejala yang dialami oleh sahabat Flex Free.
Pada artikel kali ini, kita akan berkenalan dengan alat-alat yang dipakai dalam proses rehabilitasi sahabat Flex Free. Alat-alat ini memanfaatkan prinsip fisika dalam cara kerjanya yang dapat memengaruhi kondisi biologis tubuh Anda dan menimbulkan efek terapeutik (pengobatan). Alat-alat ini dapat dibedakan berdasarkan sifat fisika yang dimanfaatkannya.
Sifat fisika panas (kalor) tidak dapat dipisahkan dari kedokteran fisik dan rehabilitasi. Penggunaan panas dapat ditelusur sampai tahun 3000 sebelum Masehi, di mana sifat panas dikaitkan dengan penyembuhan yang berasal dari matahari, digunakan oleh bangsa Mesir kuno untuk menangani kanker payudara.
Di Yunani kuno, filsuf bernama Parmenides menyatakan ‘Berikan aku kekuatan menghasilkan demam (panas) maka akan kusembuhkan semua penyakit’. Hal ini menunjukan bahwa penggunaan panas dalam bidang medis telah menjadi topik yang hangat sejak jaman kuno.
Pada kedokteran fisik dan rehabilitasi, terapi panas (termoterapi) dapat digolongkan menjadi 2 berdasarkan seberapa dalam panas tersebut memengaruhi jaringan tubuh manusia. Terapi panas superfisial (permukaan) dan diatermi (dari bahasa yunani dia- dan therme yang berarti memanaskan ke dalam) merupakan kelompok besar dari terapi panas ini.
Terapi panas superfisial digunakan untuk memanaskan daerah yang berada relatif lebih mendekati permukaan tubuh (kulit) dengan kedalaman kurang dari 1 cm. Teknik pemanasan superfisial ini dapat dilakukan dengan beberapa teknik penghantaran panas seperti konduksi (penghantaran panas melaui sentuhan langsung media panas dan kulit) seperti pada terapi paraffin bath dan hot pack.
Metode penghantaran panas berikutnya adalah konveksi (hantaran melalui sirkulasi cairan atau gas) seperti fluidoterapi dan radiasi (penghantaran melalui pancaran cahaya) seperti terapi dengan lampu inframerah.
Gambar 1. Salah Satu Terapi Panas Dalam Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi dengan Lampu Inframerah
Terapi pemanasan dengan paraffin bath merupakan terapi konduksi yang menggunakan campuran lilin dan minyak esensial pada lokasi-lokasi khusus seperti tangan yang sulit dilakukan terapi dengan probe (diatermi ultrasound) karena organ yang relatif kecil.
Pemanasannya dilakukan dengan mencelupkan tangan atau kaki ke dalam lelehan lilin dan minyak ini, dibiarkan mengeras, dicelupkan lagi sampai terbentuk lapisan lilin yang cukup tebal dan menahan suhu panas di dalam bekuan lilin. Pemanasan ini akan membantu meredakan nyeri pada kasus-kasus seperti artritis reumatoid dan trigger finger atau jari pelatuk.
Gambar 2. Terapi Paraffin Bath
Sumber: https://osptclinic.com/physical-therapy-treatment-santa-rosa/paraffin-bath/
Pemanasan yang bersifat dalam (diatermi) digunakan oleh spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi untuk menangani masalah otot, tulang dan sendi yang lebih dalam, seperti otot-otot pada bagian bokong, punggung (atas dan bawah), dan juga otot-otot dalam kaki. Alat diatermi yang digunakan seperti diatermi ultrasound, microwave diathermy (MWD) dan short-wave diathermy (SWD).
Gambar 3. Terapi Diatermi Ultrasound
Terapi pemanasan ini digunakan untuk kondisi-kondisi yang bersifat kronis (lebih dari 1-2 minggu tanpa adanya gejala radang akut seperti bengkak dan kemerahan). Pada kondisi yang akut (baru saja terjadi sampai 1-2 minggu) terapi panas menjadi kontraindikasi (tidak boleh menjadi pilihan terapi) karena akan memperparah kondisi akut ini.
Terapi dingin (krioterapi), sebagai kebalikan dari terapi panas memiliki cara kerja yang sedikit berbeda dengan terapi panas, di mana hilangnya panas karena paparan media yang didinginkan (cold pack) menimbulkan efek pada tubuh seperti penyempitan pembuluh darah dan mengurangi pembengkakan. Terapi dingin biasa digunakan oleh spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi untuk menangani cedera yang bersifat akut dengan pembengkakan yang nyata.
Gambar 4. Terapi Dingin dengan Cold Pack
Penggunaan terapi panas superfisial dan dingin biasa dapat dilakukan di rumah oleh sahabat Flex Free meskipun penggunaannya harus diperhatikan dalam hal waktu terapinya. Penggunaan terapi dingin tidak boleh terlalu lama karena penyempitan pembuluh darah akan dapat menimbulkan nyeri karena berkurangnya aliran oksigen ke tempat yang dikompres.
Penggunaan terapi panas dan dingin juga harus memerhatikan kondisi pada sistem peraba dan perasa dari lokasi yang diperiksa. Apabila terdapat baal atau berkurangnya sensasi suhu pada tempat yang direhabilitasi, maka berpotensi terjadinya luka bakar atau frostbite karena berkurangnya sensasi rasa nyeri yang merupakan petunjuk bahwa terapi panas atau dingin telah berlangsung terlalu lama.
Anda dapat menerima layanan dengan mengunjungi salah satu cabang kami.
Klinik Flex-Free Jakarta Utara
Ruko Italian Walk J No. 19, Dekat Pintu Masuk Gate C, Mall of Indonesia, Jl. Raya Boulevard Barat, Kelapa Gading, Jakarta Utara
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +62214514421Klinik Flex-Free Bandung
Jl. Terusan Pasir Koja No 153/67, Kelurahan Panjunan, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung, Jawa Barat
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622220580806Klinik Flex-Free Jakarta Selatan
The Bellezza Shopping Arcade, Lantai dasar Unit SA58-60, (Ex Food Hall, Lobby Timur), Jalan Arteri Permata Hijau No.34, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, DKI Jakarta
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622125675561