Rehabilitasi adalah proses untuk mengembalikan seluruh fungsi setelah mengalami cedera, yang melibatkan pengembalian kekuatan, fleksibilitas, dan ketahanan.
Rehabilitasi sama pentingnya dengan penatalaksanaan lain, akan tetapi seringkali dilewatkan.
Tujuan dari program rehabilitasi adalah untuk mengembalikan semua aspek kesehatan seperti sebelum cedera dengan cara yang terkontrol dan terpantau.
Rehabilitasi harus dimulai sesegera mungkin (setelah fase peradangan awal – 72 jam).
Cedera jaringan akibat olahraga dapat diklasifikasikan menjadi makrotraumatik dan mikrotraumatik.
Cedera ini dapat berupa cedera primer (akibat kerusakan jaringan langsung) atau cedera sekunder (akibat transmisi gaya atau pelepasan mediator peradangan dan sitokin lainnya).
Cedera jenis ini lebih sering terjadi pada olahraga renang, bersepeda dan mendayung.
Berikut ini adalah komponen dasar yang harus dilakukan agar program rehabilitasi berhasil:
1. Penanganan nyeri
Obat anti nyeri merupakan pendukung utama pada atlet yang cedera, baik untuk kebutuhan pereda nyeri maupun penyembuhan.
Obat yang dipilih harus dipertimbangkan risiko dan efek sampingnya selain manfaatnya.
Terapi modalitas lain (seperti infra merah, ultrasound, laser, paraffin, dan taping) juga berperan dalam rehabilitasi cedera olahraga. Terapi ini dapat membantu mengurangi nyeri dan pembengkakan.
2. Fleksibilitas dan ROM (kisaran gerak) sendi
Fleksibilitas adalah kemampuan untuk meregangkan.
Cedera atau pembedahan dapat menyebabkan penurunan kisaran gerak sendi akibat fibrosis dan kontraksi luka. Selain itu, setelah cedera sering terjadi spasme otot, peradangan, pembengkakan dan nyeri.
Selain mempengaruhi area yang cedera, hal ini juga mempengaruhi sendi di bagian atas dan bawah area cedera, dan menyebabkan masalah pola pergerakan.
Latihan fleksibilitas diperlukan untuk meminimalisasi penurunan kisaran gerak sendi.
3. Ketahanan dan kekuatan
Ketahanan adalah kemampuan otot untuk bekerja tanpa menjadi lelah.
Ketahanan otot terutama penting pada olahraga seperti lari atau bersepeda jarak jauh dan juga penting pada olehraga seperti sepak bola dan rugby yang melibatkan latihan berulang yang tiba-tiba. .
Kekuatan otot adalah kemampuan untuk memproduksi gaya dengan cepat.
Kekuatan otot penting pada olahraga seperti lari cepat dan lompat jauh.
4. Propriosepsi dan keseimbangan
Propriosepsi adalah kemampuan tubuh manusia untuk mendeteksi gerakan dan tekanan pada jaringan lunak dan mencetuskan reaksi untuk mencegah cedera.
Misalnya reaksi ketika menginjak tepi jalan untuk mencegah pergelangan kaki terkilir
5. Rehabilitasi fungsional
Semua program rehabilitasi harus mempertimbangkan dan mereproduksi aktivitas dan gerakan yang diperlukan ketika atlet kembali berolahraga setelah cedera.
Tujuan dari rehabilitasi berdasarkan fungsi adalah mengembalikan atlet ke fungsi atletik optimal.
6. Penggunaan ortotik
Penggunaan alat ortotik (alat bantu gerak tubuh) untuk mendukung fungsi muskuloskeletal dan koreksi ketidakseimbangan otot harus diperhatikan oleh tim rehabilitasi.
Karena penggunaan yang tepat dapat menghindari pergerakan yang tidak diinginkan selama masa pemulihan.
7. Psikologi cedera
Cedera lebih dari sekedar fisik, oleh karena itu, seorang atlet harus siap secara psikologis untuk kebutuhan olahraganya. Emosi yang muncul segera setelah cedera adalah terguncang.
Derajatnya berbeda mulai dari minor hingga tampak jelas, bergantung pada beratnya cedera.
Oleh karena itu, diperlukan juga rehabilitasi dan pemulihan psikologis.
Tahap awal. Fase ini berlangsung selama 4 – 6 hari.
Respons pertama tubuh terhadap cedera adalah peradangan.
Tujuannya adalah melawan substansi yang berbahaya, membuang jaringan yang mati dan untuk meningkatkan pembentukan jaringan baru.
Tujuan tahap awal proses rehabilitasi adalah pembatasan kerusakan jaringan, meredakan nyeri, mengendalikan respons peradangan terhadap cedera, dan melindungi area anatomis yang terkena.
Penanganan utama pada fase awal rehabilitasi adalah dengan metode RICE (Rest, Ice, Compression and Elevation).
Tahap menengah berlangsung dari hari ke 5 hingga 8 – 10 minggu.
Setelah fase peradangan, tubuh mulai memperbaiki jaringan yang rusak dengan jaringan yang serupa.
Perbaikan dari jaringan cedera dapat memakan waktu hingga delapan minggu.
Tahap lanjut.
Tahap akhir di mana jaringan beradaptasi dan ditekan dengan latihan fungsional untuk memastikan tubuh siap kembali beraktivitas.
Fase ini dimulai sekitar hari ke 21 dan dapat berlanjut hingga 6 – 12 bulan.
Fase rehabilitasi ini menggambarkan dimulainya proses pengkondisian yang diperlukan untuk kembali berlatih dan berkompetisi dalam olahraga.
Fase ini juga menggambarkan kesempatan untuk mengidentifikasi dan mengoreksi faktor risiko sehingga dapat mengurangi kemungkinan cedera kembali terulang.
Sumber gambar: eramosaphysio.com
Pencegahan cedera melibatkan sejumlah latihan dan peragangan untuk mempersiapkan tubuh untuk berolahraga.
Pencegahan cedera yang efektif dapat memastikan tubuh menahan beban dan tekanan dari olahraga.
Atlet yang mengalami cedera harus dipantau untuk mengetahui apakah terdapat perburukan kesehatan maupun performanya.
Agar program rehabilitasi berhasil, tips berikut ini sangatlah penting:
Bila seorang atlet secara medis sudah dapat kembali berolahraga, ada beberapa langkah dasar yang harus diikuti:
Referensi:
Anda dapat menerima layanan dengan mengunjungi salah satu cabang kami.
Klinik Flex-Free Jakarta Utara
Ruko Italian Walk J No. 19, Dekat Pintu Masuk Gate C, Mall of Indonesia, Jl. Raya Boulevard Barat, Kelapa Gading, Jakarta Utara
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +62214514421Klinik Flex-Free Bandung
Jl. Terusan Pasir Koja No 153/67, Kelurahan Panjunan, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung, Jawa Barat
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622220580806Klinik Flex-Free Jakarta Selatan
The Bellezza Shopping Arcade, Lantai dasar Unit SA58-60, (Ex Food Hall, Lobby Timur), Jalan Arteri Permata Hijau No.34, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, DKI Jakarta
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622125675561