Nyeri leher menjalar adalah keluhan nyeri yang bermula di leher lalu menyebar ke bahu, lengan, atau tangan. Nyeri jenis ini sering menyebabkan rasa tidak nyaman dan kekhawatiran, terutama pada remaja dan dewasa muda yang memiliki faktor risiko tertentu.
Penyebab nyeri leher menjalar sangat beragam, mulai dari masalah tulang belakang serviks hingga kompresi saraf di area leher-dada. Salah satu penyebab penting adalah Thoracic Outlet Syndrome (TOS) – kondisi langka di mana saraf atau pembuluh darah tertekan di antara tulang selangka dan tulang rusuk pertama.
Artikel ini membahas penyebab nyeri leher menjalar (termasuk TOS), tipe-tipe TOS dan gejalanya, hal yang perlu diwaspadai, serta kapan sebaiknya berkonsultasi ke dokter spesialis rehabilitasi medis (Sp.K.F.R).
Penyebab Nyeri Leher Menjalar Termasuk Thoracic Outlet Syndrome (TOS)
Nyeri leher menjalar biasanya disebabkan oleh iritasi atau kompresi saraf di area leher atas. Penyebab yang umum meliputi:
- Radikulopati serviks: Penekanan saraf tulang belakang leher, misalnya oleh herniasi diskus atau osteofit (taji tulang), yang menimbulkan nyeri tajam menjalar ke bahu dan lengan.
- Spasme atau ketegangan otot leher: Ketegangan otot (misalnya otot penahan kepala) karena postur buruk atau cedera dapat menimbulkan nyeri yang menjalar ke bahu.
- Degenerasi sendi servikal: Arthritis atau spondylosis di tulang leher menyebabkan nyeri kronis yang dapat menyebar ke lengan.
- Sindrom Outlet Toraks (TOS): Kompresi saraf atau pembuluh darah di daerah antara tulang selangka dan tulang rusuk pertama. TOS dapat menyebabkan nyeri leher yang menjalar ke lengan karena saraf pleksus brakialis tertekan
- Cedera atau trauma: Whiplash (cedera leher akibat benturan) atau patah tulang selangka/dada yang belum sembuh sempurna bisa menekan saraf.
- Faktor sistemik/serius: Infeksi tulang belakang, tumor di leher atau bahu, dan kondisi medis lain (misalnya rheumatoid arthritis) juga dapat menimbulkan nyeri leher menjalar.
Remaja dan dewasa muda aktif lebih berisiko mengalami nyeri leher menjalar jika memiliki faktor risiko TOS. Beberapa faktor risiko TOS yang penting meliputi postur tubuh tidak baik (tungkai leher menunduk atau membungkuk), aktivitas yang sering mengangkat atau menekan bahu di atas kepala (seperti olahraga renang atau angkat berat), serta kelainan anatomi bawaan seperti rusuk servikal (tulang rusuk tambahan di leher) atau pita fibrosa abnormal.
Selain itu, TOS cenderung terjadi lebih sering pada perempuan muda dengan perkembangan otot leher dan bahu kurang optimal. Oleh karena itu, remaja dan dewasa muda yang aktif berisiko lebih tinggi mengeluh nyeri leher menjalar jika salah satu faktor di atas ada.

Jenis-jenis Thoracic Outlet Syndrome dan Gejala Lainnya
Sindrom Outlet Toraks dibagi menurut struktur yang tertekan: saraf (neurogenik), pembuluh balik/vena, dan pembuluh nadi/arteri. Masing-masing tipe memiliki ciri khas gejala:
- TOS Neurogenik (NTOS): Ini tipe paling umum (sekitar 90–95% kasus). Tekanan terjadi pada pleksus brakialis (saraf di bawah leher). Gejalanya meliputi nyeri leher dan bahu yang sering menjalar ke lengan dan jari, mati rasa/kesemutan, dan kelemahan otot tangan. Penderita sering mengeluh kesemutan di tangan atau genggaman melemah saat mengangkat lengan. Nyeri ini umumnya bertambah saat mengangkat lengan ke atas atau aktivitas overhead lain. Kadang muncul sakit kepala bagian belakang (oksipital) sebagai gejala tambahan pada sebagian kasus neurogenik.
- TOS Vena (VTOS): Terjadi jika vena subklavia tertekan. Lebih sering didiagnosis pada dewasa muda (20–30 tahun), terutama pria. Gejalanya meliputi pembengkakan lengan, rasa penuh atau berat, dan kadang muncul perubahan warna kulit lengan (menjadi kebiruan/sianosis) akibat aliran balik darah terganggu. Pada kasus berat dapat terjadi trombosis vena (clavicle thrombosis) dan rasa sakit hebat pada lengan.
- TOS Arteri (ATOS): Paling jarang (kurang dari 1% kasus). Disebabkan kompresi arteri subklavia (sering karena variasi bawaan seperti rusuk leher). Gejalanya meliputi tangan menjadi pucat dan dingin (aliran darah berkurang), nyeri otot saat digunakan, serta pulsa arteri lemah atau tidak teraba. Munculnya tonjolan atau denyut pada pangkal lengan atas (dekstrokorakoid) juga mungkin terlihat.
Pada dasarnya gejala TOS melibatkan gangguan saraf dan/atau vaskuler. Beberapa gejala lain yang bisa muncul antara lain:
- Keluhan tambahan pada NTOS: Selain nyeri leher menjalar, bisa muncul atrophy (pengecilan) otot pangkal tangan, kesulitan menggerakkan jari, dan sensasi kebas yang menetap.
- Keluhan Vaskuler: Rasa berat di lengan yang tertekan, kaku, atau penurunan kekuatan genggaman. Warna kulit dapat berubah pucat atau biru pada VTOS/ATOS.
- Perburukan gejala cepat: Pada TOS neurogenik gejala sering berkembang perlahan (mungkin awalnya hanya ringan dan timbul seiring waktu), sedangkan tipe vaskuler cenderung muncul lebih tiba-tiba dan berat.
Hal yang Harus Diwaspadai saat Mengalami Nyeri Leher Menjalar karena TOS
Jika mengalami nyeri leher menjalar yang dicurigai disebabkan oleh TOS, beberapa hal penting perlu diwaspadai:
- Perburukan gejala otot-saraf: Jika timbul kelemahan otot tangan (genggaman melemah) atau atrofi otot tangan akibat kelamaan saraf tertekan, ini tanda harus segera diperiksakan. TOS neurogenik yang tidak ditangani dapat menyebabkan kerusakan saraf menetap (atrofi otot dan parestesia permanen).
- Tanda vaskuler serius: Kewaspadaan ekstra diperlukan bila lengan terlihat pucat, kebiruan, kaku, atau muncul pembengkakan hebat. Hal ini menunjukkan adanya penekanan arteri atau vena yang signifikan. VTOS bisa menyebabkan trombosis vena subklavia dan bahkan gangrena jika dibiarkan. ATOS bisa menimbulkan bekuan darah (trombosis arteri) dan aneurisma pada arteri subklavia, berujung iskemia berat pada lengan. Gejala seperti denyut nadi yang lemah di pergelangan tangan atau rasa dingin ekstrem harus dianggap darurat.
- Intensitas dan durasi nyeri: Bila nyeri leher menjalar bersifat konstan parah, terus memburuk meskipun sudah istirahat, atau tidak mereda dengan terapi awam (seperti obat nyeri ringan), sebaiknya jangan diabaikan. Hal ini perlu ditangani lebih lanjut untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.
- Tanda bahaya lain: Tanda-tanda seperti demam, penurunan berat badan, kelumpuhan, atau gangguan sensorik yang cepat berkembang harus diwaspadai sebagai indikasi kemungkinan penyebab lain yang lebih serius (misalnya infeksi atau tumor) yang memerlukan evaluasi segera.
Secara umum, nyeri leher menjalar karena TOS tidak boleh disepelekan. Perhatikan apabila rasa sakit disertai kesemutan parah, perubahan warna lengan, atau gangguan fungsi tangan. Gejala-gejala tersebut dapat menandakan adanya komplikasi serius seperti kerusakan saraf atau sirkulasi yang terganggu. Segera berkonsultasi ke dokter dianjurkan sebelum kondisi memburuk.
Kapan Harus Menemui Spesialis Rehabilitasi Medis (Sp.K.F.R) dan Bagaimana Penanganannya?
Bila gejala nyeri leher menjalar menetap lebih dari beberapa minggu atau memburuk, segera temui dokter spesialis rehabilitasi medik (Sp.K.F.R) atau dokter bedah saraf. Sp.K.F.R berperan dalam mendiagnosis dan menangani kondisi TOS, terutama dengan pendekatan non-bedah. Indikasi untuk rujukan antara lain: nyeri terus-menerus meski sudah istirahat, keluhan kesemutan/kebas yang tidak hilang, atau fungsi lengan menurun.
Penanganan awal oleh Sp.K.F.R umumnya meliputi terapi konservatif:
- Terapi Fisik/Rehabilitasi: Latihan peregangan otot leher (terutama otot scaleni dan pektoralis) serta penguatan otot bahu dan punggung atas sangat penting. Terapi postur juga diajarkan untuk mengurangi tekanan pada lorong leher-dada. Latihan yang melibatkan penarikan bahu ke belakang dan penguatan otot trapezius bawah dapat meringankan kompresi saraf.
- Medikasi: Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) atau analgesik dapat meredakan nyeri dan inflamasi awal. Dalam beberapa kasus, pemberian obat relaksan otot atau blok saraf sementara (misalnya injeksi local anesthetic) dilakukan untuk mendiagnosis dan meredakan nyeri akut.
- Injeksi Botulinum: Pada beberapa pasien, injeksi toksin botulinum ke otot scaleni dapat membantu mengendurkan otot yang hipertrofi dan mengurangi kompresi sementara.
- Perbaikan Faktor Risiko: Sp.K.F.R juga akan mengedukasi pasien tentang ergonomi kerja dan kebiasaan sehari-hari yang baik. Mengurangi aktivitas overhead atau memperbaiki cara mengangkat beban dapat mencegah gangguan TOS lebih lanjut.
Jika terapi konservatif oleh Sp.K.F.R tidak efektif atau ditemukan bukti kelainan anatomi yang nyata (misalnya rusuk servikal atau efek hemodinamik serius), rujukan ke ahli bedah (umum atau ortopedi) untuk evaluasi operasi mungkin diperlukan.
Tindakan operasi (seperti skalenotomi atau reseksi rusuk pertama) dilakukan untuk melepaskan penekanan saraf/pembuluh. Setelah operasi, Sp.K.F.R kembali berperan dalam rehabilitasi lanjutan: memandu pasien melakukan mobilisasi pasca-bedah, melatih ulang kekuatan otot, dan memperbaiki postur untuk mengembalikan fungsi bahu-leher.
Secara keseluruhan, penanganan TOS memerlukan pendekatan multidisiplin. Sp.K.F.R biasanya memimpin terapi fisik dan koordinasi perawatan. Banyak pasien mengalami perbaikan signifikan dengan kombinasi latihan teratur dan perubahan gaya hidup. Mengetahui kapan harus memeriksakan diri dan menjalani penanganan yang tepat dapat mencegah komplikasi serius dan memulihkan kualitas hidup.
Anda dapat menerima layanan dengan mengunjungi salah satu cabang kami.