Terapi Nyeri setelah Operasi Masalah Muskuloskeletal

Senin, 21 November 2022
Flex Free
Senin, 21 November 2022
Flex Free

Ketika kita mengalami trauma atau cedera, atau penyakit pada otot, tulang dan sendi yang berat, diperlukan penanganan pembedahan atau operasi.

Setelah pembedahan, rasa tidak nyaman dan nyeri, umum dirasakan oleh pasien, terutama bila area yang dioperasi adalah bagian tubuh yang sering digerakkan.

Untuk mengurangi nyeri pasca operasi, ada beberapa cara yang dapat dilakukan, mulai dari obat-obatan, hingga metode psikologi.

Terapi Nyeri setelah Operasi Masalah Muskuloskeletal

Berikut ini beberapa pilihan terapi nyeri setelah operasi masalah muskuloskeletal:

  1. Obat-obatan

Ada beberapa jenis obat yang dapat digunakan untuk mengontrol nyeri, misalnya opioid, antiinflamasi non steroid, dan anestesi lokal. Obat-obatan dapat membantu pasien merasa nyaman, kembali bergerak dan sembuh lebih cepat.

    1. Analgesik Opioid

Obat antinyeri golongan opioid digunakan untuk nyeri sedang hingga berat, dan terutama efektif untuk mengatasi nyeri pasca bedah jangka pendek.

Analgesik opioid dapat diberikan dalam bentuk oral (diminum) melalui suntikan intramuskular, atau intravena.

Analgesik opioid tidak menyebabkan perdarahan lambung atau bagian lain dari tubuh. Akan tetapi obat golongan ini memiliki beberapa efek samping, yaitu:

  • menyebabkan kantuk
  • kebingungan
  • sulit bernapas
  • mual
  • sulit buang air kecil
  • konstipasi
  • gatal-gatal

Selain itu, kerugian dari penggunaan analgesik opioid adalah risiko ketergantungan.

    1. Anti inflamasi non steroid (OAINS)

Obat golongan ini mengurangi pembengkakan dan nyeri, dan sering digunakan tanpa kombinasi obat lain pada nyeri ringan dan sedang. Pada nyeri berat, penggunaannya dikombinasikan dengan obat golongan opioid.

OAINS bekerja dengan menghambat enzim yang berperan dalam pembuatan prostaglandin, yang menimbulkan nyeri dan pembengkakan dengan mengiritasi ujung saraf.

Efek samping OAINS lebih sedikit dibandingkan dengan opioid. OAINS juga tidak menyebabkan ketergantungan, akan tetapi OAINS tradisional dapat menyebabkan nyeri dan perdarahan lambung (dikaitkan dengan luka lambung). Contoh obat golongan ini adalah aspirin, ibuprofen.

    1. Antinyeri Non-opioid kerja sentral
      1. Asetaminofen

Seperti halnya OAINS, asetaminofen dapat digunakan setelah pembedahan untuk mengurangi kebutuhan penggunaan obat opioid untuk mengontrol nyeri.

Asetaminofen tidak mempengaruhi enzim yang berkaitan dengan nyeri, sehingga tidak memiliki efek anti inflamasi (anti radang).

Asetaminofen bila digunakan tunggal, dapat meredakan sakit kepala, demam, dan nyeri ringan, tetapi tidak mengurangi peradangan dan pembengkakan.

      1. Tramadol

Tramadol adalah opioid sintetis. Meskipun secara teknis adalah opioid karena strukturnya, cara kerjanya dalam tubuh berbeda dengan obat golongan opioid yang telah dijelaskan sebelumnya.

Meskipun bila digunakan tunggal cukup membantu meredakan nyeri sedang, tramadol paling efektif ketika digunakan bersama dengan asetaminofen atau OAINS.

Efek samping obat ini adalah pusing dan kejang.

  1. Anestesi Lokal

Anestesi lokal memblokir nyeri di sekitar irisan bedah, atau diberikan sebagai anestesi epidural melalui tabung kecil di punggung. Obat ini bekerja dengan memblokir sinyal nyeri yang berjalan di sepanjang saraf ke otak.

Risiko penggunaan anestesi lokal yaitu reaksi alergi, kerusakan saraf, kejang otot, dan kejang.

  1. Anestesi Regional

Anestesi regional memiliki keuntungan yaitu memberikan efek anestesi selama operasi dan meredakan nyeri selama beberapa jam setelahnya. Obat anestesi disuntikkan di sekitar saraf bagian tubuh yang dioperasi.

    1. Spinal dan epidural

Anestesi spinal dan epidural memblokir rasa dan gerak pada level di bawahnya, umumnya bagian tulang belakang di bawahnya. Anestesi ini dapat membuat area dari perut bawah dan panggul hingga ke jari-jari kaki.

    1. Ekstremitas

Anestesi regional dapat digunakan untuk mematirasakan area yang lebih kecil, seperti tungkai atas atau tungkai bawah.

  1. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)

Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS) adalah alat khusus yang mentransmisikan listrik ke area tubuh yang nyeri. TENS terdiri dari sebuah mesin kecil bertenaga baterai dengan elektroda-elektroda.

Elektroda-elektroda tersebut ditempelkan ke tubuh yang nyeri, kemudian listrik dengan arus ringan dialirkan. Penggunaan TENS berlangsung antara 5 hingga 15 menit.

terapi nyeri setelah operasi

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa TENS bermanfaat sebagai terapi nyeri setelah operasi, dan nyeri yang berkaitan dengan cedera. TENS juga bermanfaat untuk membantu meredakan nyeri kronis, terutama nyeri punggung bawah.

TENS tidak bermanfaat bila nyeri disebabkan karena masalah mental atau emosional, ataupun akibat ketergantungan obat.

(Baca lebih lanjut mengenai terapi ini dalam artikel: Terapi Stimulasi Listrik).

  1. Continuous Passive Motion

Bukti medis mengindikasikan bahwa pada banyak kasus, imobilisasi akan meningkatkan nyeri.

Continuous passive motion (CPM) adalah teknik di mana sendi digerakkan secara konstan dalam bidai mekanis untuk mencegah kekakuan dan meningkatkan rentang gerak sendi. Sendi pasien akan digerakkan oleh mesin CPM.

CPM diperkirakan paling efektif pada terapi rehabilitasi:

  • kerusakan tulang rawan
  • infeksi bakteri dalam sendi
  • fraktur di sekitar sendi setelah difiksasi dengan fiksasi internal
  1. Akupuntur

Akupuntur dapat bermanfaat untuk meredakan beberapa nyeri kronis seperti pada:

  • nyeri punggung kronis
  • osteoarthritis
  • fibromyalgia
  • nyeri otot
  • tennis elbow
  • sindroma terowongan karpal
  • rehabilitasi stroke
  1. Metode Psikologis

Metode psikologis dapat efektif sebagai terapi tambahan untuk mengendalikan nyeri. Metode ini dapat mengurangi atau menghilangkan kebutuhan penggunaan obat. Contoh metode psikologis yaitu:

  • teknik relaksasi
  • guided imagery (relaksasi atau meditasi terfokus yang melibatkan pemikiran pada benda, suara atau pengalaman spesifik untuk menenangkan pikiran)
  • hipnotis medis

Pada sebuah penelitian, para ahli mencatat perbaikan secara fisik maupun emosional pada pasien yang menjalani terapi ini. Hal ini menunjukkan bahwa metode psikologis efektif sebagai terapi tambahan untuk manajemen nyeri, pemulihan pasca operasi, dan rehabilitasi ortopedi.

Metode ini memiliki potensi di pembedahan ortopedi karena dapat mengurangi nyeri, meningkatkan hasil terapi, dan bahkan mengurangi biaya selama perawatan.

 

 

 

 

Referensi:

  • https://orthoinfo.aaos.org/en/recovery/managing-pain-with-medications/
  • https://orthoinfo.aaos.org/en/recovery/alternative-methods-to-help-manage-pain-after-orthopaedic-surgery/

Buat Kunjungan

Anda dapat menerima layanan dengan mengunjungi salah satu cabang kami.

Klinik Flex-Free Jakarta Utara

Ruko Italian Walk J No. 19, Dekat Pintu Masuk Gate C, Mall of Indonesia, Jl. Raya Boulevard Barat, Kelapa Gading, Jakarta Utara

Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +62214514421

Klinik Flex-Free Bandung

Jl. Terusan Pasir Koja No 153/67, Kelurahan Panjunan, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung, Jawa Barat

Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622220580806

Klinik Flex-Free Jakarta Selatan

The Bellezza Shopping Arcade, Lantai dasar Unit SA58-60, (Ex Food Hall, Lobby Timur), Jalan Arteri Permata Hijau No.34, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, DKI Jakarta

Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622125675561