Nyeri kepala, termasuk di dalamnya, nyeri kepala belakang, adalah suatu keluhan lumrah yang sering dikeluhkan seorang pasien saat melakukan kunjungan ke dokter.
Nyeri kepala seringkali merupakan suatu gejala, dan bukan suatu penyakit yang harus diobati, sehingga apabila penyakit yang menimbulkan nyerinya disembuhkan, maka keluhan nyeri kepala akan hilang dengan sendirinya.
Akan tetapi, ada beberapa gangguan yang disebut gangguan nyeri kepala, di mana nyeri kepala adalah gejala utama sekaligus penyebab sakit itu sendiri.
Pada artikel ini, akan dibahas satu penyebab nyeri kepala, termasuk nyeri kepala belakang yang semakin sering dikeluhkan, yaitu neuralgia oksipital.
Nyeri kepala merupakan suatu kondisi terangsangnya struktur-struktur peka nyeri pada daerah kepala dan leher, yang menimbulkan gejala pada daerah-daerah tersebut, disertai penjalaran dari dan ke tempat lain seperti mata dan rongga mata, pelipis, daerah sinus paranasalis, dan tengkuk serta pundak.
Terangsangnya struktur peka nyeri ini dapat terjadi karena melebarnya pembuluh darah pada kepala, yang dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti peningkatan tekanan darah dan adanya zat seperti oksida nitrik yang dapat merangsang vasodilatasi.
Nyeri kepala bagian belakang pada neuralgia disebabkan karena tekanan pada saraf oksipital yang berada pada bagian atas tengkuk, di mana leher dan dasar kepala bertemu.
Sumber gambar: painendshere.com
Saraf oksipital berasal dari tulang belakang bagian servikal dua dan tiga (C2 dan C3), yang terdiri dari tiga saraf, yaitu:
Kelompokan saraf ini menyuplai impuls saraf ke kulit kepala bagian belakang sampai puncak kepala, serta ke arah telinga.
Saraf-saraf ini merupakan serabut yang bersifat aferen murni, yang berarti bersifat menghantarkan sensasi ke daerah kulit kepala dan sekitarnya, serta tidak berfungsi motorik/menggerakkan otot.
Hal inilah yang menyebabkan gejala nyeri yang timbul saat saraf-saraf ini terangsang/tertekan.
Saraf-saraf oksipital ini berjalan di bawah otot-otot kepala belakang, seperti otot kapitis inferior oblikuus, dan semispinalis kapitis untuk greater occipital nerve.
Saraf oksipital kecil/lesser occipital nerve akan berjalan di sepanjang otot sternokleidomastoideus, dan mengarah ke atas, bertemu dengan greater occipital nerve di daerah atas kepala.
Hal inilah yang menyebabkan saraf-saraf ini mudah sekali tertekan atau terhimpit oleh otot-otot tersebut, yang dapat terjadi apabila muncul suatu ketegangan/spasme yang disebabkan oleh kesalahan postur atau penggunaan yang kurang tepat.
Nyeri kepala belakang dapat ditimbulkan oleh beberapa sebab lain yang melibatkan struktur-strutkur peka nyeri di kepala bagian belakang.
Nyeri kepala memiliki sifat dan gambaran yang khas untuk tiap-tiap penyakit, misalkan pada penyakit migren, karakteristik nyeri kepala adalah berdenyut, sesisi, dan disertai mual/muntah, gangguan penglihatan dan pendengaran, serta berlangsung cukup lama (4 jam s.d. 3 hari).
Kondisi nyeri kepala karena tekanan/tension-type headache (TTH) juga berasal dari struktur pada tengkuk dan pundak, di mana kekakuan otot-otot pada daerah tersebut akan menarik otot-otot belakang dan puncak kepala, sehingga menimbulkan suatu kesan ‘terikat’ pada kepala.
Nyeri pada TTH akan hilang-timbul, tidak seperti migren, dan biasa dicetuskan karena aktivitas yang menimbulkan kelelahan pada otot pundak dan tengkuk seperti melihat layar komputer atau gawai yang terus-menerus dan menunduk.
Sebab nyeri kepala lain adalah penyakit stroke atau cerebrovascular accident, di mana pembuluh darah otak dapat pecah (stroke perdarahan) maupun tersumbat (stroke iskemik).
Penyakit stroke adalah suatu kegawatdaruratan saraf dimana suplai oksigen dan nutrisi ke otak terganggu karena masalah pada pembuluh darah tersebut.
Keluhan pada stroke tidak akan serta-merta berupa nyeri kepala belakang saja, tetapi juga disertai gangguan defisit (berkurangnya fungsi) bagian otak yang terganggu suplai darahnya, seperti bicara rero, lumpuh sebelah, perasaan kebas dan baal yang hebat, sampai muntah dan hilangnya kesadaran.
Terjepitnya saraf oksipital menimbulkan suatu kondisi iskemik (kurangnya suplai oksigen) ke serabut-serabut saraf tersebut.
Yang harus dibedakan dengan nyeri migren adalah, pada neuralgia oksipital, penglihatan biasanya normal, dan tidak disertai mual/muntah.
Area Nyeri pada Neuralgia Oksipital
Keluhan nyeri kepala belakang pada neuralgia oksipital biasa muncul karena seseorang tertidur dengan menekan struktur saraf, seperti pada permukaan yang tidak rata, maupun dengan alas tidur/bantal yang terlalu keras, sehingga nyeri dapat juga muncul karena tertekannya otot-otot sekitar saraf oksipital.
Apabila nyeri kepala belakang disebabkan murni karena neuralgia oksipital, pengobatan dan terapinya cukup mudah.
Obat-obatan anti-nyeri dan radang dapat berguna dan digunakan sebagai penanganan di rumah.
Gunakanlah obat-obatan ini sesuai indikasi dan dosisnya, agar tidak menimbulkan efek samping.
Ada kalanya nyeri kepala belakang tidak menghilang dengan obat-obatan anti-nyeri dan radang, sehingga pilihan terapi lain dapat dipertimbangkan.
Konsultasikan dengan spesialis saraf atau kedokteran fisik dan rehabilitasi untuk pilihan terapi mana yang cocok dengan keluhan Anda.
Kekakuan otot, yang berujung pada penjepitan saraf oksipital dapat ditangani dengan peresepan obat-obatan pelemas otot yang harus diawasi penggunaannya oleh dokter.
Terapi-terapi fisik pun dapat dipertimbangkan sebagai pilihan penanganan neuralgia oksipital.
Terapi gelombang kejut/extracorporeal shockwave therapy (ESWT) dapat dilakukan oleh dokter yang berkompeten dalam melakukannya. Penerapan gelombang kejut pada saraf oksipital memiliki prinsip mengurangi nyeri dan merangsang regenerasi.
Kurangnya oksigen yang terus menerus dapat berujung pada kerusakan saraf, dimana selubung saraf akan terkelupas. Hal inilah yang akan menyebabkan keluhan nyeri kepala belakang hilang timbul dan memberat seiring waktu.
Pemberian gelombang kejut akan merangsang kemampuan alami sel untuk meregenerasi diri, dan berangsur-angsur menyembuh, sehingga gejala pun akan berkurang.
Keluhan nyeri pun akan secara langsung dirasa berkurang sesaat setelah terapi karena mekanisme pelepasan kapsaisin dan enkefalin yang merupakan zat anti-nyeri alami tubuh.
Penggunaan modalitas lain seperti terapi rangsang listrik/transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS), penggunaan cahaya inframerah, gelombang suara ultra, dan traksi pun dapat dilakukan untuk mengembalikan fungsi dari saraf oksipital serta meredakan gejala.
Untuk keterangan dan informasi lebih lanjut, hubungi Klinik Flex-Free agar Anda bebas beraktivitas, bebas berkarya, dan bebas nyeri setiap hari.
Anda dapat menerima layanan dengan mengunjungi salah satu cabang kami.
Klinik Flex-Free Jakarta Utara
Ruko Italian Walk J No. 19, Dekat Pintu Masuk Gate C, Mall of Indonesia, Jl. Raya Boulevard Barat, Kelapa Gading, Jakarta Utara
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +62214514421Klinik Flex-Free Bandung
Jl. Terusan Pasir Koja No 153/67, Kelurahan Panjunan, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung, Jawa Barat
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622220580806Klinik Flex-Free Jakarta Selatan
The Bellezza Shopping Arcade, Lantai dasar Unit SA58-60, (Ex Food Hall, Lobby Timur), Jalan Arteri Permata Hijau No.34, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, DKI Jakarta
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622125675561