Sesak napas saat olahraga adalah keluhan umum yang dapat dialami siapa saja, baik pemula maupun atlet berpengalaman. Bagi sebagian orang, gejala ini hanya muncul ringan dan bisa hilang sendiri, tetapi bagi yang lain, bisa menjadi hambatan serius untuk beraktivitas fisik.
Artikel ini membahas perbedaan jenis olahraga dan reaksi tubuh terhadapnya, penyebab sesak napas saat olahraga, kapan harus ke dokter Sp.K.F.R., serta efek samping lain dari aktivitas fisik yang tidak sesuai kondisi tubuh.
Tubuh merespons secara berbeda terhadap berbagai jenis olahraga. Olahraga aerobik, seperti jalan cepat, berlari, atau berenang, meningkatkan kebutuhan oksigen karena otot bekerja terus-menerus. Oleh karena itu, sesak napas saat olahraga jenis ini lebih sering muncul, terutama pada orang yang belum terbiasa (Lee, 2023).
Sementara itu, olahraga resistensi seperti angkat beban atau latihan otot menggunakan resistance band, memicu kerja otot tanpa terlalu banyak meningkatkan kebutuhan oksigen secara langsung. Itu sebabnya, meskipun bisa membuat lelah, sesak napas saat olahraga resistensi cenderung lebih ringan (Nguyen, 2022).
Jenis ketiga adalah olahraga fleksibilitas, seperti yoga atau peregangan. Jenis latihan ini tidak meningkatkan denyut jantung atau pernapasan secara signifikan, sehingga jarang menimbulkan sesak napas saat olahraga (Rahman, 2024). Namun, fleksibilitas yang baik penting untuk menunjang performa dan mencegah cedera saat melakukan olahraga lain.
Beberapa kondisi medis bisa menjadi penyebab utama sesak napas saat olahraga, terutama saat melakukan aktivitas aerobik. Tiga penyebab utama yang perlu diwaspadai adalah :
Asma adalah kondisi kronis yang menyebabkan saluran napas menyempit karena peradangan. Saat berolahraga, terutama dalam udara dingin atau penuh debu, saluran napas bisa berkontraksi lebih kuat dan menyebabkan sesak napas saat olahraga, disertai mengi dan batuk (Chen, 2023). Asma yang tidak terkontrol dapat memperparah gejala ini.
PPOK adalah kondisi kerusakan paru jangka panjang akibat merokok atau paparan zat berbahaya. Orang dengan PPOK sering mengeluhkan sesak napas saat olahraga ringan sekalipun, karena paru-paru mereka tidak mampu menyediakan oksigen yang cukup (Tan, 2022). Latihan ringan yang disesuaikan tetap dianjurkan, namun harus dalam pengawasan medis.
EIB terjadi saat saluran napas menyempit sebagai respons terhadap latihan fisik, meskipun seseorang tidak menderita asma. Gejalanya termasuk batuk, sesak, atau tekanan di dada setelah beberapa menit berolahraga (Lim, 2023). Kondisi ini umum pada pelari atau atlet outdoor, dan bisa ditangani dengan obat pencegah serta pemanasan yang cukup.
Semua kondisi di atas dapat menyebabkan sesak napas saat olahraga menjadi berbahaya bila tidak dikenali dan ditangani dengan tepat.
Bila Anda mengalami sesak napas saat olahraga yang berulang, berat, atau sampai mengganggu aktivitas sehari-hari, sebaiknya segera berkonsultasi ke dokter Sp.K.F.R.
Spesialis ini akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap fungsi paru, jantung, dan otot Anda. Setelah itu, dokter akan memberikan resep olahraga yang tepat sesuai dengan kondisi dan tujuan Anda (Bae, 2024).
Dokter Sp.K.F.R. juga akan membantu menyusun jadwal latihan bertahap agar tubuh bisa beradaptasi tanpa memicu gejala. Untuk penderita PPOK atau asma, latihan pernapasan, penguatan otot pernapasan, dan pemantauan kadar oksigen bisa dimasukkan ke dalam program rehabilitasi (Kim, 2022).
Jangan tunggu sesak napas saat olahraga menjadi semakin sering atau parah. Semakin cepat ditangani, semakin besar peluang untuk kembali aktif dengan aman.
Tidak semua orang cocok dengan semua jenis olahraga. Beberapa individu mengalami intoleransi olahraga, yaitu ketidakmampuan tubuh menoleransi beban fisik tertentu. Tandanya bisa berupa kelelahan berlebihan, pusing, mual, atau bahkan sesak napas saat olahraga yang ekstrem (Sari, 2023).
Latihan berlebihan juga bisa menimbulkan efek samping seperti :
Selain itu, olahraga dengan intensitas tinggi tanpa adaptasi bisa memperparah kondisi medis tersembunyi, termasuk aritmia jantung atau PPOK. Karena itu, pengawasan tenaga medis sangat penting bagi siapa pun yang pernah mengalami sesak napas saat olahraga secara tidak wajar.
Sesak napas saat olahraga adalah gejala yang perlu dikenali dengan baik. Bisa saja merupakan respons tubuh yang normal pada pemula, namun bisa juga tanda dari kondisi medis seperti asma, PPOK, atau bronkokonstriksi akibat olahraga. Dengan mengenali perbedaan jenis olahraga dan memahami penyebab sesak napas saat olahraga, Anda bisa mengambil langkah tepat untuk tetap aktif dan sehat.
Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter Sp.K.F.R. untuk peresepan latihan yang aman dan sesuai. Dengan pendekatan rehabilitatif yang tepat, Anda tetap bisa berolahraga tanpa harus khawatir pada sesak napas saat olahraga.
Untuk keterangan dan informasi lebih lanjut, hubungi Klinik Flex-Free agar Anda bebas beraktivitas, bebas berkarya, dan bebas nyeri setiap hari.
Anda dapat menerima layanan dengan mengunjungi salah satu cabang kami.
Klinik Flex-Free Jakarta Utara
Ruko Italian Walk J No. 19, Dekat Pintu Masuk Gate C, Mall of Indonesia, Jl. Raya Boulevard Barat, Kelapa Gading, Jakarta Utara
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +62214514421Klinik Flex-Free Bandung
Jl. Terusan Pasir Koja No 153/67, Kelurahan Panjunan, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung, Jawa Barat
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622220580806Klinik Flex-Free Jakarta Selatan
The Bellezza Shopping Arcade, Lantai dasar Unit SA58-60, (Ex Food Hall, Lobby Timur), Jalan Arteri Permata Hijau No.34, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, DKI Jakarta
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622125675561